Jam kosong, sesuatu yang menjadi surga anak sekolah, namun juga sesuatu yang monoton. Seperti hari ini contohnya, meskipun tidak terlalu buruk karena tidak se-membosankan yang Ayana pikirkan.
Anak-anak basket dari angkatan senior kelas 12 sedang bermurah hati unjuk kebolehan di lapangan outdoor sekolah. Tentunya dengan tujuan utamanya yaitu menghilangkan suasana monoton dan dingin. Menarik semua siswa berdiri memenuhi koridor lantai bawah maupun atas, dan memenuhi tepian halaman sekolah.
Tidak terkecuali dengan Ayana yang juga sedang asik menikmati pertunjukan bersama Helli. Tentu dengan membuat permohonan pada Tuhan agar tim kak Baskara lah yang menang, sahabatnya.
Namun siapa sangka, Abian yang entah dari mana datangnya menarik Ayana dengan paksa keluar dari kerumunan. Mengajaknya ke arah parkiran sekolah. Jelas Ayana memprotes tindakan tanpa perizinan semacam ini. Tapi apakah selama ini ada yang unggul jika harus berdebat dengan Abian?
"Tarzan, Lo mau ngajak gue kemana si?"
"Udah ikut aja, gak aneh-aneh kok serius deh."
Ayana hanya menurut, memakai helm yang sudah Abian sodorkan sebelumnya. Aya bahkan sudah bisa memakai helm. Percaya, ini semua berkat tutorialnya Abian selama ini. Berterimakasih lah.
Ini tidak semudah itu sepertinya, mereka harus berhadapan dengan scurity sekolah yang jelas siap menginterogasi mereka lebih dulu.
"Mau ke mana?" Tanya pria yang sebenarnya tidak terlalu tua itu. Mungkin cita-citanya sungguh menjadi scurity, jadi masa mudanya tidak ia gunakan untuk mencari pekerjaan lain. Lihat saja betapa muda dan --- tampan. Boleh juga diakui.
"Eh bapak, ini kita kan sodaraan mau ada arisan keluarga. Tapi harus ikut semua" cengir Abian tanpa dosa.
Ayana sempat melotot. Keluarga dari mana? Jelas sekali mereka tidak ada hubungan darah. Selain mereka bersahabat. Dan satu lagi, arisan? Terdengar lucu.
"Memangnya tidak bisa orang tua kalian saja?"
"Gak bisa pak, kalo bisa gak mungkin kita ninggalin basket, di dalem lagi reme gitu." Abian kembali berbelit dengan motif yang entahlah, Ayana juga tidak mengerti.
"Tapi sudah peraturan sekolah, kalian belum minta izin guru BK."
"Ya elah pak, penting ini. Masalahnya kalo kita gak bisa datang tepat waktu bisa diusir kita. Ya gak Ay?" Matanya mengedip sebelah, meminta pembelaan atas kebohongannya. Ayana tidak merespon apapun, hanya diam menyaksikan dengan penuh terheran-heran.
"Sekejam itu aturan keluarga kalian?"
"Hemm, cuma satu jam doang. Serius deh ntar kita balik lagi. Janji." Mohonnya. Haruskah Aya bertepuk tangan atas kemampuan Abian dalam masalah berbelit-belit?
"Ya udah tapi satu jam ya, saya gak mau kena sanksi gara-gara kalian."
"Iya deh, makasih pak saya doain bapaknya makin ganteng." goda Abian.
Luar biasa, Abian bahkan seperti tidak tahu batasan antara siswa dengan scurity. Masih sempat sempatnya dia mencolek wajah bapak scurity sebelum melajukan motornya dengan kecepatan bak Valentino Rossi. Serius, ini lebih dari menggelikan bagi Ayana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Down
Teen Fiction"Lihat, aku butuh tempat untuk bersandar, bahu yang menerima tangisku, dan pelukan yang mendengarkan keluhku. Tapi dimana kamu?" . . . . . . Boleh follow dulu lah sebelum baca, biar lebih akrab sisss (◍•ᴗ•◍)❤ Boleh komentar tapi gak jahat. Dilarang...