"Saya, Jayden Elios Shaw, menerima engkau Zoe Elanor Ambroise sebagai istriku satu-satunya yang sah di hadapan Tuhan dari sekarang dan sampai selama-lamanya. Saya berjanji akan mencintai dan melindungi engkau, dalam susah senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, sehat maupun sakit. Saya berjanji untuk tetap setia sampai maut memisahkan kita."
"Saya, Zoe Elanor Ambroise, menerima engkau Jayden Elios Shaw sebagai suamiku satu-satunya yang sah di hadapan Tuhan dari sekarang dan sampai selama-lamanya. Saya berjanji akan mencintai dan melindungi engkau, dalam susah senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, sehat maupun sakit. Saya berjanji untuk tetap setia sampai maut memisahkan kita."
"You may now kiss the bride," ucap sang pastor.
Perlahan Jay membuka tutup kepala Zoe. Ia dapat melihat wajah cantik wanita yang kini sah menjadi istrinya. Bibir pria itu menyatu perlahan dengan milik Zoe. Ciuman yang sakral dan amat indah.
Semua audiens bertepuk tangan menyaksikan dua mempelai itu. Senyum tak berhenti lepas dari wajah Zoe. Meski awalnya sempat diwarnai pertengkaran, Jay akhirnya benar-benar melamarnya. Pria itu bukan menunggu dirinya siap, melainkan menunggu persiapan melamar Zoe selesai.
Yah, walau sempat gagal, tapi Jay tetap membuat hari itu spesial bagi Zoe.
Pernikahan Zoe tidak begitu ramai. Hanya beberapa kerabat dekat dan orang-orang penting saja yang diundang. Gadis itu tak begitu ingin mengekspos suaminya pada media mengingat mereka masihlah bagian dari badan intelijen.
"Gila, akhirnya kau akan melepas keperjakaanmu, Man!" Victor dan yang lain tertawa-tawa.
"Hei, kita coba taruhan berapa lama Jay akan kuat di ranjang!" Para pria gila itu kemudian sibuk membahasnya.
Jay memutar mata kesal. Mau sampai kapanpun, manusia-manusia ini akan selalu bertingkah seperti bocah. Lihat saja sekarang, mereka sudah menaruh uang untuk taruhan. Dasar pria-pria gila.
"Sayang, Lucas pup!" Istri Luke memanggil suaminya. Segera saja pria itu berlari menghampiri istrinya dan mengurus buah hati mereka.
"Yah, saat sudah jadi bapak-bapak, prioritasmu adalah anakmu sendiri," ucap Paul sambil menatap Luke yang sibuk membawa anaknya ke ruang nursery.
"Sebentar lagi kau akan merasakannya, Paul." Jay menepuk pundak sahabatnya itu. Lantas ia terkekeh saat melihat ekspresi masam Paul.
"Baru beberapa bulan pertama dan istriku sudah ribut membeli banyak perlengkapan bayi. Saat melahirkan nanti, aku tidak akan heran jika gajiku habis untuk mempercantik bayi kami," kata Paul yang membuat mereka kembali tertawa.
Sementara Jay bersama rekan-rekannya, Zoe menghampiri meja keluarga Ambroise dan berbincang sejenak di sana.
"Grandad, aku bukan anak kecil lagi." Zoe merasa risi saat kakeknya terus-terusan mencium wajahnya. Cornelius tak peduli. Yang ia inginkan adalah bersama Zoe di hari bahagianya.
Ketika tahu Zoe akan menikah, wajah pria itu langsung ceria. Sang kakek sempat sakit dan sekarang harus duduk di kursi rodanya. Namun, beliau masih saja cerewet kalau urusan pernikahan cucu kesayangannya.
"Grandad sangat senang kau akhirnya menikah, Zozo." Setitik air mata menetes dari manik hazel Cornelius.
Zoe memeluk kakeknya semakin erat. Ia sendiri pastinya senang dengan pernikahaan ini. Sungguh, ia harap Jay dan dirinya bisa terus berbahagia sampai maut memisahkan.
At the same time, I wanna hug you
I wanna wrap my hands around your neck
You're an asshole but I love you
And you made me so mad I ask myself,
Why am I still here? Oh, where could I go?
You're the only love I ever known
But I hate you, I really hate you so much
I think it must be true love... true love...
KAMU SEDANG MEMBACA
Agent's Love
General FictionTHE LOVE SERIES #3 17+ Jika ada yang bertanya orang yang mendekati sempurna di dunia ini, maka Zoe Elanor Ambroise adalah jawabannya. Paras cantik, terlahir di keluarga konglomerat, dan otaknya yang cerdas saja sudah bisa membuat Zoe dikatakan berun...