29. Ditolak

14 14 3
                                    

"Ken makasih ya udah bantuin gue selama ini."

Cowok yang sedang bermain gitar itupun seketika meletakkan gitarnya ke sembarang tempat begitu Ayana yang entah sejak kapan duduk di sebelahnya.

Mereka memang baru sampai di apartemen milik Ken beberapa jam lalu setelah berhasil mencari kosan untuk Ayana.

"Kapanpun lo butuh gue, tinggal bilang. Gue bakalan selalu ada buat lo," tukas Ken dengan lembutnya. Dia bahkan sengaja menatap lawan bicaranya sambil tersenyum, menunjukkan betapa tulusnya dia.

"Suatu saat gue bakal bales semua kebaikan lo," seru Ayana canggung.

"Udah lunas kok, gue pernah nyakitin lo. Anggap aja ini tebusan, meskipun gue tau gak bakal cukup," sahut cowok itu sukses membuat Ayana bungkam.

Jujur saja dia tidak mau terlalu dekat dengan Ken. Mengingat betapa kecewanya Ayana dengan mantan kekasihnya itu dulu, Ayana tidak siap jika pada akhirnya mereka kembali saling mencintai dan mengulangi semua yang telah berakhir.

Tapi Ken malah menjadi orang yang terus menolongnya belakangan ini, dan hal tersebut membuat Ayana merasa tidak enak jika harus menjauh secara terang-terangan. Ayana hanya berharap suatu saat dia bisa membalas kebaikan Ken kemudian mereka akan berpisah. Bagaimanapun Ken sudah tidak ada di hati Ayana. Meskipun dia berubah menjadi seperti yang Ayana inginkan, namun hati gadis itu sudah disinggahi pria lain, dan itu bukan Ken lagi.

"Aya," panggil Ken yang berhasil membuyarkan lamunanku Ayana seketika.

"Hm?"

"G-gue boleh gak pake panggilan 'aku-kamu' lagi kaya dulu?" tanyanya dengan nada hati-hati.

Sekali lagi gadis itu malah terdiam dan bingung harus menjawab apa. Entah mengapa Ken justru selalu berusaha untuk menjadi dekat lagi dengannya.

"Em, sorry kalo gue bikin lo ngga nyaman sama pertanyaan gue. Lupain aja," tuturnya. Ken mengerti bahwa mungkin saja Ayana masih tidak mau terlalu dekat dengannya, atau mungkin memang Ayana masih sangat kecewa dengannya.

Drrtt Drrrttt

Tiba-tiba saja ponsel milik Ken bergetar, cowok itu pun segera meraih dan mengangkatnya.

"Sekarang? Oke gue otw," seru Ken kepada si penelepon di seberang sana.

"Siapa?" tanya Ayana yang penasaran Ken mau pergi kemana namun justru malah menanyakan orang yang menelepon Ken.

"Iqbal."

"Balapan ya, lo masih balap liar?" tanyanya penasaran.

Ken terdiam untuk beberapa detik. "Maaf," lirihnya.

"Ngapain minta maaf, gue kan udah gak ada hak ngelarang lo balapan. Terserah lo mau apa aja, tapi gue tetep mau ngingetin balapan itu beresiko. Nyawa taruhannya," cerca Ayana.

Mau Ken pacarnya atau bukan, Ayana tetap akan mengingatkan karena dia tidak suka balap liar. Menurutnya balap liar itu berbahaya, selain membahayakan nyawa sendiri ataupun orang lain, balap liar juga dilarang oleh hukum.

Ken berdiri dari duduknya kemudian membungkuk untuk menatap wajah gadis yang sedang duduk lebih dekat lagi.

"Gue bisa berhenti, kalo lo mau balikan sama gue," tukasnya dengan penuh percaya diri.

"Gue gak nyuruh lo berhenti, cuma ngingetin. Kalo lo ga mau berhenti ya gapapa,"

Setelah mendengar secara jelas penolakan dari Ayana atas Ajakannya untuk balikan, Ken segera pergi ke kamarnya untuk mengambil jaket. Dia memang tidak berharap banyak pada Ayana untuk saat ini, namun cowok itu pastikan untuk kembali memperjuangkan gadis itu.

Let Me DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang