Bab 47 - Maya Yang Mulai Nakal

10.1K 46 0
                                    

"Nah seperti itu kira-kira pak, pihak perusahaan telah menyiapkan akomodasi untuk Anissa dan juga saya, kami berada di kamar terpisah pak heheh." Adam menjelaskan panjang lebar tentang masalah dinas luar Anissa.

"Ohh gitu toh pak, sebenarnya soal penginapan saya sama sekali tak khawatir, Cuma tadinya saya pikir daripada nginap di hotel eman-eman uangnya, lebih baik Nissa nginap di rumah saja." Respon Bapak Anissa

"Ohh jadi bapak mengira aku bayar hotel pakai uang sendiri toh pak." Tanya Anissa sambil tersenyum, Bapaknya hanya menanggapi dengan tawaan lepas.

"Maklum nduk, bapak kan orang kampung...waduh, saya jadi merepotkan pak Adam ini, jauh-jauh untuk menjelaskan, mohon di maklumi pak." Ujar Bapak Nissa.

"Tak apa pak, saya paham kekhawatiran bapak, lah gak repot toh pak, tinggal duduk di mobil minta supir antar kesini, sekalian saya juga silaturahmi." Ucap Adam yang mulai merasa nyaman dengan suasana kehangatan keluarga ini.

"Kalau Nissa nginap disini, saya kuatir besok Nissa bisa terlambat menyiapkan materi untuk rapat dengan bos, mungkin besok kalau urusan rapat telah selesai, Nissa saya antar ke sini, biar besok malam Nisa tidur di rumah untuk melepas kangen, nanti minggu siang kita jemput untuk langsung balik Jakarta, gimana pak." Tanya Adam.

"Saya manut aja pak, kalaupun gak bisa tidur di rumah kami ndak apa-apa, lah wong Nissa sedang tugas kok, bukan plesiran, saya percayakan pada Pak Adam saja gimana baiknya." Jawab Bapak Anissa.

"Duh piye toh pak malah asik ngobrol, pasti pak Adam sudah lapar ya kan pak? bapak malah ajak ngobrol terus.." ucap ibu Anissa setengah protes pada suaminya.

"Ohh gak apa bu. Ini sudah ada teh hangat." Sahut Adam tersenyum ramah.

"Itu ibunya Anissa sudah buatkan Mie godok spesial, kami gak tau kalau Pak Adam akan datang, makanya yang ada cuma Mie godok, ya paling tidak untuk pengganjal lapar dulu, nanti di hotel bisa pesan makanan lagi, sudah disiapkan toh bu?"

"Sudah pak, itu di meja makan." Jawab Ibu Nissa.

"Waduh gak usah repot-repot bu, malah jadi ngerepotin." Ucap Adam merasa tak enak.

"Ndak repot toh pak, mari pak, makanan sudah siap disantap, dingin-dingin begini emang enak nyantap mie godok, monggo pak." Ujar Bapak Anissa.

Adam mengikuti lelaki tua itu menuju meja makan, bapak Anissa juga mengajak pak Waluyo untuk turun, namun supir itu menolak halus karena dia baru saja makan.

Anissa membantu ibunya menyiapkan hidangan di meja makan, dalam hati Nissa sangat bahagia, "Andai aku bisa menyiapkan hidangan untuk pak Adam seperti ini setiap hari, betapa bahagianya aku." Uar Nissa dalam hati sambil tersenyum memandang punggung lelaki tampan atasannya itu, di sudut lain sepasang mata teduh memperhatikan sikap Anissa, pemilik mata teduh itu menyadari kalau putrinya memiliki perasaan pada bosnya ini, sudah saatnya memang, putri kecilnya telah beranjak dewasa, dan kini bunga cinta mulai bermekaran di hatinya, perempuan paruh baya itu hanya bisa berdoa agar putrinya tidak kebablasan karena biar bagaimanapun pria itu telah memiliki istri.

Anissa dan ibunya ikut bergabung bersama Bapak dan Adam menyantap makanan yang terhidang, suasana di meja makan terasa hangat, bapak Anissa terlihat begitu bangga dengan putri semata wayangnya, pria paruh baya itu bercerita dengan semangat tentang putrinya itu, terkadang Nissa merasa malu dihadapan Atasan dan sekaligus pujaan hatinya itu.

Sementara itu Di luar, pak Waluyo tengah memperhatikan gerak gerik dari tiga orang yang sedang mengintip suasana kebersamaan di dalam, "Itu kan si madesu tadi, rupanya mereka mengajak temannya balik lagi, mau ngapain mereka memperhatikan rumah Mbak Nissa, apa mereka maling? Tapi rasanya tidak." Waluyo menoleh ke arah pandangan ketiga orang itu, ketiga orang itu terlihat sangat serius memerhatikan suasana dalam rumah, dan tak menyadari keberadaan pak Waluyo di dalam mobil.

Diary Seorang IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang