17. Permen Payung

61 37 18
                                        


Sesuai janjinya, mamanya Megan benar benar pulang. Meskipun baru sampai jam 2 pagi. Tidak masalah, perjalanan dari Jakarta ke Jogja memang jauh.

Mereka langsung pulang setelah tante Via pulang. Dan tepat pukul 3 pagi Ayana sudah bisa kembali tidur di kamar tamu kediaman sahabatnya. Sebenarnya Ayana tidak tidur. Dirinya terus memikirkan hal apa yang harus ia berikan untuk Abian. Besok adalah hari ulang tahun sahabatnya.

Berkali kali Ayana memegangi bandul liontin yang menggantung di lehernya. Memikirkan sesuatu yang mungkin bisa sebanding dengan nilai liontin yang berharga ini. Bukan dalam hal materi namun sesuatu yang mengesankan, memiliki arti dan pesan tersendiri. Pesan dimana Ayana bisa menyampaikan perasaan sukanya terhadap Abian.

Namun tidak bisa disalah artikan. Ayana hanya ingin menyampaikan perasaannya dengan hal yang tidak terlihat. Ayana sama sekali tidak ingin Abian tahu soal perasaan kecilnya ini. Biarlah semua berjalan sesuai takdir. Jika memang Abian tercipta untuknya, maka dengan sendirinya dialah yang akan mendekat tanpa perlu Ayana yang mengatakannya terlebih dahulu. Jika memang bukan, setidaknya Ayana masih bisa menjadi orang yang paling Abian jaga dan pedulikan.

Flashback on

Ayana kecil, yang masih menempati bangku kelas 6 SD terduduk ditepi lapangan futsal. Ayana memang tidak suka berlarian ke sana kemari. Saat istirahat dirinya hanya akan duduk ditepi lapangan futsal dengan jajan di tangannya. Dia selalu berfikiran bahwa dirinya perlu waktu untuk sekedar duduk setelah penat menghadapi pelajaran seharian penuh. Tidak peduli meskipun ia sendirian. Bukannya malah berlarian dan menambah kadar lelahnya.

Belum lama Ayana duduk, Abian datang dan ikut duduk di sebelahnya. Tidak biasanya,

"Kamu ngapain?" Tanya Ayana kepada Abian yang baru saja duduk.

Sahabatnya yang dulu memang tidak setampan sekarang. Namun sudah termasuk sangat maksimal pada masanya.

"Mau tanya, romantis itu gimana si?"

"Ngapain nanya gitu?" Tentu Ayana tidak mengerti mengapa pertanyaan yang ia dengar yang pertama kali justru pertanyaan yang semacam itu. Sejujurnya Ayana sendiri tidak terlalu mengerti hal seperti itu di usianya.

"Kamu jangan bilang-bilang yah. Aku suka sama temen aku." Abian berbicara setengah berbisik, jarinya ia tempelkan tepat di depan bibirnya sendiri.

"Ouh gitu, gak tau."

"Yah payah." Abian terlihat kecewa dengan jawaban Ayana.

"Romantis itu menurut aku kalo seseorang ngasih permen payung."

"Kok permen payung?" Abian berubah bingung dengan jawaban Ayana kali ini. Mana mungkin permen payung bisa dibilang romantis, harganya saja lima ratus rupiah.

"Kata papah si gitu. Dan aku juga jadi merasa disayangi kalo papah beliin aku permen payung." Ayana memberi penjelasan lebih atas jawabannya.

"Masa sih?" Abian terlihat masih tidak percaya.

"Kalo gak percaya ngapain tadi kamu nanya Tarzan!" Ayana geram sendiri karena Abian yang tidak kunjung puas dengan jawaban yang ia berikan.

Let Me DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang