Sepanjang jalan lisa bernyanyi mengikuti syair yang ia dengar di earphone, ia berniat ke rumah majikan ibunya karena hari ini ibunya pulang dari luar kota. Lisa membuka pintu gerbang yang menjulang tinggi menyapa dengan senyuman satpam yang tengah menjaga rumah majikan ibunya
Lisa melepas earphone yang menyumpal ke dua daun telinganya"ibu udah pulangkan mang"
"katanya masih kejebak macet neng mungkin nanti malam pulangnya"
Lisa menghela nafas kasar"yaudah mang, lisa pulang dulu nanti kalau ibu udah pulang suruh telfon lisa ya"
Setelah mendapat bersetujuan lisa membuka kembali pintu gerbang namun saat ia mau meninggalkan rumah majikan ibunya itu ia di panggil seseorang dari belakang
"lisa"
Lisa membalikan badanya"rayhan?"
Rayhan berlari mendekati lisa"kok balik lagi kenapa?"
"ibu belum pulang ray, ya gue balik lagi deh"
"main sama gue aja yuk bosen gue di rumah terus di gangguin dua anak setan yang nyebelin sambil nunggu ibu kamu gitu"
Lisa mengangguk setuju, ia mengerti yang di maksut anak setan siapa lagi kakau tidak galang sama gilang"kalau mereka anak setan lo juga anak setan kali"
Rayhan terkekeh"nggak cuma mereka gue anak manusia, mau nggak ke taman belakang"
"yaudah yuk"
Sesampainya di taman mereka duduk beriiringan di depanya sudah ada minuman, buah dan beberapa kue kering untuk cemilan mereka berbincang, sangking asyiknya berbincak mereka sampai lupa di rumah ini bukan hanya mereka saja, dan tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka
"jadi lo langganan hukuman pak ustadz hahaha dari dulu lo jailnya nggak ketulungan ya"
Ah! Kenapa rayhan begitu senang melihat tawa lisa pecah sudah lama ia tak mendengar tawa itu yang selalu membuat hatinya tenang, selain keluarganya ia juga sangat merindukan gadis mungil di depanya.
"lis selama gue di ponpes lo kangen nggak sama gue?"tanya rayhan ragu
Sontak tawa lisa semakin pecah mendengar ucapan dari rayhan"hahahha ya kangen lah lo tuh sahabat gue yang paling ngerti'in gue dari dulu, lo tuh setiap liburan nggak pulang ke rumah sini malah ke rumah ninik sama kakung lo.. Kenapa sih?"
Senyum rayhan luntur seketika mendengar pertanyaan lisa, sebenarnya pertanyaan ini paling rayhan hindari, karena dirinya sendiri tidak tau kenapa dulu papanya tidak pernah mengajaknya pulang, dulu setiap liburan papanya hanya mengajaknya pulang ke rumah orang tua dari mamanya, rayhan pernah bertanya kenapa nggak pulang ke rumah namun papanya hanya membalas 'nanti saja jangan sekarang'.
"ya nggak papa di sana udaranya sejuk bikin gue betah di sana kapan kapan gue akan ajak lo ke ponorogo sambil liburan gitu"
Lisa mengangguk semangat"janji ya ajak gue ke sana gue bosen liburan cuma di sini sini aja"
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata mmelihat mereka dengan tatapan tak suka, tanganya meremat untuk menahan amarahnya
*_____*Sambil menunggu orang tuanya pulang kerja rayhan, galang dan gilang bermain ps di ruang tengah lebih tepatnya hanya galang dan gilang saja sedangkan rayhan hanya menonton ke dua kakak kembarnya bermain sesekali ia membalas chat dari teman temanya
Ia merasa jenuh hanya menyaksikan ke dua kakaknya bermain sedangkan ia mau ikut bergabung juga pasti akan kalah karena sejak kecil ia tak suka main ps karena menurutnya hanya akan menganggu belajarnya tapi entah kenapa sekarang ia jadi tertarik ingin permainan itu.
"bang..."panggilnya
Galang dan gilang hanya berdehem saja membuat rayhan berdecak kesal
"ajarin aku dong main ps dong"
"emang lo nggak bisa?"tanya galang heran dengan adiknya.
"kalau aku bisa nggak akan minta ajarin kalian bosenih adik paling ganteng abang"
"enak aja adik paling ganteng bang galang tuh gue, lu perbandinganya jauh banget,. Eh biasanya juga ngerecokin bibi masak kenapa sekarang jadi minta ajarin ps emang di rumah eyang nggak ada ps"
Rayhan mengerucutkan bibirnya lucu"cucunya aja yang di sana cuma aku itupun kalau liburan saja di sana apa mau mereka beliin barang nggak guna. Aku aja pegang hp pertengahan sanawiyah"
Gilang menarik kepala rayhan sampai ke dekapanya, tanganya mengusap rambut rayhan kasar"tututu kasian banget adiknya abang"
Rayhan membrontak kala merasakan sesak akibat dekapan gilang"bang sesek"ujarnya dalam diam
Gilang malah semakin mengeratkan dekapanya ia sudah lama tak mengerjai adiknya, tangan sebelah menggelitiki punggungnya, gilang tau kalau adiknya paling geli kalau area perut sampai punggungnya ada yang megang"ohh mau kurang erat ya pelukan gue"
Tubuh rayhan menggelinjang tak aturan"abanggg"teriaknya tertahan dada bidang gilang, ia merasakan pasokan udara di sikitarnya semakin menipis ia benar benar tak bisa nafas apalagi apalagi pinggangnya terbentur sofa bagian yang keras
"lang lo udah gila apa, ragil bisa bengek"ucap galang berusaha melepas dekapan gilang
Gilang reflek lansung melepas dekapanya dan benar saja kata galang rayhan tampak kesusahan nafas dan wajahnya memerah"gill"panggil gilang kawatir
Revan buru buru mendekati anak anaknya kala melihat anak wajah anak bungsunya memerah dan tampak kesusahan nafas"ragil kenapa?"tanya revan kawatir
Galang mengabaikan pertanyaan revan ia membantu rayhan bersandar di sofa, ia mengintruksi adiknya agar bisa bernafas normal lagi"pelan pelan nafas pakai hidung coba, oke satu dua jangan pakai mulut"
Rayhan menggeleng pelan nafasnya masih tercekat ia seolah olah tak bisa bernafas dengan hidungnya, sedangkan gilang masih mematung melihat kondisi rayhan ia tidak berniat membuat asma rayhan kambuh seperti ini
Saat revan mau memanggil ratih di belakangnya namun ia urungkan saat melihat ratih pergi begitu saja"gilang ambilkan inhaller ragil sekarang"
Gilang mengangguk langsung berlari ke lantai dua untuk mengambil inhaler adiknya di kamarnya, tidak lama kemudian gilang datang membawa inhaler milik adiknya, ia langsung menyerahkan barang itu ke revan
Revan langsung menyemprotkan inhaller itu ke mulut rayhan, setelah beberapa semprotan nafas rayhan tampak berangsur membaik, rayhan memejamkan matanya menghalau rasa pusing di kepalanya"ragil kenapa bisa kambuh gini"
"eee tadi gilang nggak..."ucapan gilang langsung di potong rayhan"tadi kita cuma iseng iseng kok pa nggak tau kenapa kok bengeknya bisa kambuh"
"tapi gil.."
"iya pa gitu yang penting sekarang aku udah nggak papa kok"ucap rayhan memotong kembali ucapan gilang
"kamu mau bicara apa bang"
"pa hayuk makan ragil udah laper"ucapnya mengalihkan topik ia tidak mau gilang di hukum gara gara dirinya ia tau pasti gilang tak sengaja membuat asmanya kambuh.
Revan mengangguk pelan"yaudah papa ke kamar dulu"ia menegakan tubuhnya lalu melenggang pergi.
.
.
.
.
.
.