Hai...hai....Mulai hari ini saya bisa fokus kembali menulis Dandelion. Karena satu cerita, Much Love For You sudah selesai. Semoga idenya lancar yaaaa.... Karena jujur memanusiakan tokoh sedikit sulit. Banyak pembaca yang ingin agar tokoh utamanya itu sempurna. Pada kenyataannya tidak ada manusia yang sempurna. Kita sering melakukan keputusan yang salah. Yang kelak akan selalu kita ingat dan menjadikannya sebuah pelajaran berharga
***
Seluruh hariku berjalan baik. Hubungan dengan Martin juga berada dalam tahap aman. Perlahan aku diperkenalkan pada orang-orang terdekatnya termasuk Andre, yang katanya adalah sahabat baik. Seorang yang bekerja sebagai instruktur fitness. Tubuhnya bagus, dengan kulit kecoklatan, auranya begitu mendominasi. Sayang pertemuan pertama kami sudah membuatku merasa tidak nyaman. Matanya seolah mengulitiku from head to toe. Entahlah mungkin sekadar insting tidak penting seorang perempuan. Ada rasa bahwa kami seperti tengah bersaing membuatku merasa tidak nyaman.
"Ande, kenalkan sahabatku, Andre."
"Hai, nama kita mirip ya,"
"Ya." jawabnya singkat entah kenapa matanya seolah sedang menilaiku.
"Kalau kamu mau fitness, bisa hubungi Andre. Kemarin katanya kamu mau mengencangkan lengan."
"Iya, tapi sabtu minggu aku harus mengerjakan tugas kuliah." Tolakku halus karena sepertinya Andre tidak berkenan. Aku bisa merasakan dari bahasa tubuhnya. Sepanjang acara makan siang aku merasa bahwa Andre terus menerus mengawasi kami. Beberapa kali bahkan Martin terlihat kikuk. Saat pulang aku menyampaikan penilaianku.
"Kenapa ya, sepertinya Andre nggak suka lihat aku."
"Itu hanya perasaan kamu saja, Andre orangnya baik, kok."
"Mungkin ya, tapi kayaknya aku nggak salah menilai, deh. Bisa lihat dari cara dia menatapku."
"Jangan terlalu mudah menilai orang. Sepertinya dia memang tidak dalam kondisi terbaik. Ada masalah pribadi mungkin."
"Mungkin saja." jawabku akhirnya. Siapa tahu dia sedang punya masalah pribadi lalu terbawa hingga pertemuan tadi. Sedikit heran sebenarnya karena Martin bisa dekat dengan pria seperti Andre yang sosoknya seperti mafia. Terlihat jelas dari caranya menatapku, tajam sekali. Apalagi saat Martin menarik kursi agar aku duduk. Matanya seolah ingin membunuhku.
Atau sebenarnya memang dia gay dan tengah cemburu? Kugelengkan kepala saat, teringat kembali gosip di yang pernah beredar di kantor.
"Kamu kenapa?" tanya Martin.
"Enggak apa-apa."
"Andre nggak usah dipikirin. Dia memang susah bergabung dengan orang baru. Lama-lama dia akan terbiasa melihat kamu di sampingku."
Aku hanya mengangguk, merasa ada benarnya lagi pula kekasihku adalah Martin. Lalu apa hubungannya dengan Andre?
"Kamu masih lapar?" tanya Martin lagi.
"Enggak, kamu?"
"Masih, tadi nggak enak makannya di sana. Kita mampir ke Lembur Kuring, ya."
"Boleh."
Untuk urusan makan Martin memang juara. Beruntung sekali badannya tidak mudah gemuk atau mungkin karena rajin nge-gym. Dia selalu tahu tempat makan enak mulai dari kaki lima sampai bintang lima. Berbeda denganku yang memang jarang makan di luar.
***
Hampir enam bulan setelah hubungan kami berjalan Martin pindah kantor. Ia menerima tawaran dari sebuah perusahaan asing. Dengan begitu posisiku aman. Jelas ia bisa melakukan itu, pengalaman dan background pendidikannya bagus. Hari ini kami mengadakan farewell party untuk Martin karena dia resmi pindah kantor pada hari senin. Acara diadakan di sebuah resto yang dipilih olehnya. Seluruh karyawan mengucapkan selamat bertugas di tempat yang baru, termasuk aku tentu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION (Bukan) CINTA SEMPURNA/ OPEN PO/Dihapus Sebagian
RomanceBagi Dandelion, hidupnya tak pernah jauh dari filosofi namanya. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Beradaptasi lalu pindah lagi. Hingga suatu saat, ia memiliki harapan baru. Bahwa perjalanannya akan berhenti disisi pria bernama Martin. Dande...