21. Makasih

76 42 13
                                    

Oke, mari kita paksa melanjutkan cerita bwagong ini dengan berat hati T_T

💜H A  P P Y    R E A D I N G💜
....


Ayana merasa kehilangan sosok dirinya sendiri kali ini. Entah mengapa dia hanya diam dan menuruti semua perintah Ken. Pikirannya sedang tidak menetap dengan baik, melayang entah kemana.

Terbukti, melihat Ayana yang kini telah mengganti pakaiannya dengan kaus hitam panjang yang jelas kebesaran karena ukuran tepatnya ada ditubuh Ken. Dan jangan lupakan celana boxer hitam dengan garis putih sebagai motifnya. Semua hal yang menempel terlihat kebesaran.

Tidak ada pilihan lagi, jika ia tidak mau sakit dengan pakaiannya sendiri yang sudah basah kuyup. Atau memang sudah terlanjur demam.

"Lo mau makan apa?" Ken menawarkan jasa memasaknya. Ya-- bisa dibilang Ken baik dalam memasak. Namun Ayana menggeleng pelan menjawabnya.

"Lo harus makan, atau tambah sakit." Kali ini Ken tidak ingin jawaban apapun dari Ayana. Dia akan tetap pergi ke dapur dan membuatkan sesuatu untuk gadis itu. Setidaknya sampai ia merasa sesuatu yang sangat dingin menahan tangannya. Ayana menggenggam tangannya.

Ken seperti tidak bisa mengontrol, dirinya tidak tahu mengapa Ayana melarangnya pergi. Sebelumnya gadis yang diam-diam dia pantau itu terlihat sangat membencinya. Melakukan kontak mata saja Ken kesulitan. Namun saat ini Ayana sendiri menahannya.

Mengerti dengan apa yang Ayana inginkan, Ken kemudian duduk di tepi ranjang. Membiarkan Ayana yang masih menggenggam tangannya, pandangannya terlihat semakin tidak teratur. Seperti ingin mengatakan sesuatu namun tidak mengerti seperti apa baiknya memulai.

"Makasih." Ucap Ayana lirih. Ada sesuatu yang baru ia sadari, kalau Ken tidak se-brengsek yang ia kira. Meskipun tetap saja tidak merubah pandangan bencinya terhadap Ken. Mengingat pria di depannya ini ikut andil dalam penderitaannya. Namun Aya tidak bisa berfikir bagaimana jika ia melakukan hal bodoh seperti tadi? Mungkin ia akan menyesal jika tidak ada Ken yang mencegahnya melakukan hal bodoh di waktu yang tepat.

Ken tersenyum simpul dan tulus, menaikan selimut untuk lebih menutupi tubuh gadis itu. Mengusap puncak kepalanya sebelum benar-benar keluar dari ruangan pribadinya itu. Namun tidak untuk malam ini karena sepertinya dia harus tidur di ruang tengah.




.....

Keadaan Ayana semalam membuatnya harus menginap di apartemen pribadi Ken. Satu fakta lagi yang baru Ayana ketahui semalam adalah, bahwa Ken memilih tinggal di apartemen seorang diri karena dia sendiri mengatakan hubungannya dengan Laskar sedang tidak baik. Bahkan sangat buruk. Tapi--- mari kita lupakan hal itu.

Tentang demam yang semalam Ayana rasa sudah mereda karena Ken juga yang telaten mengompresnya. Dan syukurlah ia bisa berangkat sekolah hari ini, bersama Ken. Bahkan Ken meminjamkan seragam temannya yang sudah alumni untuk Aya pakai hari ini.

Pagi ini dirinya sibuk membolak-balik buku sampai kusut namun tidak sama sekali ada yang ia pelajari. Karena pikirannya yang sedang melalang buana. Setidaknya sampai Abian yang entah sejak kapan duduk di depannya. Dengan wajah yang-- sungguh tidak bisa dijelaskan lagi.

"Lo kemana aja semalem? Lo tau gak gue kewalahan nyariin lo."

"Gak kemana-mana" Jawab Ayana berusaha sesantai mungkin. Sungguh ini yang ia takutkan, ketika Abian menanyakan kemana saja ia semalam. Ayana tidak mungkin mengatakan dirinya mencoba mati ditelan ombak bukan?

"Lo nginep dimana? Terus lo berangkat sama siapa tadi?"

Jika saja Ayana punya keberanian, maka ia akan mengatakan dengan sangat telak bahwa, apa pedulinya? Bukankah Abian juga salah satu orang yang membuatnya seperti ini. Dan jangan lupakan dirinya juga yang meminta Ayana menjauh, tidak ada gunanya mencari Ayana. Namun semua itu akan lebih baik Aya timbun saja dalam hati.

"Gue mau balikin buku ini ke Ken, sorry gue tinggal."

Alasan yang sangat klasik sebenarnya. Ayana hanya ingin mengalihkan pembahasan yang membuatnya bungkam. Ia tidak memiliki jawaban apapun untuk Abian.

"Ay, gue belum selese ngomong, Aya." Abian ingin mencegahnya, namun lihatlah betapa Ayana malah mempercepat langkahnya dan mendiamkan teriakan Abian.

"Huft, Lo kenapa si?" Dengusnya frustasi, tangannya yang tidak terkontrol pun menggaruk kasar tatanan rambut yang sudah sangat rapi. Menurunkan kadar kerapihannya.

Semua ini terlihat sangat aneh di mata Abian. Ayana tidak pernah ingin sekalipun mendengar tentang Ken sebelumnya dan sekarang dia sendiri yang akan menemuinya. Dan lagi, tentang gadis itu yang entah menghilang kemana semalaman sampai sampai Abian kewalahan mencarinya. Namun justru gadis yang ia khawatirkan seperti tidak ingin berterus terang. Selalu menghindar. Beribu kenapa terus ia rapalkan dalam benaknya.

.....


Jam sekolah telah berakhir. Dari kejauhan Ken diam-diam mengamati Abian dan Ayana yang sedang berbincang-bincang dari dalam mobilnya sendiri. Namun berakhir dengan Ayana yang pergi ke area halte bus. Mungkin Ayana tidak ingin menerima ajakan Abian untuk pulang bersama. Ayana banyak bercerita semalam, itu sebabnya Ken mengerti bagaimana perasaan Ayana saat ini. Dan maklum saja jika ia tidak ingin Abian mendekat dalam waktu dekat ini.

Ken ingin mengajak Ayana pulang bersama, namun jelas Ayana tidak akan mau. Malam kemarin gadis itu sedang sangat kacau, sekalipun Ken menolongnya bukan berarti Aya sudah tidak lagi membencinya bukan? Biarkan saja Aya ingin melakukan apa, asal Ken bisa memastikan dia aman dan baik-baik saja.

Setelah melihat gadis itu mendapatkan angkutan umum. Ken baru menjalankan mobilnya, tidak langsung ke apartemennya karena ia harus pulang ke rumah aslinya. Tidak bisa dibilang pulang sebenarnya, hanya menepiskan mobilnya di pinggir gerbang. Menunggu scurity rumahnya keluar.

"Ini tolong ntaruh di kamarnya Laskar. Bilang aja dari papah." Setelah disanggupi oleh pria tersebut, barulah Ken melakukan kembali menjalankan mobilnya.

Mengantarkan makanan dan uang mungkin menjadi kesibukannya belakangan ini. Tentu tanpa sepengetahuan adiknya, karena Ken yakin Laskar akan membuangnya jika tahu itu pemberian dari Ken.

Ken juga tahu kalau Laskar tidak memegang uang. Salahkan saja ayahnya yang selalu berlebihan memanjakan Ken namun mencampakkan putra bungsunya itu. Ada alasan tersendiri yang tidak bisa juga Ken katakan untuk saat ini.

Setelah memarkirkan mobilnya, Ken langsung naik dan menyusuri lorong apartemen, dari ujung lorong Ken sedikit terkejut mendapati Ayana yang sedang duduk di bangku kecil yang ada di depan apartemennya. Ayana pasti sudah menunggu lama.

"Lo, udah lama?" Tanya Ken setelah mendekatkan dirinya dengan gadis itu.

"Em, udah. Ken gue-- gue pulang ke sini ya. Lo tau kan gue gak punya rumah lagi. Tapi gue janji kok ntar sore cari kerja sama kontrakan."

Bukannya menjawab, Ken justru mengarahkan Ayana berdiri menatap beberapa tombol yang terpajang di sisi pintu. Membiarkan Ayana memahami bagaimana Ken menekan password dengan sangat pelan.

"Udah paham?" Ken menatap Ayana setelah pintunya benar-benar terbuka. Ayana mengangguk ringan, sejujurnya ia sedikit bingung dengan apa yang Ken lakukan. Ia bisa langsung hafal dengan password yang hanya 5 digit itu.

"Ayo masuk, gue gak larang lo disini selama apapun." Ken menggandeng tangan gadis yang malah tertegun bingung.

Ayana menurut, setelah otaknya benar-benar bisa mencerna, dirinya segera mengambil tempat dihadapan Ken, mendongak untuk menatap wajahnya dengan senyuman. "Makasih"

"Gue bosen dengernya." Ken malah terkekeh kecil sembari melempar tas ranselnya keatas sofa.


....


HAIIII!!!

Bau-bau balikan gak si wkwkwk😂😭💔
Aku udah rancang sampai ending, tapi sebenarnya aku agak kurang semangat karna viewnya gak naik-naik. udah gitu setiap chapter commentnya dikit.
Sedih si..  tp smgt ja lah💔👍

Let Me DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang