Kulihat jam dinding kantor bergerak perlahan mendekati angka 12, sejak tadi aku memang memperhatikan jam dinding, untung saja rekan kerjaku yang berada satu ruangan tak menyadari tingkah lakuku.
Aku mengambil hpku, kembali kubuka chat dengan mas Anto semalam, kulirik sebelah kiri kananku, rekan-rekan kerjaku hampir semua tenggelam dalam pekerjaannya, kubuka gambar yang dikirim mas Anto tadi malam, walau aku tahu, tidak akan ada yg memperhatikan di ruangan ini, namun aku sedikit kurang percaya diri, aku mengambil hpku, dan menyelinap ke toilet.
Dengan tangan sedikit gemetar, aku membuka foto yang dikirim mas Anto tadi malam, mataku sedikit memicing, ada rasa malu menyergap hatiku, namun antara besarnya malu dan penasaran sepertinya lebih berat penasaran, aku memijat-mijit gambar yang membuatku ingin melihat sejak tadi.
Entah kenapa aku termangu menatap gambar itu, dadaku berdesir-desir melihat tonjolan membuncah di balik celana dalam berwarna putih itu, "Duh Maya, Lu itu ngapain sih.." Akal sehatku kembali menguasaiku, cepat-cepat kututup hpku, sambil mataku melirik sekelilingku.
***
Setelah makan siang di warung soto langananku, aku segera menuju Bank untuk menyetorkan sejumlah uang untuk membayar pajak dan sejumlah Tagihan supllier kAntor kami, Kali ini rasanya sungguh berbeda, sepanjang perjalanan dari warung langgananku ke Bank yang hanya berjarak 200 meter, hatiku berdegup-degup, antara gugup dan eksaiting, sejak Mas Anto mengirimkan gambar itu, saat itu pula pandanganku padanya, mau gak mau menjadi berbeda.
Tak lama aku telah tiba di depan Bank tersebut, namun aku tak melihat keberadaan Mas Anto diantara petugas parkir yang tengah sibuk merapihkan motor-motor para nasabah Bank, mataku celingukan mencarinya, namun sepanjang penglihatanku, sosok Mas Anto tak terlihat, rasanya aku ingin bertanya keberadaannya pada tukang parkir yang ada disana, namun aku malu, aku bisa membayangkan pertanyaan yang ada dibenak mereka, "kenapa wanita sepertiku mencari Anto?"
Sungguh aku tak ingin mereka berpikiran macam-macam, "Ah sudahlah, mungkin dia tak datang karena sakit kali? Sakit??? Sakit apa dia, apa dia baik-baik saja, Duh!! Maya Stop." Aku menundukkan wajah dan berjalan cepat memasuki Bank, Satpam yang menyapaku tak kuhiraukan, aku berjalan terus, hatiku berdegup keras, "Kenapa sih ini, Duh!" aku mencoba menarik napas dan mengatur napasku yang sedikit memburu.
Untung saja Kounter tempat membayar pajak berbeda dengan Kounter umum, sehingga aku tak perlu mengantri lama, sebenarnya siang itu nasabah yang ingin bertransaksi cukup ramai, aku tak bisa membayangkan kalau Kounter pajak tidak dipisahkan, mungkin bisa sampai sore aku disini, sekitar 1 jam kemudian urusanku di Bank telah selesai.
Saat menuju motor, aku masih berharap Mas Anto sudah ada di antara para petugas parkir, namun rupanya harapanku nihil, aku benar-benar tak berani bertanya pada rekannya tentang keberadaannya, keinginan dan rasa penasaranku terhalang oleh rasa sungkan yang begitu besar, namun saat seorang petugas parkir mengambil motorku, aku mendengar perbincangannya dengan seorang kawannya, dari perbincangan itu aku menjadi tahu, kalau mas Anto tadi pagi datang, namun rupanya ada sesorang yang ingin menggunakan jasanya untuk minta diantar ke Bogor, dan menurut petugas parkir berbadan gemuk yang mendorong motorku, Mas Anto mungkin sore baru balik. Tiba-tiba aku mempunyai ide!
***
"May, aku minta dokumen pajak yang udah disetor tadi dong, mau aku input ke data akuntansi." Ucap Milla yang duduk didepanku.
"Bentar ya say." Jawabku, sambil mencari dokumen tadi di laci meja kerjaku, "Nah ini Dia."
Aku menyerahkan maps berwarna merah dan amplop coklat pada Milla, "semua disitu Mil, Oh ya gimana anak lo Mil?"
"Alhamdulillah sekarang udah mendingan Say, eh gue ambil ya, I owe you babe!" Milla mengerlingkan matanya padaku sambil tersenyum, aku tersenyum membalas senyumnya, "May...thanks ya." Ucap Milla lagi sebelum masuk ke ruangannya, Aku hanya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Seorang Istri
Fiksi UmumKisah ini adalah tentang Perjalanan Seorang Perempuan Muda Dalam Menemukan Kebahagiaan Ragawinya, kekecewaannya pada suaminya seolah menemukan satu pelabuhan baru, wanita muda yang berasal dari kalangan atas, terjebak dengan pesona pria dari kalan...