Ratih menempelkan plaster penurun panas di dahi rayhan, sejak selesai pemakaman mendiang neneknya rayhan jatuh pingsan, hingga kini keadaan rayhan belum membaik juga apalagi suhu tubuhnya meningkat, mau di bawa ke rumah sakit rayhan terus menolak alhasil kini ratih merawat rayhan dengan seadanya.
Ratih mengusap kringat yang bercucuran, ia tidak tega melihat kondisi rayhan seperti ini lagi"cepet sembuh sayang"bisiknya lalu mencium hidung mancung rayhan
Pintu terbuka menampilkan ratna adik ratih, ratna berjalan mendekati ranjang"emang ragil demam mbak?"
"iya rat, nggak tega aku liatnya padahal kemarin baru aja sembuh, eh malah sekarang dapat kabar buruk jadi gini deh"
Ratna mengangguk mengerti"dulu waktu ragil masih di ponpes juga sering sakit untung aja peraturan ponpes kalau santrinya ada yang sakit boleh pulang, aku juga yang sering jemput ragil kalau dia sakit"
Hati ratih begitu ngilu saat mendengar lontaran dari salah satu adiknya itu, ratih menyesal mengirim putra bungsunya ke pesantren padahal ratih sudah tau sejak kecil putra bungsunya itu sudah sering sakit sakitan karena terlahir prematur, saat ia hamil ragilpun kondisi kandunganya lemah karena ia sering sakit sakitan kalau biasanya wanita hamil itu berat badanya nambah beda dengan ratih saat hamil rayhan berat badanya malah turun karena nafsu makanya menurun, padahal saat hamil kembar ratih sangat sehat tak pernah ada keluhan apapun saat melahirkan kembar pun dengan normal beda dengan saat melahirkan rayhan ratih menjalani operasi cesar, namun dengan teganya ia menjauhkan rayhan dari keluarga terdekatnya, walau ia yakin keluarganya di jawa sangat menyayangi ragil namun tetap saja ia sudah keterlaluan.
"sering masuk rumah sakit nggak rat? Soalnya selama di rumah ragil udah beberapa kali masuk rumah sakit"
Ratna mengangguk"iya mbak, tapi kalau nggak parah dia nggak mau di bawa ke puskesmas atau rumah sakit ibaratnya nunggu sekarat baru mau di bawa ke rumah sakit, sampai dulu ragil pernah di rujuk di rumah sakit surabaya karena di sini fasilitas kurang lengkap"
Ah ratih ingat dulu waktu rayhan SMP ratih pernah di kasih tau revan kalau rayhan di rujuk ke salah satu rumah sakit besar di surabaya, namun dirinya masih acuh tidak berniat menjenguk anaknya yang tengah berjuang dengan sakitnya"kalau boleh tau dulu ragil sakit apa?"
"aku lupa mbak, pokoknya masalah paru parunya gitu, soalnya ragil itu sulit banget di beri tahu padahal sama ibu udah di bilangin jangan ikut futsal tapi tetep aja main, keras kepala banget kayak kamu mbak"
Ratih terkekeh"mbak nggak keras kepala ya rat"
"iya nggak keras kepala, tapi kepala batu!"
*_____*
Pagi harinya teman teman dan pengurus pesantren datang di kediaman rumah irwan, mereka semua hampir memenuhi rumah sederhana namun cukup luas itu bahkan sebagian ada yang tidak duduk karena tidak mendapatkan tempat duduk.
Rayhan yang baru saja menunaikan sholat sunah dhuha langsung keluar kamar setelah di panggil revan jika teman temanya di pesantren datang, tubuhnya masih sedikit lemas namun ia tidak enak jika tidak menemui teman temanya ataupun pengurus pesantren yang capek capek kesini, ia yakin mereka semua kesini jalan kaki walau jarak pesantren ke rumah tidak terlalu jauh hanya kisaran 5 km tetap saja jika jalan kaki terasa capeknya.
"kalau ngerasa nggak enak atau sesak langsung bilang papa ya"
Rayhan hanya mengangguk. Saat ia keluar dari kamar sontak saja reza dan rian langsung memeluk tubuh lemasnya, reza dan rian adalah sahabat yang paling dekat dari madrasah di saat semua teman temanya menjauhinya reza selalu ada di sampingnya.
"aku kangen banget sama kamu ray, yang sabar ya? Semoga ninik husnul khotimah"ujar rian
"ammin, makasih ya udah luangin waktu buat takziah kesini"