Tok ...Tok....
"Permisi pak, laporan hasil rapat sudah saya serahkan pada pak Robert." Ujar Anissa yang berdiri di pintu ruangan Adam, Anissa melihat Adam tengah bersiap untuk pergi
Adam mengangguk, "Oke terima kasih Nis, saya juga mau ke ruangan pak Robert nih, oh ya ini tolong kamu salin dan rapihkan ya." Adam menyerahkan sebuah bundel Map ke Anissa, lalu pergi meninggalkan ruangan.
Anissa mengambil map dari meja Adam, dilihatnya meja Adam berantakan, Nisa berinisiatif untuk merapihkan meja bosnya itu, saat tengah merapihkan beberapa kertas dan buku, pandangan mata Nisa tertarik dengan secarik kertas, Nisa mengambil dan membacanya "20.00 @meridien restaurant." Nisa mengernyitkan dahi tak paham dengan tulisan tersebut, Nisa meletakkan kertas itu di atas tumpukan map.
Nisa membawa bundel Map tadi ke mejanya, baru saja dia hendak memeriksa map tersebut, seorang pria yang rupanya kurir masuk membawa sebuket bunga, "Permisi Mbak, ini untuk Pak Adam." Nisa menoleh saat mendengar Nama Adam disebut, seorang perempuan rekan kerjanya menerima buket bunga tersebut.
"Nisa, tolong kamu taruh di ruangan pak Adam." Ucap perempuan itu.
Nisa mengangguk, "Ya Mbak." Nisa mengambil buket bunga itu dan masuk keruangan Adam, Nisa menoleh ke belakang, lalu mencium aroma bunga di tangannya, "Hmm harum banget, apa pak Adam memesan bunga ini? Untuk siapa ya.." Nisa senyum-senyum sendiri membayangkan adegan dalam imaginasinya.
"Bunga ini untuk kamu Nis, sejak bertemu dengan kamu, aku selalu teringat terus padamu, aku sayang kamu Nis." Nisa tersenyum-senyum menerima bunga itu, "Aduhh Nisa kamu kok jadi gini sih, duh kalau ada yang lihat bisa malu aku, hmm apa jangan-jangan ruangan pak Adam ada CCTVnya?" Nisa tersadar dari lamunannya, matanya kini celingukan memandangi langit-langit ruangan bosnya itu. Nisa segera meletakkan buket bunga itu di meja Adam, lalu bergegas meninggal ruangan kerja Adam.
Nisa kembali melihat isi Map yang diberikan oleh Adam, saat tengah asyik melakukan pekerjaannya, konsentrasinya terusik oleh obrolan rekan-rekan kerjanya, "Eh lo tau gak, kayaknya Pak Adam ntar malem mau makan romantis nih ama bininya, tadi gue denger sih Pak Adam pesen table di meridien." Ucap Widi, "Ohh pantesan tadi sebelum makan siang Pak Adam wa gue minta nomor meridien, ohh jadi gitu ya, ihhh gue jadi ngiri deh.." sahut Nita salah seorang pegawai wanita di situ.
"Ehh lo pernah lihat bininya pak Adam belum wid?" Tanya Nita, Widi menggeleng, "Kayaknya belom deh." Nita menggeser kursinya mendekat pada Widi, "Istrinya Pak Adam cantik dan bening, gue pernah ketemu ama istrinya , ehhhh, kalau gak salah namanya Maya." Telinga Nisa seperti telinga Kelinci, berdiri tegak menangkap obrolan teman-temannya itu.
Hati Nissa berdebar tak karuan, tiba-tiba hatinya dilingkupi hawa panas dan bergejolak tak menentu, Nisa berdiri mengambil minum untuk menenangkan hatinya yang bergemuruh, "Kenapa sih ini, duh...kok aku jadi merasa sesak gini." Nisa mengurut-urut dadanya.
"Nis, kalau belum selesai, gak usah dikelarin hari ini, besok aja lanjutin lagi ya, saya mau ketemu orang dulu." Suara Adam mengejutkannya, Nisa hampir tersedak oleh minumannya, Nisa tersenyum mengangguk, Adam masuk ke ruangannya, tak lama Adam keluar kembali sambil membawa buket bunga tadi, dan berpamitan pada bawahannya.
Nisa kembali ke mejanya, Nisa memejamkan mata berusaha menenangkan hatinya yang sesak, Nisa kembali melanjutkan pekerjaannya.
***
"Nis, lo gak pulang?" Tanya Nita.
"Tanggung nih mbak, biar aku selesaikan sekalian aja." Jawab Anissa sambil tersenyum.
Entah kenapa Nisa malas pulang sore itu, mengetahui kalau Adam berencana Makan malam dengan istrinya membuat Nisa menjadi malas untuk pulang ke rumah, dia yakin di rumah nanti akan memikirkan itu terus, dan bakalan jadi bulan-bulanan ledekan Sekar sepupunya, Nisa menghubungi buliknya agar tak menjemputnya malam ini, Nissa beralasan ingin belajar pulang sendiri
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Seorang Istri
General FictionKisah ini adalah tentang Perjalanan Seorang Perempuan Muda Dalam Menemukan Kebahagiaan Ragawinya, kekecewaannya pada suaminya seolah menemukan satu pelabuhan baru, wanita muda yang berasal dari kalangan atas, terjebak dengan pesona pria dari kalan...