Tentu saja sakit hati dan masalah bukan berarti menjadi alasan untuk menghentikan aktivitas rutin setiap hari. Semua kewajiban tetap harus dilakukan.
Hari ini Aya berangkat ke sekolah bersama dengan Bian. Mengingat tadi malam Bian memaksa Aya menginap di rumahnya. Bian tahu bahwa sahabatnya bisa saja tidak berfikir jernih saat suasana hatinya merasa tertekan. Jadi dia paksa untuk menginap di rumahnya saja.
Mereka berjalan beriringan di koridor utama sekolah. Jika dilihat, mata Ayana nampak sembab dan memerah. Jelas sekali dia habis menangis semalaman. Hasil karya diwajahnya memang sangat menonjol.
Ayana cukup terkejut dengan datangnya Ken yang sangat tiba-tiba, Ken langsung menggandeng tangan Aya. Aya yakini Ke baru saja berlari mengejar langkahnya, terlihat sangat jelas dari bagaimana dia mengatur nafas yang lebih cepat. Namun dengan kasar Aya menebas perlakuan Ken yang seolah ingin mengaitkan tangannya dengan Aya.
Aya justru beralih menggandeng Bian yang ada disebelah kanannya. Melirik Bian agar ikut mempercepat langkahnya.
Ken tidak menyangka Aya akan benar benar marah. Memang bodoh dirinya ini. Bagaimana bisa dia mengatakan hal sekasar itu?
"Bodoh, apa yang gue omongin kemaren?" Gerutu Ken kesal.
Dalam hati Ken memaki dirinya sendiri. Mengutuk setiap wujud dari dirinya yang sangat bodoh. Bagaimana bisa dia mengatakan hal itu, menghina gadis yang sangat dia cintai. Membuatnya kehilangan senyum dan kehangatan dari yang biasa Aya tampilkan.
Ada rasa marah dan kesal pada dirinya sendiri. Menyesal tentu, merasa sakit karena dirinyalah sebab dari mata Aya sembab dan memerah seperti itu.
Ken tidak ingin menjadi seorang pengecut, dia merasa harus menyelesaikan masalahnya dengan Ayana. Dia tidak bisa diam dan membiarkan Aya semakin menjauh dan membencinya.
Tanpa pikir panjang Ken langsung menghampiri Aya yang sedang duduk bangku kelasnya.
"Ay, kita perlu ngomong. Semalem aku bener-bener gak sadar udah ngomong apa, dan maaf aku gak ada maksud gitu." Ken tidak peduli, persetan beberapa siswa yang menjadikan mereka tontonan. Yang dia fokuskan hanyalah memperbaiki hubungannya. Hanya itu, tidak lebih.
"Iya gue tau." Balas Aya berusaha secuek dan sedingin mungkin tanpa melirik Ken sedikit pun. Aya tidak ingin lagi menjadi cewek murahan yang ngemis cinta dan perhatian Ken, sama seperti yang pernah Ken tuduhkan kepadanya.
"Ay maafin aku... kita bisa mulai lagi dari awal kan?"
Huft, Aya terlalu sering mendengar kata-kata yang sama, sama seperti yang baru saja Ken lontarkan. 'Maaf, kita bisa ngulang lagi dari awal.'
Bayangkan saja jika kata-kata itu adalah obat penenang rasa sakit hatinya. Mungkin Ayana sudah mati overdosis. Lucu memang.
Jika ini kesalahan kecil maka Aya sudah pasti menggenggam tangan Ken. Ingin sekali dia lakukan hal yang sama sambil mengatakan bahwa dirinya tidak marah, hanya emosi saja yang menguasainya tapi sudah tuntas dia selesaikan.
Namun semua ini jauh berbeda, lama kalamaan Aya akan bosan jika harus terus menerus dirinya yang memaafkan. Disaat hatinya jelas jelas semakin terluka setiap harinya. Semakin Aya kuatkan kepercayaannya terhadap Ken, maka semakin kerap juga dikecewakan. Matanya benar-benar ingin menangis, namun berusaha terlihat angkuh. Luka di hatinya masih sangat baru dan basah, Aya tidak akan lagi memberikan Ken ruang untuk kembali menambah lukanya. Lagi, dan lagi.
"Bagus, kita mulai dari awal lagi. Dari kita yang gak pernah punya hubungan kaya dulu, dan gak akan pernah ada hubungan yang sama." Seru Aya tegas.
![](https://img.wattpad.com/cover/151682299-288-k896877.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Down
Teen Fiction"Lihat, aku butuh tempat untuk bersandar, bahu yang menerima tangisku, dan pelukan yang mendengarkan keluhku. Tapi dimana kamu?" . . . . . . Boleh follow dulu lah sebelum baca, biar lebih akrab sisss (◍•ᴗ•◍)❤ Boleh komentar tapi gak jahat. Dilarang...