Mobil Adam berhenti tepat di depan gedung kantor Maya, "aku kerja dulu ya yank, assalamualaikum." Maya mencium tangan Adam dan bersiap turun.
"Hati-hati ya yank." Adam tiba-tiba mendekati Maya dan mencium kening istrinya, Maya sedikit terkejut dengan perlakuan suaminya yang tiba-tiba romantis, sebenarnya tahun-tahun pertama mereka menikah, Adam selalu mencium kening istrinya setiap pagi, namun sejak karier Adam meningkat, Adam sepertinya terus diburu oleh kesibukan, sehingga tak menyempatkan diri untuk sekedar mencium kening istrinya.
Maya memperhatikan suaminya dengan pandangan aneh, "Kok kamu liatin aku kaya gitu yank." Ujar Adam sambil tersenyum.
Adam mengenggam tangan istrinya, "Hati-hati ya yank, jaga diri kamu, I love you so much." Maya tertegun mendengar ucapan suaminya, pagi ini suaminya bersikap tak seperti biasanya, dia tadi pagi ke mesjid, dan sekarang sangat romantis dan perhatian sekali, baru saja Maya hendak membalas ucapan suaminya, telpon Adam berdering, Adam menjawab telpon itu, Maya beringsut keluar dari mobil, Adam hanya melambaikan tangan pada istrinya dan segera berlalu dari tempat tersebut.
Maya celingukan mencari sosok Milla, Maya yakin kalau sahabatnya itu pasti akan membrondongnya dengan berbagai pertanyaan, makanya tadi Maya menyempatkan diri untuk mampir di tempat jualan kue pagi langganannya, dia membelikan arem-arem dan risol mayo yang menjadi kegemaran sahabatnya itu.
"Apa Milla sudah dateng duluan? Tumben juga dateng sepagi ini." Maya segera masuk ke dalam gedung, setelah beberapa menit mengantri Lift, kini Maya telah menjadi bagian gerombolan pekerja di dalam lift, Hati Maya berdetak kencang, "Apa jangan-jangan terjadi sesuatu dengan Fajar, duh plis ya Allah jangan pliss.."
Tak lama Maya akhirnya tiba di depan Kantornya, seorang Satpam menyapanya dengan ramah, Maya membalas sapaan Satpam itu, setelah meletakkan jempol kanan di mesin absen, Maya bergegas masuk ke ruangan kerjanya, belum banyak rekan kerjanya yang datang, Maya pergi ke ruangan Milla, namun tak ada sahabatnya disana, Maya menghampiri salah seorang rekan kerja Milla.
"Mas, mbak Milla belum dateng ya?" Tanya Maya.
"Kayaknya belum deh bu, saya juga baru dateng sih.." Jawab rekan kerja Milla itu.
Maya mengangguk dan meninggalkan ruangan Milla dan kembali ke mejanya, Maya mengambil handphone, ada perasaan gak enak memenuhi hatinya, namun Hp Milla sepertinya tak aktif, Maya kemudian mengirimkan Chat kepada Andi suami Milla, Andi memberitahu kalau Milla hari ini tidak bisa masuk kerja, karena hasil pemeriksaan Fajar akan keluar siang ini.
"Duh gimana Milla ya, pliss mil, aktifin dong hp lo...gue merasa bersalah membawa lu ke masalah gua Mil, padahal ada hal yang lebih penting.." Maya mengenggam hpnya sambil menundukkan wajah, Moodnya untuk bekerja seolah lenyap pagi itu, ingin rasanya dia ke rumah sakit dan menemani Milla, tapi Maya juga gak enak dengan Pak Budi yang sudah begitu baik, "benar kata pak Budi, kalau aku bersikap semaunya, nanti karyawan lain akan cemburu." Mila menghela napas.
***
Adam membelokkan mobilnya memasuki halaman sebuah club golf yang terletak beberapa kilometer dari tempat bersejarah kekejaman PKI di masa lalu, tadi saat mengantar Maya, Adam mendapat telpon dari Pak Robert untuk menemuinya di tempat ini.
Dari sisi jalan menuju lokasi, terhampar padang golf yang apik dengan latar belakang siluet pegunungan, lapangan golf itu terlihat cukup sepi, tak ada aktifitas disana, hanya beberapa petugas tengah bekerja di tengah-tengah sana.
Adam masuk ke lobi utama club golf tersebut, seorang perugas Vallet dengan sigap menggantikannya di balik kemudi, dan membawa mobil Adam untuk diparkir di tempat yang telah disediakan, Adam cukup kagum dengan etos kerja para petugas di club oilahraga mewah ini, walau masih relatif pagi, namun mereka sangat siap menerima tamu, konon tempat ini memang buka 24 jam, entahlah mungkin para crazy rich di jakarta ini banyak yang senang bermain golf tengah malam sampai pagi, atau mungkin hanya sekedar ingin bersenang-senang saja di tempat ini, karena tempat ini juga ada restauran dan café, tempat fitness, sauna dan juga massage.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Seorang Istri
General FictionKisah ini adalah tentang Perjalanan Seorang Perempuan Muda Dalam Menemukan Kebahagiaan Ragawinya, kekecewaannya pada suaminya seolah menemukan satu pelabuhan baru, wanita muda yang berasal dari kalangan atas, terjebak dengan pesona pria dari kalan...