Seharian ini setelah pulang sekolah diantar Ken, Aya hanya bergelut dengan bantal gulingnya. Menahan emosi yang membeludak karena terlalu mendalami romantisme sebuah drama Korea yang sedang ia tonton. Sebenarnya Aya sangat bosan, namun ia juga tidak punya pekerjaan apapun selain tugas sekolah yang sudah pasti Aya rencanakan besok pagi saja di sekolah. Ayolah, masih banyak otak-otak pintar dan berguna di dalam kalas yang bisa ia mintai pertolongan.
Merasa handphone-nya mendapat notifikasi, Aya langsung mengeceknya.
Ternyata pesan dari Bian.
Bian kaya tarzan🙉
Cicak, Lo bisa kesini kan?
Bantuin gue buat brownies nanas. Bunda Ica lagi ke rumahnya omah.
Aya tiba-tiba saja teringat kejadian siang tadi. Aya jamin Bian sedang stress karena ditelpon Amira yang terus-menerus menagih browniesnya.
Iya, gue mandi dulu
Selesai mandi, Aya jalan kaki ke rumahnya Bian. Karena rumah mereka yang masih satu kompleks, itu sebabnya Bian merasa tidak perlu menjemput Aya.
.....
Download and Play Music
Everytime - Punch and Chen
Tidak bisa dibilang kalau brownies nanas ini buatan Bian sendiri. Karena sebenarnya 98 persen yang membuat brownies adalah Aya.
Aya bahkan merasa seperti membawa anak bayi saat memasak. Bagaimana Bian yang malah memakan nanas yang Aya suruh untuk dipotong. Meskipun sudah Aya peringatkan berkali kali. "Nanti abis kalo Lo makanan terus, tarzan."
Namun jawaban Bian hanya, "Kalo abis ganti pisang aja tuh di kulkas. Si Mira juga kan makanannya pisang."
Betapa pusingnya Aya melihat Bian yang diminta memecahkan telur, namun justru jatuh di atas meja dan mengotori banyak hal. Namun dengan santainya malah mengatakan "yah Ay, jatuh kan telornya."
Benar-benar membuat Aya naik darah. Membantu Bian membuat brownies lebih menyusahkan dibandingkan dengan membuat skala pemasaran seperti tugas sekolahnya.
Saat Aya menyuruh Bian untuk mengaduk adonannya menggunakan mixer, Bian justru menggunakan kedua tangannya. Dan jika Aya marah maka Bian hanya akan menjawab dengan, "Kalo semuanya pake alat terus buat apa dong gunanya tangan?"
Bukan hanya itu, Bian bahkan menjadikan sisa adonan brownies untuk menjahili Aya dengan cara mengotori wajahnya. Tentu saja hal tersebut membuat Aya kesal.
"Bian lo rese banget deh, kotor guenya kan!!!" Omel Aya sibuk membersihkan wajahnya.
Aya tidak diam saja. Merasa tidak terima karena hanya dirinya yang kotor, Aya balas menyerang Bian. Namun saat Aya berniat membalas, Bian justru melarikan diri. Membuat Aya lelah karena terus mengejarnya kesana-kemari. Bahkan Bian sampai melompati meja yang ada di ruang keluarga.
Dan berujung tawa Aya yang menggelegar karena Bian yang jatuh terjungkal dari atas sofa saat berlarian.
"Ha-ha-ha" tawa Aya pecah seketika.
"Malah ketawa Lo dasar cicak, bantuin gue ini sakit tangan gue." Kesal Bian yang masih terjungkal, tangannya tentu sakit karena menabrak ujung meja.
"Lah? Siapa yang nyuruh lo lari-lari?"
"Lo yang ngejar gue duluan makanya gue lari."
"Yeuu, itu si Lo duluan yang rese tadi." Elak Aya. Meskipun begitu tetap tetap saja dia membantu Bian untuk berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Down
Teen Fiction"Lihat, aku butuh tempat untuk bersandar, bahu yang menerima tangisku, dan pelukan yang mendengarkan keluhku. Tapi dimana kamu?" . . . . . . Boleh follow dulu lah sebelum baca, biar lebih akrab sisss (◍•ᴗ•◍)❤ Boleh komentar tapi gak jahat. Dilarang...