03. Brownies Nanas

173 78 28
                                    

Setelah menenangkan dan mengembalikan kembali senyum Aya, seperti biasa Bian mengantarkan sahabatnya itu secara langsung sampai ke depan kelasnya.

Sebenarnya tidak bisa dibilang mengantarkan juga, kebetulan kelas saja Bian berada di ujung lantai dua. Yang secara otomatis memang melewati kelas Aya.

Tapi sudahlah terserah Bian saja.

"Udah sana masuk. Belajar yang bener, jangan nakal nakal!" Ucap Bian sembari mengusak-usak rambut Aya gemas.

"Kok lo jadi kaya mama Ana si?" Protesnya merasa gaya bicara Bian yang meniru mamanya.

"Kan gue udah bilang, kalo lo kangen mama Ana ke gue aja. Termasuk cowok lo yang gak jelas itu tuh, sapa namanya si--- Ken. Gue juga bisa ko jadi Ken buat lo."

Penyait Bian yang gak bisa serius tiba-tiba saja mulai kumat, ngelantur tidak jelas.

"Gak perlu!" Aya langsung masuk dan membiarkan Bian begitu saja di depan pintu.

"Gue becanda, gausah baper. Emang ya cicak amazon!" teriak Bian dari depan pintu kelas.

Aya sempat melirik sekeliling, memastikan reaksi dari seluruh penghuni kelasnya. Bayangkan saja, untuk apa Bian berteriak seperti itu? Tidak tahu malu. Aya yakin setelah ini dia dan Bian jadi bahan renyah untuk gibahan seminggu ke depan.

"Udah sana lo pergi!" usir Aya yang dituruti Bian.

.....

Bel istirahat sudah berbunyi sedari tadi, namun Bian sepertinya memang tidak termotivasi untuk pergi ke kantin atau bahkan berdiri dari duduknya. Matanya melirik seseorang yang masuk ke dalam kelas.

Dia adalah Ken yang baru saja baru berangkat. Itu bukan hal yang perlu di herankan. Tentu Ken bisa dengan seenaknya berangkat sekolah. Ken adalah anak emas SMA Megaruda, karena otak ajaibnya telah membawa nama baik sekolah ini sampai ke sebuah olimpiade debat di amerika. Luar biasa!

Tidak hanya itu, fakta lainnya adalah Ken yang merupakan cucu dari ketua yayasan ini.

Ken bukanlah tipe orang yang suka dikekang dan diatur-atur, dia lebih suka dengan gaya hidup bebasnya. Semua guru bimbingan sepakat untuk memberi perlakuan khusus untuk Ken. Dia bisa berangkat kapanpun dia maubahkan melakukan apapun yang Ken mau, asalkan Ken mau mengikuti setiap olimpiade mewakili SMA.

Bian berdiri dari duduknya, membuat decitan akibat lantai dan kaki kursi yang beradu. Kakinya mendekat ke arah Ken yang masih berdiri.

"Baru berangkat?" tanya Bian. "kenapa? Ngurusin Arin lagi?" lanjutnya sedikit menyindir.

Meskipun Bian tidak dirugikan dengan Ken yang perhatian terhadap Arin. Namun dia tau bagaimana perasaan Aya sebenarnya. Bian tidak mungkin santai saja jika sudah menyangkut Aya.

Bian tersenyum ringan. "Lo sahabatnya Aya kan? Gue juga punya sahabat kaya lo yang gak bisa ngabaiin Aya gitu aja." Jawab Ken santai.

"Lo sebenernya cinta gak si sama Aya? Lo gak mikir perasaan Aya kalo lo kaya gini?"

"Lo gak perlu ragu, lo tau gue kan? Gue cinta sama Aya dan gue serius soal itu... Dan Arin, gue gak marah setiap kali lo jalan, lo peduli ke Aya padahal lo tau gue cowoknya. Karena gue tau lo sahabatnya Aya."

"Gue gak suka lo nyakitin Aya!" Bian kemudian menepuk pundak Mark "Jangan sampe persahabatan antara gue dan lo rusak, karena lo nyakitin Aya"

"Gue kira si gak akan" sahut Ken angkuh.



......


Jam istirahat kedua, Bian sudah berada di kelas IPS B, kelas dimana Aya berada. Bian sudah berniat untuk mengajak Aya ke kantin sejak tadi.

Let Me DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang