Zera's house

300 22 0
                                    

" Bunda, Aiza izin nginap dirumah zera ya hari ini ?" Bujuk Aiza kepada bundanya agar ia bisa menginap dirumah sahabatnya itu.

" Jangan di bolehin bun, pasti ini bocah disana mau pdktan sama cowoknya." hasut bang Ata agar bunda Yuna tidak membolehkan ia menginap.

" Apaan sih lo bang, gue nginep dirumah Zera  ya cuma mau nemenin dia di rumah sendirian, nyokap sama bokap dia lagi perjalanan keluar kota ada urusan bisnis, dia engga ada temen, ribet lu." ujar Aiza panjang lebar

" Ini bunda kapan ngomongnya?" Potong Bunda Yuna yang sudah lelah mendengar perdebatan kedua anaknya.

" Itu udah ngomong, Bun" sambung bang Ata

Ata selalu saja ada cara membuat emosi orang yang berada dirumah ini selalu naik, namun bunda hanya bisa mengelus dadanya.

" Siapa aja yang nginep?" Tanya bunda memastikan.

" Cuma bertiga kok bun, Ai trus Zera sama Nurul." ucap Aiza jujur

" Boong lu, pasti ada si Adi kan, pacarnya Zera?"

" Heh lu ngadi-ngadi, kita juga inget batasan kali, ni orang minta ditabok juga nih lama- lama, gue slebew juga lo." Aiza yang sudah tidak bisa menahan emosinya karena ulah kakaknya ini, kemudian melemparkan bantal yang ada di kursi kearah Ata.

" Yaudah, jangan keluar malam-malam, cukup mainnya dirumah aja." ujar bunda akhirnya setuju Aiza menginap dirumah Zera.

" Yah Bun, ga bisa gitu dong." sewot Ata tidak setuju dengan keputusan sang bunda.

" Dadahhhhh." Aiza berlalu meninggalkan Ata sembari melambaikan tangan kearahnya.

15.30

Aiza, Zera dan juga Nurul sedang berada disebuah pusat perbelanjaan, mereka sudah lama sekali tidak keluar berbelanja, biasanya dulu waktu SMA setiap weekend mereka akan menghabiskan waktu bermain dan berbelanja di Mall.

Pas sekali hari ini mereka juga tidak ada kegiatan, makanya mereka menghabiskan waktu untuk refreshing dan cuci mata.

Mereka menyusuri setiap inci yang ada di Mall tersebut, Mulai dari cuci mata melihat outfit yang bagus tapi belum terlihat ada yang cocok bagi mereka, mencari makanan untuk dimakan, dan kemudian bermain di arena Timezone.

Sekarang mereka bertiga bermain di arena ring basket, memasukkan bola basket kering sebanyak mungkin untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya, biasanya game ini akan dimenangkan oleh Nurul tetapi beda halnya dengan sekarang, seorang Zera yang hobinya hanya rebahan memenangkan game tersebut. Entah mengapa hari ini sifat Zera sangat berbeda dari biasanya.

" Tumben lu yang menang, Ra. Ga biasa- biasanya." ujar Aiza sambil ketawa kearah Zera.

" Gue cuma lagi ngalah, Ra, makanya lo yang menang." sambung Nurul sembari menepuk pelan pundak Zera.

Zera yang mendengarkan ocehan kedua sahabatnya hanya diam seperti tidak ada orang yang berada disekitarnya.

Tak lupa mereka kemudian memainkan game capit boneka, sudah beberapa kali mereka ingin mencoba mengambil sebuah boneka Teddy bear namun masih gagal, alhasil mereka menyerah dan melanjutkan permainan lainnya.

Zera hanya melihat kedua sahabatnya memainkan game tersebut, entah apa yang ada di otaknya sekarang ini.

Lanjut, Mereka sekarang berada di ruangan khusus untuk sekedar berfoto ala polaroid, berpose sedemikian rupa agar terlihat bagus saat foto tersebut dicetak.

" Ra, senyum Ra." panggil Aiza agar Zera tersenyum, biasanya Zera yang sangat bersemangat kalau hal yang berbau potret-memotret ini.

Zera hanya tersenyum terpaksa kearah kamera.

Aiza dan Nurul yang menyadari tingkah aneh sahabatnya ini kemudian secepat mungkin menyelesaikan acara foto-foto tersebut.

Selanjutnya mereka hanya diam-diaman, tak ingin memulai pembicaraan satu sama lainnya. Takut jika Zera mengeluarkan jurus harimaunya kala ia marah.

Zera yang berjalan terlebih dahulu berhenti disebuah arena permainan tinju, ia berjalan perlahan mendekati permainan itu  kemudian bermain diarena tersebut untuk melampiaskan amarahnya.

" Lo ada yang aneh ga si sama Zera, Nur?" Tanya Aiza khawatir terhadap Zera.

" Bangett Ai, emang sih akhir-akhir ini Zera sering diem begitu, tapi gue takut nanya."

" Entar gue coba nanya deh pas udah dirumah dia, kalau gue nanya disini ntar dia ngamuk, berabe gue."

Akhirnya, setelah menghabiskan waktu di luar,  mereka pulang kerumah zera karena hari juga sudah mulai larut malam. Aiza yang sudah sangat penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya tersebut kemudian bertanya, dengan sedikit gugup.

" Buruan, Ai ." desak Nurul mendorong tubuh Aiza untuk mendekat kearah Zera.

" Ra, Lo ada masalah ya?" Aiza dan Nurul kemudian duduk bersama dengan Zera diatas kasur milik perempuan itu.

" Lo kalau ada masalah cerita sama kita, Ra, kan kita berdua sahabat lo. Jangan dipendam sendiri. lo cerita seberapa mau lo aja, kita bakal denger kok."

Zera hanya diam tidak tau ingin memulai menceritakan semuanya dari mana.

" Iya, Ra. Kita berdua sahabat lo, baik susah maupun senang kita harus ada. Sahabat, bukan hanya tentang suka nya aja, tapi duka juga harus sama- sama."

Mendengarkan ucapan kedua sahabatnya, Akhirnya zera perlahan membuka mulutnya agar bisa berbicara dengan kedua sahabatnya itu.

" Jadi gini Ai, Nur." jawabnya sedikit gugup.

Aiza dan Nurul yang melihat Zera membuka suaranya, mulai mendengarkan dengan fokus apa yang akan disampaikan sahabatnya itu.

" Nyokap sama bokap gue sepakat mau pisah." kemudian setelah mengucapkan beberapa buah kata itu, air mengalir begitu saja di pelupuk mata Zera.

Aiza dan Nurul yang mendengar hal tersebut terkejut kemudian memeluk sahabatnya itu dan menenangkan Zera.

" Ra, lo kok ga bilang dari tadi sih kalau lo punya masalah sebesar ini. " tangis Nurul tak kalah heboh.

" Udah Ra, kita ada disini, gapapa lo nangis aja, nangis hal yang manusiawi kok Ra, gausah lo tahan , lo pasti kuat Ra ngelewatin ini semua." Ujar Aiza kepada Zera

Pasalnya, seorang Zera tidak pernah sama sekali menangis dihadapan mereka walaupun sedang ada masalah. Makanya, Aiza menyuruh zera sekarang ini untuk  melepaskan semua hal yang ia pendam sendirian.

" Sebenarnya gue bohong, mereka engga ada perjalanan bisnis keluar kota, itu cuma alasan yang gue bikin sendiri." tangis zera tak henti.

" Gue engga tau nyokap gue dimana, juga bokap gue, gue engga tau keberadaan mereka." Lanjutnya lagi.

Aiza dan Nurul hanya mendengar curhatan sahabatnya tersebut sambil ikut menangis bersama dengan Zera.

" Masih ada gue, Aiza dan juga Adi pacar lo yang nguatin lo biar lo bisa laluin ini semua." Ujar Nurul meyakinkan zera

Adi ?  Zera tak yakin akan hal itu. Tampaknya ia sekarang ini tidak bisa mengandalkan pacarnya tersebut. Zera juga tidak paham dengan sifat Adi yang sedikit berbeda sekarang. Adi seperti  sedang menyembunyikan sesuatu dari dirinya.
Hanya Aiza dan Nurul yang dapat ia andalkan untuk sekarang ini.

Bahkan beberapa hari yang lalu, Adi mengabaikan dirinya sampai dengan sekarang. Zera hanya berusaha berpikir sepositif mungkin, mungkin Adi juga sama dengannya, ada beberapa masalah keluarga yang Ia hadapi, pikirnya.

- Terkadang manusia yang selama ini terlihat sangat bahagia belum tentu itu adalah hal yang nyata dari dirinya, mungkin selama ini mereka hanya pura-pura tersenyum untuk menutupi kesedihannya.
Manusia memang pandai menyembunyikan lukanya-

ALFAREZ { COMPLETED }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang