Pacar Carla

1K 27 0
                                    

Langit sore hari begitu indah.

Aku menghentikan pria paruh baya yang berada didepanku, lalu mengeluarkan selembar uang berwarna ungu dan memberikan ke bapak berhelm hijau tersebut.

"Terimakasih pak"

"Sama-sama neng" balas bapak itu.

Sore ini aku memiliki janji dengan Carla akan mengerjakan tugas bersama, tetapi kali ini ganti di kos dia, kata itu anak biar seorang Lea juga bisa merasakan jadi anak kos-kosan.

Aku membuka gerbang coklat keemasan yang ada didepanku, ini kali kedua aku kemari jadi sudah bisa masuk sesuka hati selama si Carla sudah mengiyakan. Setelah berhasil masuk kedalam, aku kembali menutup pintu gerbang dan menyaksikan pemandangan dua puluh pintu kamar yang dihuni oleh mahasiswa dan pekerja. Di bagian tangga menuju lantai 2 nampak tulisan "KOS EIDEN". Meskipun kos ini untuk wanita tetapi saat pertama kemari aku sering memergoki ada laki-laki keluar dari kamar. Bangunan dua lantai bercat biru didepan ku ini tampak terawat dan cukup bersih dari pada kos-kos an lainnya yang pernah ku temui disekitar kampus.

Langkah kaki ku berhenti depan kamar pintu putih dengan stiker BTS, benar sekali BTS adalah salah satu grup idol korea yang lagi digandrungi dari anak kecil sampe orang dewasa. Belum semat aku mengetuk pintu. Aku mendengar suara Carla yang sedang berbicara dengan seseorang didalam sana.

"No, lo gila ya gue udah gamau lagi" aku mendengar suara Carla sedikit berteriak, kedatangannya tak mereka sadari, selain pintu tertutup suara musik juga terdengar cukup keras. Niat hati mengetuk pintu aku urungkan.

"Oh gitu, karna lo udah ada yang lain?" balas orang yang ada didalam kamar Carla, sepertinya cowok.

"Apa? Setelah semua yang gue lakuin buat lo, lo masih aja mau ngulangin kesalahan yang sama, lo bahkan gak tau betapa traumanya gue" kata Carla seperti menahan tangis.

"Dasar cewek murahan, lo gamau karna udah ada cowok lain kan?" kata cowok itu, membuat telinga ku begitu panas dan tak bisa menahan kesal, dengan sengaja aku mengetuk pintu Carla.

Seorang cowok putih dengan rambut acak-acakan, dengan tinggi kira-kira 169 yang memakai kaos hitam dengan balutan celana denim, ditelinganya tergantung tindik sebesar jarum pentul, matanya merah seperti orang kelelahan.

"Cari Carla" kataku, sejak berteman dengan Carla aku belum pernah bertemu Nino sama sekali, pacar Carla yang sering dia ceritakan. Selama ini Carla selalu mengatakan kekasihnya orang yang selalu ada buat dia, perhatian dan dewasa. Tapi seperti nya aku belum bisa mempercayai ucapan Carla melihat apa yang ada didepanku.

"Lea, tunggu bentar ya" Carla keluar dari kamar dengan wajah seperti habis menangis, dia kembali masuk dan berbicara kepada cowok itu kembali.

"Lo pulang sekarang, gue mau ngerjain tugas sama Lea, jangan ganggu kita" kata Carla.

"Oke, tapi kita belum selesai" balas lelaki itu pelan sembari mengusap kepala Carla seolah menunjukan dia adalah lelaki sejati berbeda dengan apa yang aku dengar saat pintu tertutup. Tapi perasaanku benar-benar tidak enak dengan Nino. Dia pamit dan hanya berkata buat jagain Carla dengan tatapan dingin.

Setelah Nino pergi, aku masuk ke kamar Carla. Cukup berantakan dibandingkan saat pertama aku kemari.

"La, lo gak papa kan?" kataku dengan hati-hati kepada Carla.

"Le" dia menangis memelukku.

"Carla, it's okay cerita aja" aku mengelus bahu Carla dengan lembut.

"Gue capek Le, yang gue ceritain dia perhatian, baik itu semua hanya ketika dia ada maunya dan ketika didepan orang lain" Carla mulai bercerita dan aku mendengarkan agar dia lebih tenang.

"Dia emang nggak pernah selingkuh Le, tapi gue udah capek banget"

"Kenapa lo gak putusin dia?" kataku.

"Udah pernah dan dia selalu ngancem buat bunuh diri, lo tau kan orang-orang seperti itu emang beneran ada Le" kata Carla yang kini tangisnya sudah sedikit mereda.

"Gue ngekos ini juga paksaan dari dia, satu tahun yang lalu dia masih baik-baik aja Le, tapi setelah gue kuliah makin gak karuan, dia nyuruh gue ngekos dengan alasan biar mudah kalau ketemu, soalnya si Sam gasuka sama dia" ucap Carla.

"Terus lo kenapa mau?"

"Awalnya enggak Le, meskipun gue sayang sama dia, tapi gue gak mau ngasih beban ke ortu buat nambah biaya kos, tapi suatu ketika temen Nino kabarin gue kalau dia make sampai hampir kolabs"

"Hah maksud lo?"

"Iya makai narkoba, please jangan bilang siapapun gue percaya sama lo, sampai sekarang dia masih aman gue sayang dia makanya gue nggak berani lapor, dia seperti itu karna gamau jauh dari gue, hubungan kita nggak direstui sama keluarga gue, jadi dia ngacam begitu biar gue terus ada buat dia" kata Carla sedih bercampur kesal, air mata nya memang tak deras tetapi aku bisa merasakan kegundahan dihatinya setelah Nino pergi.

"Daripada ilangin nyawa anak orang gue ngekos, untung perlahan gue dapet duit dari endorsan jadi bisa bayar tanpa ngrepotin papa mama atau sam, setelah gue ngekos, dia udah gak make sama sekali, sesekali minum dan ngerokok, itupun bareng gue Le dan gak banyak, anywaygue cerita gini juga gamau munafik kalau gue juga minum." aku mencoba mengerti dan memahami apa yang disampaikan Carla, tak ingin menghakimi orang yang menurutku sangat baik.

"Meskipun kadang dia seperti itu tapi kalau pas lagi normal itu baik banget, kayak gue satu-satunya lah dihidup dia, tapi perilakunya kadang bikin gue muak" lanjut Carla. "Gue gak berani cerita kesiapapun tentang Nino, karna udah setahun lebih hubungan kita gak dapat restu, apalagi Sam beneran sebenci itu sama Nino, udah lama juga dia Drop out dari kampus udah gatau lagi gue Le sama dia, itu alasan kenapa gue gak pernah bikin konten sama dia, gue gamau kalau dia makin ke ekspose dan Sam tau kalau gue masih sama dia".

"Carla untuk sekarang lo tenang dulu, minum ini" kataku menyodorkan gelas berisi air, "Nanti kita cari solusi biar lo bisa lepas dari dia".

"Gue bukannya mau putus, tapi setidaknya dia bisa bertanggung jawab buat dirinya, gue sayang sama Nino tapi udah gak bisa cinta Le, saking muaknya!"

"Iya La, gue paham perasaan lo tapi sekarang tenangin diri, kalau lo belum siap buat kerjain tugas istirahat aja kita santai okay" kataku menenangkan.

"Mau gue pesenin makanan, lo belum makan kan?" tanya ke Carla yang sepertinya lapar, dia hanya membalas dengan anggukan. Segera aku membuka aplikasi layanan makanan dan memilih menu junkfood kesukaan kita berdua.

"Lea?" panggil Carla.

"Makasih ya, buat nggak bilang kesiapapun" ucap Carla, aku mengangguk.

"Lo baik banget dah, mau gak jadi ipar gue" bisa-bisanya anak itu habis nangis malah bercanda.

"Lo itu La, tadi nangis sekarang ngeselin gue tinggal pulang nih" jawabku disertai senyum tipis.

"Ah jangan dong, pala gue pening banget nih, gue rebahan bentar ya" kata Carla yang wajahnya memucat sedari tadi.

"Iya lo istirahat aja dulu, entar gue kerjain dikit-dikit santai, ada Lea beres"aku menutupi kaki Carla dengan selimut bargaris agar dia nyaman.

"Laaaa, gue pinjem buku nya Kotler dong" kataku menoleh ke Carla, tapi yang kudapat hanya gadis 21 tahun yang tertidur pulas. "Lah udah tidur aja dia, La gue ijin pinjem ya" kataku pelan dan lirih sembari mencari buku itu sendiri.

Tak banyak buku yang menjadi koleksi Carla, jadi tak sulit menemukan buku yang kucari, saat kutarik buku bercover navy dengan pengarang kotler, sesuatu yang lain terjatuh kelantai. Sesuatu berkemasan biru yang selalu ada di bagian kasir mini market.

"Pengaman, ah Carla nggak mungkin pake beginian" kataku dalam hati, sambil buru-buru mengembalikan pengaman itu ketempat persembunyiaannya.

"Gue percaya sama sama lo La" kataku menatap Carla, lalu kulihat layanan pengantar makanan sudah tiba aku keluar meninggalkan Carla yang masih tertidur pulas.

EKSPETASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang