Twenty-Eight

217 12 0
                                    

PRANG.

Seseorang baru saja membanting gelas di tangannya saat ia melihat berita itu muncul pagi ini.

"Agen-agen sialan," geramnya kesal. Ia mengusap tengkuknya yang panas. Bagaimana mungkin mereka bisa menemukan rahasia yang ia pikir bisa tertutup rapat-rapat!

"Anda memanggil saya, Tuan?" Seseorang pelayan pribadinya baru saja masuk ke ruangan bosnya.

"Siapa agen yang bertugas menyelidiki kasus ini?" tanyanya langsung.

Pelayan itu terlihat berpikir sejenak sebelum ia menjawabnya. "Berdasarkan laporan anak buah kita, Luke Ferdinand adalah detektif yang ditugaskan untuk kasus kali ini. Dan setahu saya, anggota tim Luke cukup elit sampai bisa menyelesaikan kasus perdagangan manusia dalam waktu satu setengah tahun saja."

Pria itu menarik napas dalam dan menghembuskannya kasar. Ia kemudian menyuruh pelayan itu pergi dari ruangannya. Tangannya mengepal semakin erat hingga buku-buku jarinya kian memutih.

"Luke Ferdinand dan anggota elitnya, ya?" gumam pria itu. "Haruskah aku menyingkirkan mereka semua?"

...

Zoe dan keluarganya mengunjungi sebuah restoran yang sudah Cantrelle pesan. Restoran itu ialah tempat steak yang hanya menjual daging dengan bahan premium. Keluarga kecil itu masuk ke dalam ruangan VIP yang ada di sana.

"Pesanlah semua yang kau inginkan, Zo. Hari ini kau boleh memesan apa saja," ujar sang ibu dengan senyum lebarnya.

Zoe membalasnya dengan senyuman tipis. Entah kenapa setelah kejadian tadi ia tak berselera makan, apalagi daging. Selalu saja ia terbayang orang yang sudah meninggal terkubur di tempat itu. Perutnya mendadak mual.

"Kau baik-baik saja, Zoe?" tanya Troyes khawatir. Ia dapat melihat wajah putri pertamanya yang tiba-tiba pucat.

Zoe menelan ludahnya. "Ya, aku tidak apa-apa."

"Kau tidak ingin makan steak? Kau ingin pindah ke tempat lain, Sayang? Katakan saja, Mom pasti akan memberimu makanan terbaik yang Mom bisa."

Gadis itu tertawa pelan menanggapinya. "Tidak apa, Mom, Dad. Mungkin aku hanya sedikit kelelahan," jawabnya. Zoe memutuskan memesan cream soup sebagai makanan pembuka dan wagyu steak sebagai hidangan utamanya.

Perbincangan hangat memenuhi meja tersebut. Zoe memang dasarnya tak banyak bicara. Gadis itu hanya mendengarkan sambil sesekali menanggapi.

"Zoe, bulan depan kau akan berusia tujuh belas tahun! Ya, Tuhan, kenapa anakku ini cepat sekali bertumbuh dewasa." Cantrelle mencubit putri pertamanya itu gemas. Zoe hanya meringis pelan.

"Apa ada hadiah yang kau ingin kan, Zo? Mungkin kita bisa berlibur bersama atau mengunjungi tempat yang belum pernah kita kunjungi? Sebutkan saja, Zoe. Dad dan Mom dengan senang hati mengabulkannya." Troyes terkekeh pelan.

"Aku ingin pembunuh Winter tertangkap," batinnya dalam hati. Itu yang menjadi keinginannya selama beberapa waktu ini. Ia ingin dalang di balik terbunuhnya Winter terungkap dan keluarganya bisa kembali seperti dulu.

"Zo?" panggil sang ibu. "Kenapa kau banyak melamun akhir-akhir ini, Sweetie?"

Lamunan Zoe terbuyar begitu saja. "A-ah, tidak apa-apa, Mom. Untuk liburan nanti, mungkin aku akan memikirkannya."

Tak lama setelah itu, seorang pelayan masuk dan membawakan pesanan mereka. Segera saja keluarga itu menyantap makan malam lezat yang sudah tersedia. Zoe berusaha keras memakan daging tersebut tanpa memikirkan apa yang terjadi tadi pagi.

Hah, mendadak semua makanan rasanya hambar.

"Zoe, hari ini Mom tidur bersamamu, ya," kata ibunya setelah dessert di piring wanita itu tandas.

Agent's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang