Hai, Make Up!

1.2K 47 0
                                        




"Sorry" kata lelaki itu sambil berlari dan memegangi handuknya.

Aku cukup kaget, bukan tepatnya sangat kaget itu bukan pertama kalinya buatku, dikolam renang aku sering melihat pemandangan ini, tapi yang ini beda rasanya gak karuan di dada. Mungkin karna udah lama aku tidak melihat kaum adam bertelanjang dada.

"Apaan sih Le, kamu mikir apa" kataku sambil menggeleng kepala dan kembali duduk.

Kalau saat ini aku merasa tenang, jawabannya tidak. Kaki ku begitu dingin dan terus bergetar, tremor lebih tepatnya. Jantung, udah jangan di tanya sangat tidak karuan.  Aku sendiri juga tidak tau kenapa aku bisa merasakan perasaan seperti ini. Apa mungkin ini perasaan langka karena sejak satu tahun lalu aku jarang berinteraksi dengan laki-laki. Tak lama cowok itu kembali turun dengan memakai pakaian lengkap dan tentu saja sudah rapi.

Laki-laki dengan tinggi 180, berambut hitam sedikit kecoklatan dan memiliki postur tubuh yang ideal itu kini berdiri didepanku, mengenakan kaos cotton berwarna hitam dan
shortpen berwarna coklat lebih muda. Nampak senada dan menambah kesan sederhana tapi berkelas untuk seorang cowok.

"Temen Carla?" tanya nya, yang kubalas dengan anggukan.

"Gue Samuel kakak Carla" katanya sambil mengulurkan tangan kanannya.

"Lea" kataku dengan malu.

"Lea ya, jadi gaenak banget tadi gue gak tau ada lo" katanya, sembari mengambilkanku minuman.

"Ah, iya santai aja" kataku dengan muka sedikit senyum aneh.

"Yakin santai, kok mukanya merah" godanya sembari duduk di sofa yang ada diseberangku.

"Haha, lo sama ya kayak Carla suka bercanda" sahutku.

"Tuh bocahnya dateng, gue balik keatas dulu ya, jangan lupa mukanya biasa aja, merah banget tuh" godanya lagi sambil lari keatas. Aku hanya menggeleng-geleng melihat tingkah lelaki itu bak Carla versi cowok.

"Leaaaaaaaaaa!!!!!!" teriak Carla memecahkan gendang telinga, si kakak bikin jantung meledak, si adek bikin telinga copot.

"Sorry gue tinggalin lo ke mini market, wait kok merah sih pipinya kenapa?"

"Hah, enggak dingin banget tau hari ini" aku mencoba mengalihkan perhatiannya.

"Ah yaudah yuk ikut ke kamar aku mau tunjukin sesuatu". Carla menarikku menuju lantai dua.

"Tuh kamar Samuel, kakak kedua aku yang tadi nemenin kamu, rese kan anaknya" kata Carla sambil menujuk ke sebuah pintu hitam dengan gantungan bertuliskan "Kamar Anak Kedua".

"Nah, yang itu tuh," menujuk ke pintu lain yang bertuliskan "Kamar Anak Pertama" dengan warna yang sama, "kamar Sergio kakak pertama aku, dia lagi ngelanjutin kuliah S2 di Jepang".

"Nah, yang ini nih kamar tuan putri cantik jelita sepanjang masa tak terhingga" ucapnya sambil membuka pintu.

"Hahaha narsis deh laa," ucapku menertawakannya. "Anyway la, rumah lo lumayan deket sama kampus kenapa ngekos?" kataku sambil menuju ke ranjangnya yang bernuasa coklat tapi tetap aesthetic.

"Biar bisa kencan bebas aja, kalau disini Samuel sering bawel banget jadi males aja" ucapnya ragu.

"Terus mama papa?" tanyaku.

"Mereka lagi diluar kota ngurusin cabang bisnis kue yang baru jadi lumayan lagi sibuk-sibuknya" kata Carla sambil mengambil sesuatu dari lacinya.

"Ini nih Le, waktu itu lo pernah bilang kan, gak percaya diri buat nunjukin diri ke sosial media, bahkan gue tadi udah sempet liat sosial media lo yang udah kayak akun fake, kosong....nggak ada apa-apa isinya cuma ngikutin orang sama akun motivasi, emang kurang motivasi apa???" katanya dengan ketus tapi lucu.

EKSPETASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang