Pendahuluan

54.2K 216 0
                                    

"Maya, nanti kamu tolong setor cek ini ke Bank ya, nanti seperti biasa, uangnya langsung masukin ke rekening saja." Pak Budi menyerahkan beberapa lembar cek kontan kepadaku.

Aku menerima lembaran cek tersebut dan memeriksa jumlahnya " Ada 5 cek ya pak." Ujarku mengkonfirmasi.

Pak budi mengangguk, "ya benar, nanti kalau sudah, kamu langsung kabari saya ya." Pak budi berlalu menuju ke ruangannya kembali.

Aku menyimpan Lembaran Cek tersebut ke sebuah dompet, dan memasukkan dompet itu ke tasku, kulihat jam dinding kantor, baru pukul setengah 10 pagi, "Setengah jam lagi aku akan ke bank." Batinku.

Menjelang tutup tahun, pekerjaanku sebagai Adminitrasi Keuangan semakin banyak, piutang jatuh tempo yang harus dikejar, begitupula perhitungan bonus akhir tahun, sebagai orang yang paling bertanggung jawab di bagian ini, aku benar-benar tak boleh lengah, semua mesti cermat dan rapih.

***

Namaku adalah Maya, lengkapnya Dewi Maya, orang-orang yang mengenalku memanggilku dengan Maya, hanya almarhum ayah dan nenek yang selalu memanggil dewi.

Setelah ayah meninggal, aku dibesarkan oleh nenek, Almarhum ayahku adalah seorang selebrity terkenal di jamannya, harta peninggalan ayah, lebih dari cukup untuk menghidupi aku dan nenek berdua.

Sedangkan ibuku, orang bilang ibuku adalah penggemar ayah, mereka berdua berhubungan one night stand, hingga kemudian ibuku hamil aku. Sebagai public figur, tentu saja kejadian itu menghebohkan bagi media dan juga para fans Ayah, tak sedikit yang menghujat dan membully ibuku sebagai wanita gatal, bahkan ada yang tega menyebutnya pelacur, Ayah mengambil tanggung jawab untuk menikah dengan ibu bioligisku dengan berbagai kesepakatan.

Sesuai kesepakatan yang telah ditandatangani kedua belah pihak, maka setelah aku lahir, pernikahan mereka juga akan berakhir, Hak Asuh jatuh ke tangan Ayahku, dengan ganti adalah kompensasi berupa uang yang lumayan besar, aku sendiri tak tahu berapa, Itupun aku tahu dari rumor.

Aku sendiri tak pernah bertemu ibuku sejak aku lahir, entah apa dilarang ayah, atau hal lain, dari kecil hingga aku besar, aku tak pernah berjumpa dengan ibu kandungku, almarhum ayah juga tak pernah mengajak aku bertemu dengan ibu, bahkan gambar ibu saja tak ada di album lama foto keluargaku.

Sedangkan Ayah, beliau meninggal saat usiaku 12 tahun, Ayah mengalami kecelakaan tragis di tol, peristiwa kecelakaan yang merenggut nyawa ayah membuat negeri ini terguncang, maklum saja, saat itu ayah adalah bintang paling terkenal di negeri ini, kepergian Ayah membuat heboh, berhari-hari televisi menayangkan breaking news peristiwa kecelakaan Ayah.

Narasi dan visual saat ayah menggendongku membuat banyak orang menaruh iba padaku, anak semanis dan secantik itu harus kehilangan ayah secepat ini, begitulah ungkapan simpati dari sebagian besar pengemar ayah, aku sendiri sudah tak terlalu ingat detailnya, seingatku banyak sekali tamu-tamu yang datang ke pemakaman ayah.

Bahkan rekan-rekan ayah mengadakan acara perpisahan dengan ayah, dari acara itu terkumpul sumbangan yang cukup besar, dan aku ingat, Om rebun salah satu pembawa acara terkenal meyerahkan secara simbolis hasil sumbangan dari teman-teman ayah.

KIni usiaku sudah 26 tahun, penampilan seharianku selalu mengenakan hijab, kalau ke kantor aku menggunakan pakaian yang longgar dari atasan hingga bawahan, yang biasanya aku mengenakan celana panjang.

Alhamdulillah, aku dianugerahi tubuh yang proporsional, kulitku putih, dan wajahku kata orang sih cukup manis, aku juga mengenakan kacamata, bukan karena pengen gaya, tapi memang aku punya mata minus.

Selain sebagai wanita pekerja, aku juga adalah seorang istri, suamiku bekerja sebagai konsultan sebuah perusahaan tambang, sebenarnya tidak bekerjapun secara ekonomi aku sudah berkecukupan, namun aku sendiri merasa bosan di rumah.

Aku dan suamiku sudah 4 tahun berumah tangga, namun sampai sekarang kami belum dikaruniai momongan, apalagi pekerjaan suamiku mengharuskan dia untuk pergi jauh, kadang 2 minggu baru pulang lagi ke rumah sehingga aku selalu merasa kesepian.

Aku kemudian meminta izin pada suamiku untuk bekerja, aku ingin menyibukan diri dengan pekerjaan agar aku tak bosan, pada awalnya suamiku keberatan jika aku harus bekerja, namun dengan alasan yang kuberikan, akhirnya dia juga luluh, namun dia juga mengajukan syarat, kalau aku tak boleh larut dalam pekerjaan, andai suatu saat, suamiku meminta aku berhenti, maka aku harus mengikuti perintahnya.

***

Setelah membereskan pekerjaanku, aku kemudian pergi beristirahat makan siang, tadinya aku ingin mengajak Milla, sahabatku di kantor untuk makan siang, namun karena aku harus ke Bank untuk menyetorkan beberapa cek yang tadi di berikan oleh pak Budi, aku memutuskan untuk makan siang sendiri.

Aku makan siang di dekat bank tempat cek-cek ini aku setorkan, disana ada warung soto mie yang cukup enak, cukup ramai pengunjung siang itu, kebanyakan pengunjung adalah para pekerja yang sedang istirahat makan siang, aku lalu mencari tempat yang kosong, rupanya meja-meja di kedai ini sudah tersi semua, untung saja aku melihat teman kantorku di lain divisi sedang makan disana, salah satu dari mereka melambaikan tangan padaku untuk mengajakku bergabung, aku lalu bergabung dengan mereka.

Setelah makan siang, aku kemudian mengendarai motorku menuju Bank, seorang juru parkir tersenyum padaku, aku tak begitu tahu namanya, namun aku sering bertemu dengannya setiap ke bank ini, petugas parkir ini sering bergurau padaku, mungkin karena kita sudah sering bertemu, kadang aku juga meladeni gurauannya.

Mungkin sejak awal harusnya aku tak perlu menanggapinya, Andai aku tak meladeni gurauannya, mungkin Affair ini tak pernah terjadi.

Affair??

Ya, sebenarnya aku cukup malu menceritakan semua ini, seorang wanita yang sudah memiliki suami, seorang wanita terhormat, bisa terlibat cinta dan napsu terlarang dengan seorang pria yang berprofesi sebagai tukang parkir ini, namun aku sulit untuk melepaskan diri dari jeratan pesona pria ini, dia ada di tempat dan waktu yang tepat, dia hanyalah pria yang berkulit legam terbakar matahari, Pria yang tak lebih tampan dari suamiku, Namun ada aura kejantanan dan pesona yang melebihi apa yang suamiku miliki.

Aku benar-benar sudah terbelenggu dalam jeratan asmara, bukan asmara, tapi napsu..Ohh ya Tuhan.

Namun pria ini, mampu memberikan apa yang tak kudapatkan dari suami syahku, pria ini mampu membuatku menjerit-jerit dalam ayunan gairah, setiap aku menyesal, setiap itu hasratku mengatakan untuk mengulangi lagi..

Mungkin pembaca penasaran apa yang sebenarnya terjadi padaku, baiklah akan kuceritakan semua, semoga pembaca bisa mengambil hikmah dari apa yang kualami ini.

***

BERSAMBUNG

Diary Seorang IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang