Jam menunjukan pukul 19.00, tak terasa hari ini berlalu begitu cepat bagiku. Seharian bersama Carla benar-benar membuat diri seorang Lea kembali ke masa lalu.
"Le, lo gimana pulangnya?" tanya Carla.
"Tahun berapa ini, kan ada ini" kataku menunjukan handphone sambil membereskan charger.
"Yah jangan dong, apartemen lo jauh lagian, gue anter ya?" ucapnya.
"Gak usah Carla, santai aja".
"Gini aja, gue minta tolong anterin Samuel aja" belum sempat aku membalas, dia berlari keluar kamar. Tak lama kemudian kembali sambil tersenyum.
"Lea, lo pulang dianter Sam, dia semangat banget tuh"
"Jangan La, malah ngrepotin tau" kataku menyesal.
"Enggak Lea, santai aja guenya seneng" kata Carla memelukku.
"La maaf ya, Makasih buat hari ini La" ucapku.
"Iya, gue juga terimakasih sudah merelakan wajah cantik nya untuk dicoret-coret, entar kalau jerawatan jangan salahin gue ya Le hehe" kami tertawa bersamaan.
"Lea, udah?" kata Samuel yang muncul tiba-tiba, aku hanya mengangguk tersenyum.
"Yuk!" ucapnya menuju mobil.
"Sam, hati-hati bawa cewek kesayangan gue, jangan macem-macem juga awas aja!" kata Carla sambil mengepalkan tangan pada Samuel, yang hanya dibalas dengan juluran lidah. Aku tertawa melihat keduanya begitu menggemaskan, berantem terus seharian tapi mereka mirip. Kami berdua meninggalkan rumah itu ditengah hawa dingin yang masih menyelimuti kota ini.
Sepanjang jalan kami saling terdiam, memandangin jalan yang cukup sepi malam ini. Hanya tenda bertuliskan "Lalapan Khas Lamongan" yang nampak kehidupan.
"Udah lama temenan sama Carla?" tanya Samuel memecahkan keheningan.
"Belum sih, masih beberapa minggu, kenapa?" tanyaku.
"Udah lama Carla nggak bawa temen kerumah, dulu dia punya sahabat deket tapi udah gak ada" kata Samuel, mengingatkan ku dengan ucapan Carla siang tadi.
"Iya Carla tadi juga cerita" ucapku mencoba berinteraksi dengan Samuel.
"Oh ya, gue masih nggak enak soal tadi"
"Soal apa?" tanyaku polos, dan langsung menyadari kebodohanku.
"Itu yang dirumah"
"Astaga, kenapa diingetin sih" kataku malu.
"Lucu banget sih lo, pertama kali ya?" ucapnya menggoda.
"Please Sam, kita dijalan hati-hati nyetirnya" aku mecoba mengalihkan perhatian.
"Pertama yaaaa??" godanya bukan membuatku marah justru semakin membuatku ingin tertawa.
"Samuel apaan sih" kataku sedikit tertawa.
"Lo, lucu banget kalau lagi merah gitu"
"Kan, udah turuin sini aja" kataku, daripada mati malu didepan Samuel.
"Enggak, enggak gue tanggung jawab kok anaknya" kata Samuel sambil tertawa renyah, dari sudut mataku, aku bisa melihat senyumnya yang begitu manis, senyuman yang bisa membuat wanita dari belahan dunia manapun akan jatuh hati. Terlebih saat Sam tersenyum matanya berbinar membuatnya semakin tampan.
"Lo sendirian tinggal di apartemen?" tanyanya.
"Yup."
"Emang nggak takut, tetangga kan pada gak peduli" ucapnya, Samuel memang tak tau kalau aku orangnya malas berinteraksi dengan orang lain.
"Enggak, gue nyaman-nyaman aja Sam"
"Hati-hati, jangan kenapa-kenapa" ucapnya singkat membuat hatiku terasa hangat, mungkin gara-gara lama tidak dekat dengan cowok.
"Hai, jawab kenapa ngelamun." Samuel mengejutkanku.
"Ah iya, iya hati-hati" kataku kikuk, sekilas aku melihat bibir Samuel tersenyum tipis.
"Sam, lo kenapa ambil hukum?"
"Tau dari Carla? atau muka gue anak hukum banget ya?" candanya, yang kubalas dengan muka masam tetapi justru dia tertawa.
"Gue dari kecil suka nonton power ranger, tapi gak tau gimana cara jadi pahlawan buat menciptakan keadilan, jadi pilihannya gue harus ambil hukum, untung keterima" ucapnya cengengesan.
"Alasan lo absurd banget, tapi boleh juga sih, menurut gue belajar hukum tuh keren, cuma gue belum minat aja kesana" kataku.
"Nah, kalau lo sendiri kenapa ambil ekonomi?" tanya Samuel.
"Asal ambil aja sih haha, enggaklah menurut gue ekonomi tuh ilmunya nggak cuma buat karir gue aja, tapi juga untuk masa depan gue, misalnya nih udah jadi ibu atau istri gue harus pinter ngatur perekonomian keluarga jadi biar tetap aman terkendali" kataku menjelaskan pada Samuel.
"Alasan lo, bikin gue pengen nglamar gimana dong" ucap Samuel tiba-tiba.
"Hah? Nglamar jadi pembantu maksudnya"
"Hebat dong lo, punya pembantu sarjana hukum" aku tertawa mendengar ucapan Samuel.
"Tuh berhenti disitu aja, makasih banyak ya udah repot-repot anterin" kataku sambil keluar dari mobil.
"Santai aja, sekalian mau mampir ke kos temen, sekali lagi hati-hati ya Le" ucap nya tersenyum lembut, aku tersenyum membalasnya.
Mobil Samuel melaju meninggalkan Lea yang berjalan menuju apartemen, didalam mobil dia terus tersenyum mengingat setiap obrolannya bersama Lea.
Aku menerjunkan diri ke kasur setelah membersihkan diri, hari ini melelahkan tapi entah mengapa aku sangat bahagia bersama Carla. Tapi tak bisa kupingkiri aku berdebar mengingat senyum Samuel, aku berusaha menampik perasaan itu tak ingin salah langkah dalam bertindak dan membuka hati.
"Jatuh hati? Mana pantas aku melakukan itu setelah aku menyakiti lelaki itu".
KAMU SEDANG MEMBACA
EKSPETASI
ChickLitGara-gara kesalahan di malam pesta itu, Lea gadis yang selama ini menjadi kebangaan kehilangan seluruh kepercayaan dirinya. Hingga dia harus mengalami kehilangan banyak orang yang berati dihidupnya. Kekasih dan sahabatnya bahkan tak mempercayai Lea...