Sejak semalam sosial media, terutama grup alumni ramai dengan pamflet bertakjub "Euphoria In 20", acara yang digelar untuk alumni Andarez High School yang memasuki usia 20 tahunan yang diadakan langsung oleh pihak yayasan. Sebenarnya ini acara terselenggara setiap tahun, hanya saja untuk angkatan ku baru bisa ikut tahun ini.
Euphoria party kali ini tidak membuat ku tertarik sedikitpun, selain kami juga harus balik ke kota yang dari apartemen berjarak lebih dari dua jam, aku malas untuk bertemu dengan orang-orang lama. Entahlah aku yang malas atau aku yang belum berani untuk menghadapi luka di masa lalu.
Tetapi disinilah aku, di dalam sebuah mobil dengan lelaki tampan bermata coklat yang memaksaku untuk ikut, sejak semalam Sean berkali-kali memainkan pintu hingga membuat security mencurigai lelaki itu karena berdiri lama di depan pintu studio ku. Alhasil aku harus keluar kamar karena sudah membuat kegaduhan lorong apartemen, dengan santainya Sean justru mengatakan kepada security.
"Maaf pak, pertengkaran suami istri" kata Sean sembari tertawa kecil, aku yang mendengar ucapan Sean langsung meminta maaf kepada security dan menarik tangan lelaki itu untuk masuk.
Dengan segala kalimat yang dilontarkan Sean dan bujuk rayu si keras kepala anak itu, akhirnya aku menyanggupi permintaannya dengan syarat aku akan meminta pulang sewaktu-waktu. Dan sekarang lelaki itu tersenyum bahagia dibalik kemudi.
Malam ini Sean mengenakan kaus hitam polos dipadukan dengan jas hitam dan celana chinos hitam yang sangat serasi dengan kulit putihnya, untuk menyempurnakan tampilan nya malam itu dia memakai sneakers putih. Penampilan sempurna Sean malam ini membuatku semakin gugup, berkali-kali dalam hati aku berkata tuhan bagaimana bisa kau ciptakan manusia seindah ini.
"Lea, sampai" ucapnya membangunkan ku dari lamunan mengagumi rupanya yang begitu menawan.
"Ha???" ucapku yang masih belum tersadar.
"Sampai" kata Sean sembari memainkan matanya menunjukan ke arah gerbang masuk Hall.
"Oh iya" aku mengangguk dan terdiam cukup lama.
Aku ragu untuk ikut masuk kedalam gedung yang sayup-sayup terdengar suara hentakan musik. Terlalu banyak keraguan diotak ku saat ini, bahkan make up yang aku kenakan malam ini tak cukup untuk menutupi keraguan yang nampak pada wajahku.
"Allea, are you okay?" kata Sean menyentuh telapak tangan ku yang dingin. Akupun menoleh ke arah lelaki itu.
"Tenang, Sean bakalan ngelindungi Lea" ucapnya dengan tenang dan akupun mengangguk.
Mini dress hitam dengan gliter diseluruh bagian dress ku malam ini membuat angin dingin melewati tubuhku dengan bebas begitu saja, sehingga aku biarkan rambutku tergerai menutupi punggung. Tangan Sean yang sedari tadi menggenggamku memberi sedikit kehangatan dan rasa percaya diri untuk memasuki gedung euphoria malam ini.
"Wawwwww pasangan legend kitaaaa Alleaa dan Sean sudah tiba guysss" ucap Sakti si anak vlogger, cowok yang sejak SMA kemana-mana selalu membawa kamera handphone, dimana ada Sakti disitu kita harus stand by action, tapi tak kusangka dia sekarang sudah jadi you tuber terkenal.
"Hai Allea, apakabar? bintang SMA kita nggak pernah berubah guys dia tetep cantik dan sex...xy" ucapnya dengan penuh penekanan sembari menyorot ku, yang membuatku merasa tidak nyaman. Terlebih saat memandang sekitar ku, dimana semua anak memandang Sean dan aku yang kini bersama lagi.
"Sak, apaan sih lo" kata Sean menutup kamera Sakit dengan tangannya.
"Ampun bosss, santai aja kali" kata Sakti yang akhirnya dia memilih pergi untuk meninggalkan kami berdua.
Meskipun begitu tatapan dari anak Andarez High School tak bisa kami hindari, beberapa anak yang masih bisa kukenali kusapa dengan ramah begitu juga dengan Sean yang lebih banyak bercakap dengan kawan lamanyam.
Kurasa selama apapun aku menghapus kenangan, tetapi kenangan itu mungkin menjadi kisah tak terlupakan dimasa SMA bagi anak-anak Andarez. Suara euphoria musik malam ini juga tak bisa kunikmati sedikitpun, aku hanya merasakan tangan Sean menggenggam tangan ku semakin erat. Seolah tak ingin aku tersentuh oleh siapapun.
Meskipun tatapan anak-anak Andarez dapat kuhindari. Namun, ada orang-orang yang tak akan bisa aku hindari. Itu mereka, empat gadis yang saat ini sedang menuju ke arahku dan Sean. Kaki ku gemetar melihat tawa mereka diselimuti suara dentuman musik yang semakin keras. Tanpa kusadari kakiku mundur kebelakang, tanpa aba-aba tangan Sean menggenggam ku semakin erat, membuatku kembali berdiri disampingnya, seolah Sean berkata "bertahanlah".
"Sean, hai" sapa Meghan dengan manja, diikuti ketiga temannya.
"Oh ada Lea juga?" kata Sukma memandang ku dengan remeh.
"Hai" aku menyapa mereka dengan mengagukkan kepala.
"Lo apakabar Le?" kata Dian berbasa-basi.
"Iam good" kataku tersenyum.
"Kok kalian barengan ?" tanya Nindi.
"Iya, bukannya udah putus" ucap Meghan ketus.
"Emang ke.." belum sempat sempat Sean menjawab, aku segera menjawab rasa penasaran keempat wanita itu.
"Kita satu kampus"
"Oh gitu, kirain balikan" sahut Dian
"Gitu pake pegangan tangan" ucap Meghan, sontak saja aku langsung melepaskan genggaman Sean.
"Eh, gue ke toilet bentar ya" kataku berbasa-basi untuk menghindar dari mereka. Rasanya sungguh tak nyaman menghadapi tatapan mereka yang menghakimiku sedari tadi.
Aku beranjak meninggalkan Sean dan keempat mantan sahabat ku itu.
"Yan, lo gila ya?" kata Meghan dengan menyatukan kedua tanggan nya didada.
"Iya, parah si lo, Lea udah kek gitu masih aja lo mau, mana gak malu lagi datang kesini" ucap Sukma.
"Apaan sih lo pada" kata Sean santai menanggapi keempat gadis didepannya.
"Gapapa kali guys, mungkin aja Sean butuh temen buat perjalanan kesini kan" kata Nindi dengan halus kepada Sean.
"Kalau butuh temen, kenapa gak sama Nindi aja, Lo kan sekarang sekampus" ucap Meghan, sementara Dian hanya diam menyaksikan teman-temannya berusaha menodong Sean dengan ragam pertanyaan.
"Lo gak lupa kan kalau Lea udah berani selingkuh dari lo, bahkan lo juga gak lupa kan kalau bibir Lea udah nggak perawan lagi" kata Sukma disertai tawanya yang begitu mengganggu telinga Sean.
"Yup bener lo meg, apalagi lo juga harus kehilangan Gavin gara-gara tu anak" kata Meghan tiba-tiba.
Sean yang berusaha untuk tetap cool, namun satu kata itu benar-benar mengganggu nya sekarang.
"Eh lo, denger ya jangan pernah bahas Gavin atau Lea lagi, bukan cuma lo tapi kalian semua, yang nggak tau diri ngehianatin sahabatnya sendiri padahal kesalahan Allea bukan urusan kalian" kata Sean marah dan penuh penekanan, bahkan disempat menunjuk Meghan untuk jangan macam-macam lagi.
Meghan terdiam, begitu juga dengan Dian dan Sukma.
"Terus apa bedanya lo sama kita" kata Nindi yang mulai kesal. "Jangan pernah lupa, lo ninggalin Lea juga"lanjut Nindi sembari menyentuh pundak Sean, yang langsung di tangkis oleh nya.
"Eits, gausah pegang-pegang gue, beda nya gue tau siapa orang yang pakai topeng diantara kalian" kata Sean dengan tersenyum tipis, menambah aura tampannya bertambah sehingga dapat membungkam gadis didepannya.
"Buat lo Nin, gak pengen kan kalau rahasia lo gue buka disini" kata Sean berbisik kepada Nindi, sementara ketiga temannya saling berpandangan. Meskipun suara Sean kecil dan musik begitu keras tetapi mereka dapat mendengar apa yang diucapkan Sean.
Tubuh Nindi menegang mendengar ucapan Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
EKSPETASI
ChickLitGara-gara kesalahan di malam pesta itu, Lea gadis yang selama ini menjadi kebangaan kehilangan seluruh kepercayaan dirinya. Hingga dia harus mengalami kehilangan banyak orang yang berati dihidupnya. Kekasih dan sahabatnya bahkan tak mempercayai Lea...