Mataku terbuka perlahan, guncangan lembut membangunkanku, ternyata aku benar-benar ketiduran, dan tak menyadari hari telah berganti pagi, kulihat wajah tampan Mas Adam dan Senyum menawannya yang selama ini mampu meluluhkan hatiku, namun hari ini aku merasa senyum itu sudah tak berarti apa-apa bagiku, aku menggeliat di atas tempat tidur.
"Kamu sakit Yank? Badan kamu kok agak hangat?" Ucap Mas Adam setelah meraba keningku.
"Agak demam kali ya,"aku meraba keningku, memang agak hangat terasa.
Aku beringsut duduk di ranjang, ku lihat jam dinding masih berada di angka setengah 6 pagi, kulihat mas Adam sibuk mengeluarkan beberapa pakaian dari lemari dan diletakkan ke ranjang, sepertinya dia akan pergi.
"Kamu mau kemana yank," Tanyaku, aku berpura-pura tak tahu apa-apa tentang keberadaannya tadi malam, mungkin ini salah satu kelemahanku, aku malah sungkan untuk bertanya, padahal sebagai istri aku berhak bertanya kepada suamiku, namun aku malah sungkan, atau lebih tepatnya takut malah jadi berantem.
"Hmmm aku nelpon kamu sejak semalam, tapi hp kamu gak aktif, pas pulang kamu sudah tidur, mau bangunin kamu aku gak tega." Ucap Mas Adam sambil mencari-cari sesuatu dari lemari.
"Tadi malam, saat rapat, pak bos memintaku untuk ke Surabaya pagi ini yank, katamya ada proyek yang harus kutangani secepatnya, aku disana sampai hari minggu." Ujar Mas Adam lagi.
"Duh kok mendadak gitu sih yank, trus aku gimana.." Duh aku tahu kok kamu dimana semalam, kamu ahh..!
Mas Adam menoleh padaku, "kamu mau ikut? Kalau kamu mau yuk kita jalan-jalan sekalian, tapi pasti kamu gak mau kan.."
Aku merasa di smash saat itu, mas Adam sudah yakin aku tak akan ikut, gak mungkin juga aku ikut, aku belum izin dengan kantorku, apalagi kerjaanku sangat padat, duh! Sebenarnya kamu mau kemana si mas!
"Kamu tau kan aku gak bisa ikut, kamu tuh ya..ah tau ah.." aku berkata agak keras karena kekesalanku sudah sampai di ubun-ubun, namun untuk menkonfrontir dimana dia tadi malam, aku juga gak berani, ahhhh aku tahu ini semua salahku yang gak kuat nyali untuk bertengkar dengan suamiku.
Aku pergi ke luar kamar, rasanya kamarku yang segar karena Ac tiba-tiba menjadi pengap, Mas Adam sepertinya terkejut dengan ucapanku yang bernada tinggi, dia mengikutiku keluar kamar.
Aku sesengukan didepan kulkas, beban hati ini yang tak bisa kulampiaskan sungguh membuat dadaku sakit, aku memang tak bisa marah, kalau kesal dan marah aku hanya bisa menangis, sepasang tangan kekar Mas Adam merangkul pundakku dari belakang, diciuminya tengkukku, aku hanya diam saja, senggukanku semakin kencang.
"Kok kamu nangis yank, maafin aku ya, pliss jangan nangis, aku tahu ini mendadak, tapi mau gimana lagi yank, apa kamu gak ingin aku pergi? Ya sudah aku akan telpon kantor untuk mengirimkan orang lain penggantiku." Ucap Mas Adam lirih.
"Ahh, kamu ini..apa mungkin itu kamu lakukan? Trus nanti aku disalahkan kalau posisi kamu jadi terjepit di kantor?" batinku.
"Mungkin ada baiknya aku tak bertemu dengan suamiku untuk beberapa hari ini, mungkin dengan begitu aku bisa mengumpulkan keberanian untuk meminta penjelasan suamiku atas semua yang kulihat dan kuduga, ya mungkin ini yang perlu kulakukan." Ujarku Didalam hati.
"Jangan nangis lagi ya yank, aku akan nelpon pak bos untuk meminta beliau memerintahkan staf lain menggantikanku." Ujarnya lagi, aku tahu, kalau semua itu adalah kebalikan dari suara hatinya.
Aku berbalik menghadap suamiku, kutatap wajah tampannya, matanya yang teduh berusaha memancarkan pesonanya lagi, aku sungguh tak percaya kalau pria lembut yang kukenal ini begitu tega menghianati kepercayaanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Seorang Istri
Ficción GeneralKisah ini adalah tentang Perjalanan Seorang Perempuan Muda Dalam Menemukan Kebahagiaan Ragawinya, kekecewaannya pada suaminya seolah menemukan satu pelabuhan baru, wanita muda yang berasal dari kalangan atas, terjebak dengan pesona pria dari kalan...