maunya hiatus tapi nggak jadi😁😁
Btw partnya nomornya berantakan nggak sih di kalian, soalnya di aku berantakan banget nggak tau cara mengurutkan nomornya gimana
.
.
.
Netra sipit rayhan meliar melihat sekitarnya, ternyata ia sudah berada di kamarnya seingatnya tadi ia sedang tiduran di klinik namun kini ia terbangun di kamarnya sendiri, ah! Mungkin kakak kembarnya yang membawa pulang tanpa ia sadari, salahkan dirinya jika sedang sakit rayhan sangat sulit di bangunkan.Pintu kamarnya terbuka menampilkan sosok burhan dan si kembar memasuki kamarnya ia baru mengingat kalau ayahnya sedang berada di luar negeri pantas saja tak ada yang heboh sendiri karena ia sakit.
Burhan mengeluarkan alat medisnya dan mulai memeriksa rayhan, sedangkan rayhan hanya diam sesekali meringis saat jarum suntik dan jarum infus menusuk pembuluh fenanya"kamu itu di bilangin jangan sekolah dulu kenapa sekolah?"
"tadi ada ulangan akhh om pelan pelan dong!"ringis rayhan saat lagi lagi jarum suntik menempus kulit putih mulusnya, terhitung sudah 3x jarum lancip itu menusuk kulit mulus rayhan.
"biarin biar kapok kamu kalau besok kamu tetep kukueh untuk pergi ke sekolah om nggak akan segan segan seret kamu ke rumah sakit dan akan om kurung satu bulan nggak boleh keluar"
Rayhan meringis mendengarkan ancaman irfan"om tuh bawelnya melebihi papa"
"bodo amat, hmm bentar lagi papamu pulang om nggak yakin kalau nggak nyeret kamu ke rumah sakit, eh keluhanya kayak kemarin"
Rayhan diam sejenak memikirkan sesuatu"tadi batuknya parah banget om"bukan rayhan melainkan galang
"terus?"
"nggak ada!"
"hei bocah tengil! kau lupa kalau om ini dokter"
Rayhan menutup ke dua telinganya dengan ke dua tanganya"ragil nggak dengerrr"hingga infus yang di punggung tanganya ke tarik membuatnya meringis kesakitan.
Burhan membuang pandanganya"om nggak dengerr"burhan mengulang apa yang di katakan rayhan tadi.
Sedangkan si kembar hanya terkekeh melihat rayhan yang mengelus punggung tanganya yang mungkin masih sakit, mereka sebenarnya kasian namun tikah rayhan tak mencerminkan kalau dirinya tengah sakit, membuat mereka seolah olah tak peduli.
Mata rayhan membulat saat darahnya naik ke selang infusnya"omm darahnya naikk"
"makanya jadi anak itu jangan banyak tingkah"
Braakk
Pintu kamar rayhan terbukan dengan paksa membuat semua yang ada di dalam menoleh ke sumber suara. Revan masuk ke dalam kamar putra bungsu dengan nafas terengah sebab sedari tadi berlari
"gil kamu nggak papakan"revan membekap ke dua pipi rayhan
"papa nggak usah kawatir ragil udah mendingan kok"
"katanya tadi kamu pingsan ya? Udah di bilangin jangan sekolah dulu kenapa tetep sekolah jadi ginikan, pokoknya sekarang kamu ke rumah sakit papa nggak mau tauk"
Rayhan menghembuskan nafas kasar melirik kakak kembarnya setelah itu irfan yang sedang menahan tawa, jelas pasti mereka yang melebih lebihkan keadaanya"siapa yang pingsan pa, tadi ragil cuma sesak nafas aja gara gara AC-nya suhunya di rendahin dan ragil bawanya inhaller yang isinya tinggal dikit"ucap rayhan tak sepenuhnya bohong, memang tadi suhu AC-nya di turunin karena semua murid merasa gerah akibat habis olahraga kecuali rayhan sebab dirinya tak mengikuti olahraga.
"pokoknya kamu harus ke rumah sakit untuk tes lab!"
"astaga papa ngapain coba tes lab segala. Udah papa keluar dari kamar ragil, papa bau belum mandi kan dan papa pasti belum makan, sana pergi pa"