Suasana detingan sendok mengisi ruang makan keluarga wijaya, semua orang fokus dengan makanan masing masing, revan meletakan sendok yang tadi ia buat makan karena sudah selesai makan"ragil, gilang? Papah liat kalian kayak ada masalah? Emang bener"
Uhuk..uhuk
Galang yang di dekat rayhan langsung menyerahkan segalas air mineral ke rayhan, dan rayhan langsung meneguk air pemberian galang, ia langsung tersedak setelah mendengar ucapan revan, rayhan harus jawab gimana? Kalau menjawab sejujur pasti gilang di marahi revan bahkan ratih nanti juga ikut andil"ragil kamu nggak papa?"tanya revan kawatir, karena tiba tiba rayhan tersedak
Rayhan menghebuskan nafas kasar, lalu menggeleng pelan"enggak papa kok pah, cuma tersedak aja"
"makanya kalau makan itu hati hati, jadi tersedakan"ujar ratih.
"pertanyaan papah belum jawab loh, beberapa hari ini gilang sama ragil keliatan ada masalah? Bener?"
Rayhan melirik gilang yang asik dengan makananya seperti tak ada masalah apapun"emm nggak ada kok pah, kita baik baik saja, nggak ada masalah sama sekali"
Gilang membanting sendok yang ia gunakan makan tadi, sehingga menimbulkan suara nyaring"aku udah selesai, aku berangkat duluan, asalamualaikum"pamit gilang beranjak dari duduknya, tak lupa sebelum berangkat gilang mencium punggung tangan revan dan ratih.
"waalaikum salam"jawab mereka
"ada yang aneh sama gilang? Kamu tau nggak gal"tanya revan masih penasaran dengan tingkah gilang, yang beberapa hari ini tampak berbeda
"enggak tau pah, aku juga berangkat duluan ya pah mah, soalnya mau jemput tharesa dulu, asalamualikum"pamit galang, tak lupa ia juga mencium punggung tangan revan dan ratih.
"kok pada aneh sih, ngerasa nggak mah, ada yang aneh sama anak anak?"tanya revan
Ratih juga bingung melihat tingkah anak anaknya beberapa hari ini yang menurutnya juga aneh terutama gilang, tak biasanya gilang lebih banyak diam seperti ini biasanya gilang akan banyak tingkah"mungkin, mamah juga nggak tau"
"nanti ragil berangkat sama papah ya, kebetulan hari ini papah ke sekolah"
Ragil hanya membalas dengan anggukan saja, kemudian melanjutkan makanya yang tinggal sedikit.
*_____*
Rayhan memasuki kelasnya yang tampak sudah ramai itu, ia melangkahkan kakinya di tempat duduk yang biasa ia tempati, matanya meliar mencari seseorang yang sepertinya hari ini juga tak masuk, sejak kejadian itu lisa tak masuk sekolah dengan alasan sakit, entah itu beneran atau hanya ingin mengindarinya untuk sementara waktu, rayhanpun tak tau, yang pastinya ia belum tanya perihal sakit apa yang di derita lisa karena ibunya juga kebetulan lagi cuti bulanan.
"ray"panggil seseorang gadis yang tak lain adalah nabila
Rayhan mendongak"eh ya bil kanapa"
Nabila duduk di kursi di depan tempar duduk rayhan"hmm kamu mau ajarin aku PR kemarin soalnya aku belum paham, tapi yang udah paham udah aku kerjain kok tinggal beberapa soal saja"
Rayhan menoleh ke samping mendapati jordan yang tengah sibuk bermain game di ponselnya"sama jordan aja ya, dia juara di kelas ini, guekan lebih suka cara cepat dari pada yang ada di buku paket nanti lo malah nggak ngerti"
Nabila sedikit kecewa dengan tingkah rayhan, apa salahnya sih di coba dulu mengajarinya siapa tau metodenya lebih ia mengerti dari pada di buku paket"emang jordan mau?"
Jordan mendongak, saat mendengar namanya disebut seut karena sejak tadi ia hanya fokus dengan gamenya"hah gue? Kenapa?"
"makanya kalau main game itu jangan terlalu fokus, nanti kalau ada gempa lo nyadarnya pas ketimpa puing lagi karena terlalu fokus dengan game lo"gerutu rayhan.
"ya nggak lah"
Rayhan menghembuskan nafas kasar"tuh ajarin nabila matematika peminatan, mau nggak"
"ouh, yaudah yang mana?"
Nabila menyerahkan buku yang ia bawa tadi"nomor tujuh sampai sepuluh"
Rayhan memilih ke belakang bergambung dengan galaksi dan stevan yang tengah mabar di pojok belakang kelas dari pada mengganggu nabila tengah belajar.
"seharusnya kalau lo bisa ngerjain nomor enam lo juga bisa nomor tujuh, kalau nomor sembilan sepuluh memang beda caranya?"ujar jordan
Nabila hanya diam mendengar ucapan jordan, sebenarnya ia bisa mengerjakan semua soal itu tapi ia hanya ingin lebih dekat dengan rayhan namun rayhan sepertinya malah menghindarinya"emm itu aku cari di branly tapi nggak tau caranya gimana"ucap nabila tentunya berbohong.
Jordan mengambil buku nabila, melihat jawaban yang di tulis nabila sepertinya ini bukan jawaban dari branly, soalnya ia sangat hafal jawaban dari branly atau bukan"masak sih"
"kamu niat nggak sih ngajarin aku, kalau enggak yaudah aku minta tolong yang lainya, di bilangin ini jawaban dari branly"
Jordan kaget dengan sifat nabila, sepertinya di depan rayhan nabila tampak pendiam tapi kenapa ke dirinya berbeda"yaudah gue ajarin dari awal"
*_____*
Di kelas 11 mipa 1 tampak sepi karena hampir semua muridnya pergi ke kantin, hanya menyisakan galang dan gilang saja di kelas, galang berjalan ke arah tempat duduk gilang, ia duduk di samping gilang yang sibuk mencatat resumenya yang belum selesai.
"lang.."panggil galang pelan
Gilang hanya berdehem, ia tetap fokus mencatat resumenya yang belum ia selesaikan.
Galang mendengus kesal"kalau di ajak bicara itu tatap ke orang yang ngajak bicara!"
Gilang membanting polpenya, setelah itu menatap galang"kenapa?"
"lo ada masalah apa sama ragil, gue nggak yakin ucapan ragil tadi pagi jujur, kalau lo ada masalah cerita jangan diam saja, apalagi masalahnya sama ragil kalau dia kebanyakan pikiran bisa kambuh penyakitnya"
Gilang membuang pandanganya ke sembarang arah, semua orang hanya memikirkan rayhan, apa apa rayhan, apa nggak ada sedikit pun orang yang benar benar tulus denganya, apa hanya rayhan yang kebanyakan mikir penyakitnya kambuh, apa galang tak memikirkan dirinya kalau ia juga mempunyai penyakit yang setiap saat akan kambuh jika kebanyakan pikiran"ck tanya aja sama orangnya langsung"ucap gialang langsung menutup bukunya, setelah itu beranjak dari duduknya
"lo mau kemana? Gue belum selesai bicara"ucap galang menahan gilang agar tak pergi
"mau bicara apa? Lo mau tanya gue sama ragil ada masalah apa enggak! Kan gue udah bilang tanya aja ke orangnya langsung, nanti kalau gue yang bilang dikira cuma ngibul doang"
"lo bicara apasih, aneh banget, nggak biasanya lo kayak gini sama ragil, gue cuma kasih tau kalau ada masalah cepat selesain, jangan sampai buat beban ragil, kasian dia"
"lo kasian sama ragil, tapi lo nggak kasian sama gue, kembaran macam apa lo, lebih memikirakan orang lain dari pada kembaran lo sendiri"
"ragil adik gue, lo juga adik gue, disini gue hanya ngelurusin saja, biar nggak ada kesalah pahaman lagi, kan nggak baik saudara saling bermusuhan"
Gilang melangkah pergi mengabaikan mengabaikan ucapan dari galang.
"lang, gue belum selesai bicara"
"gue mau ke kantin, lo mau bikin maag gue kambuh karena nanggapin omongan yang nggak penting"ucapnya terus melangkah meninggalkan galang sendiri di kelas.
.
.
.
.
.
.maaf lama nggak up, tugas aku lagi banyak banget hampir setiap hari dosen ngasih tugas kayak nggak mikirin mahasiswanya itu juga manusia🙂🙂