36. Adek Bayi

45 7 2
                                    

Untuk kedepannya, menjemput dan mengantarkan Ayana ke tempatnya bekerja mungkin akan menjadi kebiasaan baru untuk Ken. Kebiasaan yang akan ia lakukan dengan sepenuh hati.

"Entar pulangnya telpon gue ya," ucap Ken sembari menerima Helm yang baru saja dilepas dari kepala Ayana.

"Iya," tuturnya.

Mata Ken tiba-tiba saja melirik ke arah laki-laki yang sedang santai meneguk kopinya sembari menggeluti game online di tangannya.

"Tuh, orang nggak gangguin lo kan?" tunjuknya menggunakan dagu ke arah Iqbal, cowok yang sedang meneguk kopinya tadi.

"Enggak, kak Iqbal baik banget malah," tutur Ayana penuh semangat.

"Gue nggak terlalu percaya sama tu anak."

Ayana memutar bola matanya malas. "Ck! Sama temen sendiri kok, nggak percaya," decaknya.

"Ya, udah gue masuk dulu," pamit Ayana.

"Telpon gue," ujar Ken sekali lagi untuk mengingatkan.

"Iya nanti gue telpon."

Setelah memastikan Ayana benar-benar masuk, Ken langsung saja cabut dari tempat tersebut. Pagi tadi dia baru saja mendapatkan kabar dari pembantu yang ada di rumahnya, Laskar tiba-tiba saja demam tinggi.

Karena Ken memilih tinggal di apartemen, kadang-kadang dia agak terlambat mendapatkan kabar jika sesuatu sedang terjadi pada adiknya. Namun hal tersebut tidak menjadi alasan baginya untuk tidak menemuinya.

Sesampainya di rumah, Ken langsung dihampiri oleh pembantu rumah tersebut. Wajah wanita paruh baya itu tampak panik.

"Laskar sakit, Bi?" tanyanya sopan.

"Iya den, den Laskar tiduran terus. Bibi agak khawatir, semalam den Laskar nafasnya sesak, badannya juga panas banget tapi nggak mau diajak ke dokter." Wanita itu segera mengadukan segalanya kepada Ken.

Ken sudah tahu hal seperti ini pasti akan terjadi. Sejak kecil Laskar paling sulit diajak ke dokter.

"Bi Ira, nanti tolong siapin bajunya Laskar ya. Biar Ken aja bawa tu anak ke dokter, takutnya nanti di opname."

Bi Ira mengangguk paham. "Iya den, langsung bibi siapkan," ucapnya.

"Terimakasih, bi."

Ken langsung saja naik ke kamar Laskar yang berbeda di lantai dua. Didapatinya sang adik sedang tertidur pulas dengan kain basah yang dijadikan kompres di dahinya.

"Bangun, pake jaket lo." Tanpa mengulur waktu lagi, Ken langsung saja mengambil sebuah jaket yang ada di lemari adiknya. Dia juga membantu tubuh adiknya untuk duduk dan memakaikan jaket.

"Bang, lo kok disini?" tanya Laskar yang sedikit terkejut dengan perlakuan Ken.

"Cepetan bangun, pake jaketnya yang bener!" perintah Ken lagi.

"Gue nggak mau ke dokter." Laskar yang sudah tahu tujuan kakaknya, langsung menolak.

"Nggak usah kaya anak kecil, kalo sakit ya ke dokter." katanya sambil memakaikan jaket di tubuh lemah Laskar.

"Gue kan nggak kuat jalan," ucap laskar.

Ken menghela nafas berat sambil memandang sebal adiknya. Jika sedang sakit, biasanya Laskar akan mulai bertingkah seperti anak kecil. Sedetik kemudian Ken langsung saja menggendong tubuh adiknya ala bridal style dan membawanya keluar kamar.

"Nggak begini juga kali gendongnya anjir. Lo kata gue cewek?" protes Laskar yang merasa tidak nyaman. Namun tidak bisa juga memberontak dalam kondisi tubuh yang lemas seperti ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Let Me DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang