"Heli lagi di Bandung sama Lucas, dia gak bisa kesini." ucap Baskara kepada Ken.
"Lo gak pada pulang?" Ken bertanya karena memang ini sudah sangat malam.
"Kita nginep sini semalem, lo aja yang nunggu di dalem, gue sama lainnya bisa cari tempat."
"Ya udah gue masuk dulu."
Kembali lagi, Ken duduk di hadapan ranjang itu. Saat dirinya masuk gadis itu sudah terbangun.
"Lo kok bangun, sorry tadi gue nemuin temen-temen sebentar." Ayana hanya mengangguk ringan untuk meresponnya.
Ken mengambil bubur yang ada di nakas untuk memberikan Ayana makan. Gadis itu hanya menuruti, jujur dia juga lapar. Perutnya sudah butuh asupan setelah menangis lama.
Ayana tidak terlalu fokus dengan kegiatannya, sungguh ia sedang memikirkan Abian yang belum datang. Sebelumnya Ken mengatakan ia memberitahu Abian, namun Ayana melarang meskipun Ken bersih keras ingin memberitahukannya. Namun akhirnya Ken menuruti permintaan Ayana untuk tidak menghubungi Abian.
Namun disaat yang sama Abian benar-benar sudah datang, dirinya hanya berdiri dari balik pintu kaca. Ada sesuatu yang menahannya untuk masuk dan mendekat. Terlebih melihat Ken yang sangat baik merawat sahabatnya, peduli dan penuh perhatian. Perlakuan yang sangat lembut.
Lamunannya tersekat karena Laskar yang tiba-tiba saja menepuk pundaknya.
"Eh?"
Laskar tentu peka setelah melirik ke dalam ruangan. Laskar bisa mengerti bagaimana kondisi yang sebenarnya sedang terjadi.
"Udah lama koh? Duduk dulu yuk di depan."
Abian mengikuti langkah Laskar dan duduk di sampingnya. Di sebuah bangku tunggu yang ada di koridor yang tidak terlalu ramai.
"Bentar dulu ya, gue suruh bang Ken keluar, baru kokoh temuin Cici." Laskar terlihat berhati-hati saat mengucapkan hal tersebut, takut justru malah akan menyinggung. Laskar tau kalau Abian juga butuh waktu dimana dirinya bertemu dengan Ayana tanpa Ken.
"Gak usah, gue takut Aya malah gak mau liat gue, terakhir aja dia menghindar. Gue sendiri gak tau kenapa dan apa salah gue." Abian menunduk dan menengok sekeliling, berusaha menghindari tatapan Laskar. Tidak ingin terlihat seperti seseorang yang lemah.
Laskar mengangguk lemah. "Koh, bukan gitu kok maksudnya Cici, tapi--- mungkin nanti kokoh sadar sendiri."
Abian tersenyum kecut. Pernyataan macam apa itu? Baginya semua sama. Semua orang hanya mengatakan hal yang seakan-akan harus ia pecahkan. Hal yang seperti teka-teki. Sungguh itu tidak membantu.
"Kalo lo dan temen lo tau dimana salahnya gue, kenapa gak bisa bilang aja si. Lo pikir ini lucu apa? Kalo pake kode tebak-tebakan gini tu bikin gur tambah pusing tau gak?" Kesal Abian yang sudah muak dengan pernyataan teman-temannya.
Laskar sudah hampir menjawab pertanyaan Abian, sebelum akhirnya Ken tiba dan berdiri di hadapan mereka. Abian dan Laskar pun ikut berdiri.
Tidak ada suara yang keluar untuk beberapa detik pertama. Hanya pikiran masing-masing yang sangat canggung.
"Mau ketemu Aya?" Ken membuka suara.
"Gak usah." Abian menghembuskan nafas seolah mengumpulkan semua persiapan untuk mengatakan sesuatu.
"Sorry gue mikir lo brengsek, tapi justru lo orang pertama yang selalu jagain Aya. Gue minta maaf."
"Bukan gitu maksud gue Bian, gue cuma nolongin Aya."
"Gak, lo gak salah kok, gur yang salah. Gue tau lo masih punya perasaan kan sama Aya? Maaf gue ngehalangin hubungan kalian selama ini. Gue sadar Aya lebih suka ada di samping lo."

KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Down
أدب المراهقين"Lihat, aku butuh tempat untuk bersandar, bahu yang menerima tangisku, dan pelukan yang mendengarkan keluhku. Tapi dimana kamu?" . . . . . . Boleh follow dulu lah sebelum baca, biar lebih akrab sisss (◍•ᴗ•◍)❤ Boleh komentar tapi gak jahat. Dilarang...