Adam tiba di kantornya sekitar pukul 10 pagi, saat akan memasuki ruangannya Adam melihat Nissa, Adam tersenyum pada Nissa dan dibalas oleh Nissa dengan senyuman manisnya, beberapa karyawan perempuan yang memergoki mencibir ke arah Nisa.
"Nis sebentar kamu ke ruangan saya." Ujar Adam, Nisa mengangguk dan menghampiri Bosnya itu, mereka memasuki ruangan Adam bersamaan, "Tuh anak baru siapa sih, kok langsung akrab ama yayang gue." Salah seorang perempuan berbisik pada rekannya, yang diajak bicara hanya mengangkat bahunya, wajahnya juga menunjukkan raut wajah tak senang melihat keakraban Nisa dan Adam.
"Silahkan duduk Nis, gimana kamu udah sehat?" Tanya Adam yang kemudian duduk di kursinya.
"Alhamdulillah pak, sudah lebih baik." Jawab Nisa menunduk, dia tak kuasa melihat wajah tampan pria yang dikaguminya itu.
"Kamu yakin?" Tanya Adam lagi.
"Ya pak.." Jawab Anisa pelan, hatinya terus berdegup sejak kedatangan bosnya itu.
"Ya sudah kalau begitu, kamu siapkan laporan hasil rapat kemarin ya, nanti kalau sudah, kamu langsung kasih ke sekretarisnya Pak Robert.
"Baik pak, saya permisi dulu mau buat laporan." Ujar Nissa
Adam mengangguk sambil tersenyum, duh! Hati Nisa semakin berdebar kencang, Nisa bangun dari kursi yang didudukinya, dengan sikap sopan Nisa berjalan keluar, baru saja dia hendak membuka pintu, Adam memanggilnya kembali, Nisa menoleh, "Jangan lupa makan ya Nis." Ujar Adam.
Seluruh sendi Nisa tiba-tiba lemas, gejolak perasaannya sungguh membuatnya lemah, ucapan Adam terdengar begitu mesra di telinga Nisa, seolah mendapat perhatian dari sang kekasih, wajah Nisa merona merah, Nisa bergegas keluar dari ruangan pria yang telah meluluh lantakkan hatinya ini.
***
Sepeninggal Nisa, Adam berjalan menuju dinding kaca di belakangnya, Adam melihat arus lalu lintas Jakarta yang tak berkurang ramainya, pikirannya melayang teringat penawaran dari bosnya tadi di Club Golf, penawaran itu tak akan datang kedua kali dalam hidupnya, penawaran yang sungguh sulit di tolak, semua impian Adam ada disana, apalagi jabatan yang akan dimilikinya akan menjadi lompatan besar bagi kariernya.
Selain kepentingan karier, Adam juga merasa ini adalah solusi nyata bagi impiannya yang lain, impian dirinya dan Maya lebih tepatnya, mereka berdua sudah ingin sekali memiliki anak, dan ternyata impian mereka berdua itu memiliki biaya yang sangat mahal.
Sebenarnya tanpa sepengetahuan Maya, Adam telah menemui dokter kandungan tempat Maya selama ini melakukan terapi, Dokter Gunawan menjelaskan sesuatu hal teknis yang menjadi hambatan bagi dirinya dan Maya memiliki anak, Adam sendiri tak begitu paham nama hambatan itu, namun yang jelas ada sesuatu di dalam rahim Maya yang menyulitkan pembuahan secara alami.
Dokter Gunawan menyebutkan satu-satunya jalan bagi Adam dan Maya untuk memiliki anak, adalah melalui program bayi tabung. Dokter Gunawan lalu memperkirakan biaya untuk program bayi tabung yang terjamin adalah sekitar lima milyard rupiah dan itu ada di Singapura.
Setelah mendengar penjelasan dokter Gunawan, Adam tentu ingin menjalani program bayi tabung, namun mengingat biaya yang cukup besar, maka Adam memutuskan untuk menunda program bayi tabung itu hingga financialnya cukup aman. Adam juga meminta dokter Gunawan untuk tidak memberitahu Maya tentang masalah rahimnya, Adam tak ingin Maya merasa bersalah, karena ternyata Maya yang memiliki masalah sehingga sampai saat ini tak kunjung hamil, Adam tahu benar sifat istrinya yang bakalan sedih dan galau berkepanjangan.
Dan kini, tiba-tiba tawaran yang menggiurkan datang padanya, Adam merasa sangat beruntung, di satu sisi ini adalah proyek impiannya, disisi lain dia bisa segera memulai program bayi tabung bersama istri tercintanya, dua impian bakalan terwujud dalam satu kesempatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Seorang Istri
General FictionKisah ini adalah tentang Perjalanan Seorang Perempuan Muda Dalam Menemukan Kebahagiaan Ragawinya, kekecewaannya pada suaminya seolah menemukan satu pelabuhan baru, wanita muda yang berasal dari kalangan atas, terjebak dengan pesona pria dari kalan...