Sebelum kita mulai chapter ini, sebaiknya siapkan mental lebih dulu karena authornya juga sampe terganggu mentalnya nulis ini. Ga deng, canda.
~HAPPY READING~
"Aya, gue mau ngomong sama lo berdua." Abian beranjak dari tempatnya dan berjalan menaiki tangga.
Ayana yang mengerti apa maksud cowok itu pun hanya mengikuti langkahnya sampai ke kamar Abian untuk bicara berdua.
"Mau ngomong apa?" tanya Ayana setelah Abian menutup pintu kamar.
"Lo serius udah balikan lagi sama Ken?"
"Lo bawa gue kesini cuma mau tanya itu?"
"Iya atau gak? Gue serius nanya," serunya. Jujur saja Aya tidak pernah melihat tatapan tajam seperti itu dari mata Abian.
Entah mengapa dia terlihat sangat menakutkan sekarang, tidak seperti Abian yang selalu lembut padanya.
"Apaan si lo," jengkelnya yang mulai merasa tidak nyaman karena tatapan Abian yang berubah jadi sangat kasar.
Matanya bahkan memerah, jelas sekali dia sedang menahan amarah yang entah apa penyebabnya.
"Jawab aja iya atau ngga!"
Baiklah mulai mengerti, Abian memang sedang marah sungguhan.
"Kalo iya emang kenapa?" Bukannya menjawab gadis itu malah balik bertanya. Pertanyaan yang jelas semakin menyulut emosi Abian.
"Setelah apa yang dia lakuin ke lo, dan lo masih mau balik sama dia?"
Ayana semakin jengkel dengan suasana semacam ini. Sampai kapan pun Ayana rasa Abian tidak akan mengerti dirinya. Bagaimana stress berada di posisinya sekarang.
Andai saja Abian sadar bahwa satu-satunya yang Ayana cintai adalah dia. Orang yang Ayana tahu sedang merasa takut kehilangan dirinya, tapi dia sendiri justru memiliki wanita lain di hatinya.
"Kenapa si lo pengen tau banget urusan gue?" tanya Ayana sinis.
"Ya gue harus tau karena gue peduli sama lo, karena lo sahabat gue dan gue gak mau lo balik lagi sama cowok yang jelas-jelas udah nyakitin lo."
Ayana sudah tahu akan jadi seperti ini pada akhirnya. Keadaan semacam ini sudah pernah terlintas di bayangannya.
Gadis itu memutar bola matanya malas. "Udah lah ngga usah di ungkit-ungkit itu lagi. Males gue berantem sama lo."
Tepat ketika Ayana berniat untuk pergi dari sana, tapi Abian justru mencegahnya. Meraih tangannya untuk tetap berdiri di hadapannya.
"Kenapa harus Ken?" tanyanya dengan intonasi yang mulai melembut.
Jujur saja Abian kesal melihat mereka semakin dekat, sedangkan hubungannya dengan Ayana malah semakin jauh. Seperti dengan perlahan Ayana mulai terus menghindarinya. Namun masalahnya adalah Abian tidak pernah sadar apa yang menjadi sebab mereka semakin berjarak.
"Ya kenapa lo kesel gue sama Ken? Kalo lo sahabat gue harusnya lo dukung lah apa maunya gue."
"TAPI KEN GAK BAIK BUAT LO!" teriaknya.
Pada saat ini Ayana berada dititik dimana dia harus menahan diri agar tidak terlihat cengeng meskipun sangat ingin menangis. Sebelumnya mereka tidak pernah bertengkar seperti ini.
"Tau dari mana Ken gak baik buat gue? Justru sekarang Ken itu terbaik buat gue. Dia bantuin gue, dia selalu ada ada buat gue, dan kalo bukan Ken siapa lagi? Coba lo pikir, gue gak punya siapapun sekarang." Ayana tidak bisa lagi menahan tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Down
Teen Fiction"Lihat, aku butuh tempat untuk bersandar, bahu yang menerima tangisku, dan pelukan yang mendengarkan keluhku. Tapi dimana kamu?" . . . . . . Boleh follow dulu lah sebelum baca, biar lebih akrab sisss (◍•ᴗ•◍)❤ Boleh komentar tapi gak jahat. Dilarang...