"Rasanya kok aku pernah ketemu dengan perempuan yang nabrak tadi ya, wajahnya gak asing tapi kenapa aku lupa siapa dia.." Santoso terus berpikir tentang perempuan yang menabraknya di lobbi tadi, perasaan ingat dan kenal tapi lupa sangat menganggu pikiran pria itu, rasanya nama perempuan itu sudah diujung lidahnya namun susah untuk dikeluarkan, dan itu sangat menyebalkan baginya.
"Hey kalian ada yang pernah jumpa dengan perempuan tadi gak." Ujar Santoso pada anak buahnya.
Kedua anak buahnya saling berpandangan, mereka tak mengerti apa yang dibicarakan oleh bosnya ini, "Perempuan yang mana ya bos." Tanya Murad sambil mengangkat alis pada temannya.
"Itu yang tadi nabrak di lobbi.." Ujar Santoso.
"Ohh yang pakai jilbab tadi ya bos..ehmmm kalau saya sih rasanya gak pernah melihat perempuan itu sebelumnya, memang siapa bos, apa bos kenal?" Tanya Murad lagi.
Santoso hanya melotot pada anak buahnya itu, murad yang kena plototan bosnya menunduk.."Sudah sana ke kamar kalian, saya mau tidur, besok kalian gak usah mengawa,l saya jam 10 ada meeting, kalian jalan-jalan aja dulu, nanti jam 1 balik kesini. Oke!"
"Siap Bos!" Keduanya menjawab bersamaan, Murad sedikit melirik-lirik seolah mencari sesuatu, Santoso yang melihat tingkah anak buahnya itu langsung saja mengeplak kepalanya. "Nyari apa kowe! Djancuk, Kon pikir Donna turu kene!"
Murad terkejut sambil mengelus kepala botaknya, rekannya hanya bisa tertawa tertahan melihat tingkah temannya yang mati kutu, temannya menyeret Murad keluar dari kamar bosnya itu
***
"Gila kowe nanti bos marah baru tau rasa.." ujar sambil menepok jidatnya sendiri, saat mereka sudah berada di luar kamar Santoso.
"Loh aku gak ngomong apa-apa toh.." sahut Murad sambil mengusap kepala botaknya.
"Wes lah kita turu bae, capek bangit nih.." ujar
"Capek bingit sok imut kowe, muka koyok tempe bongkrek ngomong sok imut koyok anak kekinian." Ujar murad sambil menyepak pantat kawannya, yang disepak mampu menghindar sambil mesem-mesem.
"Loh mbak dona.." Sapa Murad saat melihat sekretaris bosnya berjalan menuju lift.
Kedua anak buah Santoso bergegas mendekati wanita cantik tersebut. "Mau kemana Mbak? Malam-malam begini." Tanya Murad.
"Ohh aku mau ke mini market dibawah, ada yang mau aku beli.." Jawab Donna.
"Mini market dibawah kayaknya tutup mbak, kita antar aja ya, sepertinya saya melihat mini market di jalan sebelum resort ini." Ujar Murad.
"Ya kah, duh..gimana ya.." Donna seperti kebingungan.
"Yo wes kami antar aja, mbak Donna kan sekretaris bos, kewajiban kami juga mengawal mbak, mari Mbak, sekalian kami mau beli camilan karo rokok di sana." Ujar Murad sok bijak, padahal dia ingin melihat dari dekat perempuan seksi yang menjadi bahan colinya setiap malam.
Donna melihat sejenak dan berpikir gak ada salahnya juga diantar oleh mereka, toh mereka juga gak akan berani macam-macam dengannya, lagian jika akan ke minimarket di luar resort tentu Donna gak akan berani karena sudah larut malam.
"Ya udah yuk..." Donna berjalan didepan mereka, Murad melihat ke arah temannya sambil tersenyum riang, dari tempatnya berdiri Murad bisa melihat lekuk tubuh Donna yang seksi, apalagi Donna mengenakan celana pendek yang memperlihatkan keindahan kakinya yang putih mulus.
***
Anto perlahan mengangkat lengannya yang tertindih oleh kepala Maya, perempuan itu terlelap bagai orang mati, Anto beringsut perlahan agar tak membangunkan wanita cantik yang tengah tertidur lelap itu, namun sepertinya Maya terganggu dengan gerakan Anto, Maya membuka matanya sedikit dan menahan pinggang Anto.."Mau kemana mas..." tanya Maya lirih
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Seorang Istri
Ficción GeneralKisah ini adalah tentang Perjalanan Seorang Perempuan Muda Dalam Menemukan Kebahagiaan Ragawinya, kekecewaannya pada suaminya seolah menemukan satu pelabuhan baru, wanita muda yang berasal dari kalangan atas, terjebak dengan pesona pria dari kalan...