Unite

235 15 0
                                    

Operasi berjalan dengan lancar, setelah beberapa jam tidak sadarkan diri, Aiza akhirnya membuka mata. Disana terdapat Bunda, Ayah, Bang Ata, Akbar, Zera dan Juga Nurul. Tidak ada Alfarez. Aiza sedikit kecewa, tapi dia tidak berhak. Alfarez sekarang sudah milik Nurul seutuhnya.

Nurul kemudian membuka suara.

" Boleh minta waktunya berdua sama, Aiza?" Pintanya.

Semua yang ada disanapun mengangguk dan perlahan meninggalkan mereka berdua.

" Ada apa Nur, tumben lo mau ngobrol berdua?"

" Gue mau jelasin tentang yang kemarin, Ai."

" Lo engga perlu jelasin hal itu, Nur, asal lo bahagia dengan pilihan lo, gue juga bahagia. Walau agak sakit dikit." sambung Aiza sedikit tertawa perih.

" Bukan gitu Ai, Lo salah paham kemarin.  Sebenarnya kemarin itu, gue engga sengaja ketemu Alfarez. Kita lagi ngebahas tentang siapa yang mencoba nusuk lo kemarin dan ternyata itu suruhan papanya Alfarez. Gue berencana mau jeblosin papanya Alfarez kepenjara. Dan kemarin gue mau nyuruh Alfarez buat baikan sama lo, tapi ternyata dia ngomong-ngomong yang enggak-enggak sama kita bertiga."

" Oh, gitu." ujar Aiza

" Kok lo cuma bilang itu, Ai? Gue jadi tambah bersalah jadinya sama lo nih." ucap Nurul sembari menggosok hidungnya yang mampet.

" Jadi, ceritanya lo gak ada hubungan apa-apa nih sama Alfarez ?"

Nurul mengangguk.

" Tapi katanya dia emang punya pacar baru." lanjut Aiza

" Lo percaya dia punya pacar selain lo, Ai?"

Aiza mengangguk polos. " Dia cuma cinta sama lo Aiza, buktinya dia yang donorin ginjalnya buat lo."

" Apa? Gue engga salah dengar, Nur?" Aiza kaget mendengar penuturan dari sahabatnya itu.

" Iya, dia tahu yang gendong lo dari taman ke rumah sakit saking paniknya dan dia juga yang udah donorin ginjalnya buat lo, Ai." ujar Nurul menjelaskan.

" Trus, Alfarez dimana sekarang?"

" Tuh, disebelah kamar, lo. Dia belum sadar."

" Anterin gue ke kamarnya dong, Nur."

" Kalau masalah hati gue emang engga bisa lawan deh, Ai. Yok, gue anterin. Hati- hati, luka lo masih belum sembuh." Nurul perlahan menaikkan Aiza ke kursi roda.

" Aiza, mau kemana sayang?" Tanya Ayah Victor.

" Aiza mau kekamar Alfarez, yah."

Ayah Victor mengangguk. " Hati-hati, nanti luka kamu lecet."

Nurul mempersilahkan Aiza masuk kedalam kamar Alfarez, disana terlihat laki- laki tersebut  sedang berbaring tak sadarkan diri. Aiza mencoba mendekati bangkar pria tersebut.

" Alfarez." panggilnya lembut.

" Makasih atas apa yang udah kamu lakuin ke aku selama ini, terima kasih kamu udah donorin ginjal kamu buat aku. Ini sangat berharga buat aku, Al."

Aiza mencoba berdiri, mendekat dan mengecup kening Alfarez. Kemudian, perlahan mengecup hidung pria tersebut sampai akhirnya dia mengecup bibir manis Alfarez lembut.

Hendak melepaskan kecupan tersebut, tiba-tiba tangan pria di hadapannya perlahan memegang pipi Aiza mendorong pipi tersebut ke depan untuk melanjutkan ciuman tersebut. Alfarez mencium bibir Aiza lembut, perempuan itu pun begitu, sama-sama melepaskan kerinduan mereka melalui ciuman tersebut.

Hingga beberapa menit berselang, keduanya melepaskan ciuman tersebut untuk mengambil nafas.

" Aiza." panggil Alfarez.

Aiza mengangguk. " I love you, Aiza." lanjutnya kemudian memeluk Aiza kedalam dekapannya. Aiza membalas pelukan tersebut sangat erat. " I love you more, Alfarez."

" Jangan tinggalin aku lagi, Alfarez." ucap Aiza.

" Kamu yang jangan tinggalin aku, Ai." sambung Alfarez.

" Kok jadi sahut-sahutan gini sih." ujar Aiza

Alfarez hanya tersenyum. " Sejak kapan kamu sadar?" Tanya Aiza

" Sejak kamu berdiri cium kening aku, mungkin karena kamu disini aku langsung sadar, karena kekuatan cinta kali, Ai." jawabnya.

" Lebai." lanjut Aiza.

" Kamu bilang cinta sama aku, si Akbar engga marah apa?" Tanya Alfarez meledek.

" Ngapain Akbar marah?"

" Kan kamu pacarnya Akbar." jawab Alfarez.

" Kamu juga ngapain ngatain cinta sama aku, ntar Nurul juga marah rasain."

" Aku engga pacaran sama Nurul."

" Yakin?" Alfarez mengangguk sambil tersenyum.

" Kamu kan yang duluan bilang Nurul pacar kamu, makanya aku juga ngakuin Akbar pacar Aku, biar fair."

" Udah, hanya kamu milik Alfarez, Aiza."

" Gombal, malas ladenin manusia gombal." ucap Aiza malu.

" Siapa yang gombal? aku engga gombal sama sekali." lanjut Alfarez.

" Yaudah deh, percaya." balas Aiza

Alfarez kemudian menggeser tubuhnya sedikit kesamping, membiarkan Aiza tidur disampingnya berdua dengannya diatas bangkar rumah sakit tersebut.

ALFAREZ { COMPLETED }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang