Hari ini rayhan tidak masuk sekolah karena semalam suhu tubuhnya meningkat mungkin akibat rayhan mendapatkan serangan sampai dua kali dalam rentan waktu hanya beberapa jam, sebenarnya kemarin saat burhan memeriksa rayhan di suruh di bawa ke rumah sakit karena saturasi dan tekanan darahnya menurun.
Tapi bukan rayhan namanya jika langsung menuruti apa kata burhan sudah pasti rayhan terus menolak ajakan revan dan burhan, rayhan berkata jika kondisinya sampai besok tidak membaik rayhan mau di bawa ke rumah sakit, untung saja setelah melakukan terapi nebulezer keadaan rayhan membaik walau tekanan darahnya masih rendah dan malamnya suhunya meningkat hampir saja semalam revan membawa paksa rayhan ke rumah sakit namun lagi lagi rayhan bisa menggagalkan itu semua.
Sejak pagi tepatnya setelah sarapan rayhan memutuskan untuk tidur lagi karena rasa pusing di kepalanya masih terasa menyakitkan hingga rayhan bangun pukul 11.30 siang, rayhan cukup terkejut saat menyadari kalau dirinya tidur lama sekali.
Saat membuka mata ia melihat gilang yang tengah tertidur juga di sampingnya, saat menatap wajah gilang ia lintasan ingatan mimpinya tadi muncul membuatnua tiba tiba ketakutan menyelimuti hatinya. Rayhan mengusap pelan tangan gilang yang tengah memeluk gulingnya.
Gilang yang merasa tidurnya terusik langsung membuka matanya, bibirnya terangkat ke atas saat melihat rayhan sudah bangun"masih ada yang di keluhin?"tanya gilang
Rayhan menggeleng pelan"alhamdulillah sudah lebih baik"
Gilang merubah posisinya menjadi duduk menyender kepala ranjang"nggak usah di pikirin, banyak cewek yang lebih dari lisa"
Rayhan menutup matanya setelah mengingat kalau ternyata sekarang rayhan mengetahui kalau lisa saudara sepersusuanya"seharusnya dari dulu aku nggak suka sama lisa lebih dari teman dan nggak buat kecewa bang gilang"
Gilang mengusap rambut rayhan pelan"kan gue sudah bilang nggak usah bahas itu lagi"
Rayhan menatap jendela kamarnya yang tertutup, perasaanya masih campur aduk jika mengingat fakta ternyata lisa saudara sepersusuanya, rasanya rayhan ingin mengelak fakta tersebut tapi mau bagaimana lagi fakta itu benar terjadi.
Gilang dan rayhan menoleh ke pintu kamarnya saat mendengar suara ketukan dari luar. Rayhan terkejut saat mengetahui siapa yang masuk ke kamarnya, rayhan mengubah posisinya menjadi duduk namun seketika kepalanya pusing dan matanya memburam reflek rayhan langsung memegang kepalanya.
"tiduran aja kalau pusing"ujar gilang"jam segini kalian sudah kesini? Bolos ya?"tanya gilang heran melihat teman teman rayhan masuh siang sudah menjenguk adiknya.
"kagak lah, seudzon banget jadi orang, tadi ada anak kelas 11 waktu berangkat sekolah kecelakaan meninggal di tempat terus di suruh takziah jadi pulang cepat"ujar stevan.
Gilang mengangguk mengerti"yaudah gue keluar dulu, awas kalian ngajakin ragil main ps"
"astaghfirullah bang gilang kita juga ngerti kalau rayhan sakit kadi nggak mungkin kita ajakin main, perasaan dari tadi seudzon terus"
Sepeninggalanya gilang, teman teman rayhan duduk di kasur rayhan"sakit apa lo ray, perasaan sakit mulu lo"
Rayhan menghembuskan nafas kasar ada rasa sakit di hatinya saat mendengar perkataan stevan, ah rayhan juga tahu kalau dirinya sering sakit tapi tidak usah diperjelas rayhan juga sadar sendiri.
Galaksi menoyor kepala stevan"kalau bicara itu saring bisa? Jangan asal ceplas ceplos"
"salah lagi kan, perasaan gue di mata lo nggak pernah benar ya? Apa salahnya sih gue tanya rayhan sakit apa?"
"ya nggak salah tapi jangan ngatain rayhan sakit mulu! Coba lo di katain kaki tipen itu kalau jalan bentuknya O lo sakit hati nggak!"
Stevan nenghembuskan nafasnya kasar, memang benar apa yang di katakan galaksi memang kakinya tidak selurus milik orang normal"bacot teruss"
"sakit apa ray?"tanya jordan pelan setelah bacotan dari galaksi dan stevan selesai
"pusing mikirin hutang puasa"ucap rayhan asal bicara tentunya, rayhan tidak mungkin mempunyai hutang puasa ramadhan, rayhan saja waktu di pesantren rajin puasa sunah, hanya saja sekarang rayhan jarang menjalani salah satu sunah rosul itu.
Galaksi membulatkan matanya kaget mendengar ucapan dari rayhan"seorang rayhan punya hutang puasa, gue nggak salah denger nih, gue aja puasa kemarin ya bolong lah masak seorang galaksi puasanya full 30 hari itu tidak mungkin, pasti ada godaan setan contohnya si tipen tuh"
"padahal gue udah diem masih aja di bawa bawa, hidup gue kenapa nggak pernah bener sih"
Rayhan terkekeh"canda, iya kali gue punya hutang puasa. Biasalah bengek gue kambuh semalam sama meriang merindukan kasih sayang"
Tangan galaksi mengusap wajah rayhan"lagak lo kayak gitu, tiap hari bucin sama lisa lagaknya merindukan kasih sayang, apalagi tipen yang jomblo ngenes tapi dia nggak pernah tuh meriang merindukan kasih sayang"
Senyum rayhan redup saat mendengar nama lisa lagi, kenapa hatinya begitu ngilu saat mendengar nama itu disebut galaksi
Stevan menarik rambut galaksi karena kesal dari tadi setiap galaksi berbicara pasti bawa bawa namanya"lo minta gelut sekarang atau nanti pulang gue tabrak motor lo! Heran gue dari tadi udah diem tapi di bawa bawa terus nama gue, kalau ngefans tuh bilang nggak gini caranya"
Galaksi mengusap kepalanya yang sakit karena ulah stevan"kepala gue sakit dodol"galaksi yang tidak terima rambutnya di tarik stevan, ia langsung menarik rambut stevan dengan brutal.
"lo nggak lihat rayhan tambah pucat gara gara dengar kalian berantem mulu!"ujar jordan geram dari tadi mendengar ocehan dari stevan dan galaksi.
"sory bestot, gue nggak bermaksut bikin lo tambah pusing"
*_____*
Ratih meletakan handuk yang baru saja ia pakai untuk mengaringkan tubuhnya itu, netranya menatap jam digital yang tertempel di dinding kamarnya yang menunjukan pukul 17.25 wib. Ratih mengambil ponselnya yang berada di atas nakas setelah itu ia melangkah keluar dsri kamarnya.
Niat awal ratih ingin ke kamar rayhan namun ia urungkan kala melihat kamar gilang terbuka dan sempertinya sang pemilik kamar itu tengah kebingungan mencari sesuatu terlihat jelas dari tadi gilang mondar mandir seperti mencari sesuatu, akhirnya ratih memutuskan masuk ke kamar gilang.
Gilang menggaruk rambutnya yang tak gatal, sejak tadi ia mencari obat cadanganya tapi tidak ketemu karena ada beberapa obat yang sudah habis dan harus ia minum 1 jam sebelum makan"kok nggak ada ya"monolog gilang, ia belum menyadari jika ratih berdiri di belakangnya.
"cari apa lang?"tanya ratih
Gilang membalikan badanya"cari kotak obat yang warnanya putih ma, dari tadi aku cari tapi belum ketemu"
Ratih menghembuskan nafas kasar, kalau di carinya di kamar gilang terus mau sampai besok juga nggak akan ketemu, kotak obatnya saja beradi di kamarnya"kamu lupa apa gimana, kotak obatnya ada di kamar mama, kan minggu kemarin mama sudah bilang obat cadangan kamu mama simpen"
Gilang menepuk kepalanya"astaghfirullah aku lupa ma, pantes dari tadi aku cari nggak ada"
"kamu masih muda saja mudah pelupa, apalagi kalau seusia mama, obatnya mama taruh di laci nakas nomer 2"
Gilang menyengir"hehe iya ma, aku ambil sekarang ya"
Ratih keluar dari kamar gilang, ia melangkah ke kamar sang bungsu, saat ia masuk ke kamar anak bungsunya, ia melihat anak bungsunya tengah rebahan sambil memainkan ponselnya sepertimya tengah bermain game, ratih duduk di tepi kasur rayhan.
Rayhan melirik sejenak, setelah mengetahui siapa yang duduk di sampingnya rayhan langsung mengubah posisinya menjadi membelakangi ratih.
Ratih mengelus surai milik rayhan"kamu masih marah sama mama?"
Rayhan hanya bedehem.
"mama minta maaf, seandainya mama dulu lebih peduli sama kamu pasti semua ini nggak akan terjadi"
Rayhan meletakan ponselnya di atas kasur, ia mengubah posisinya menjadi duduk, rayhan melihat mamanya tengah menahan tangis terlihat dari raut wajahnya yang terlihat sedih. Rayhan memeluk ratih"seharusnya ragil yang minta maaf sudah bikin mama sedih, seharusnya ragil bisa bersikap dewasa, gak kekanak kanakan seperti ini"
Ratih membalas pelukan rayhan"mama sayang sama ragil"
"ragil juga sayang sama mama"
.
.
.
.
Makin lama alurnya semakin kacau mau aku tamatin tapi belum kepikiran endingnya gimana😂