17

6.7K 1.9K 400
                                    


Aku baru selesai mandi saat ponsel berbunyi. Dari Pak Richard?

"Kamu kemana aja, sih? Dari tadi saya hubungi nggak diangkat."

"Baru mandi pak. Memangnya kenapa?"

"Tengah malam begini?"

"Kan, dari tadi saya sudah bilang kalau belum—"

"Stop, kasih ke saya kunci mobil kamu. Biar saya ambil di Harry. Se-ka-rang!"

Aku baru sadar kalau ternyata mobilku tertinggal di sana. Buru-buru meraih gaun tidur dari dalam lemari lalu mengenakannya. Kemudian setengah berlari ke luar untuk menyerahkan kunci mobil. Dan saat dia melotot baru sadar kalau gaun tidurku ternyata terlalu tipis, mana tanpa bra lagi. Jelaslah mungkin dia merasa kalau aku sedang menggodanya. Langsung saja aku mengkeret menutupi dada dengan telapak tangan Dia segera meraih kunci mobilku, namun masih bisa kurasakan tatapan tajamnya pada puncak dadaku.

Ande..Ande...Ande...kutepuk kening berkali-kali. Elo tuh seharusnya sadar kalau dia laki-laki! Dan siapa tahu normal! Ini terakhir kali melakukan hal memalukan didepannya! Setengah berlari aku masuk ke dalam rumah. Meninggalkannya yang tersenyum lebar. Apa coba maksudnya senyum-senyum!

***

Pagi hari saat sarapan bersama, papa bertanya.

"Hari ini kamu free?"

"Iya, kenapa pa?"

"Papa mau ke makam mamamu, mau ikut?"

"Papa kangen?"

Tanpa menjawab papa cuma tersenyum kecil sambil mengangguk. Kami memang sudah cukup lama tidak ke makam. Aku segera mengiyakan. Kami berangkat dengan mobil papa.

"Mobil kamu ke mana?"

"Ditinggal di rumah Pak Harry tadi malam. Kehalang mobil rekan-rekannya. Aku diantar teman waktu pulang."

Papa cuma mengangguk. Hari minggu begini jalanan lumayan lengang. Kami tiba di area pemakaman yang ternyata malah cukup ramai. Ada banyak keluarga yang berjiarah. Kubeli beberapa bunga mawar bercampur lily dan baby breath. Kami sama sama membersihkan makam dibantu oleh seorang anak kecil. Setelah memberikan selembar uang, anak itu segera pergi. Dan kini hanya tinggal kami berdua. Lama papa menatap makam mama baru kemudian menatapku lekat.

"Nde, papa mau biara sesuatu. Ini hal serius."

"Tentang?"

Papa menunduk sambil terus menatap nisan mama. Sepertinya dia tengah memiliki masalah besar.

"Boleh nggak kalau papa menjalin hubungan dengan perempuan lain?"

Aku terkejut, setelah sekian lama pertanyaan itu muncul. Tapi pada saat yang tak lagi kusangka. Dadaku tiba-tiba terasa sesak. Kenapa jadi cengeng begini? Atau pertanda bahwa aku tidak siap?

"Terserah papa."

"Papa nggak akan lanjut kalau kamu tidak setuju."

"Kenapa mesti tergantung aku?"

"Karena kamu anak papa."

"Apa papa berencana menikah dalam waktu dekat?" tanyaku kembali.

"Kalau kamu mengijinkan."

"Lalu kenapa tidak bicara dari dulu? Berarti hubungan papa dengan dia sudah lama, kan?"

"Papa ingin memastikan perasaan papa."

"Aku nggak berhak melarang papa." jawabku akhirnya kemudian bangkit berdiri. Dari sekian banyak tempat kenapa harus di makam mama? Di depan eyang kakung dan eyang putri? Aku kecewa!

DANDELION (Bukan) CINTA SEMPURNA/ OPEN PO/Dihapus SebagianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang