Bercerai dan jadi pengangguran membuatku kembali teringat akan apa yang dulu pernah diajarkan eyang. Jadilah hari-hariku habis dengan menonton you tube untuk mengingat kembali semua ketrampilan khas perempuan yang dulu mampu kulakukan. Termasuk memasak, menjahit, menyulam dan merajut. Saat pertama turun ke dapur Mbak Warti menatap heran ketika aku berkeras memasak gulai tahu dan telur. Ia bahkan tidak yakin kalau aku mengenal dengan baik segala bumbu yang ada di sana. Hingga saat masakan matang, kuminta ia mencicipi.
"Gimana rasanya mbak?"
"Enak, nggak nyangka Mbak Ande bisa masak."
Aku tersenyum sambil menepuk dada. Besoknya aku mulai mengeksekusi bubur manado favorit papa, termasuk es kacang merah yang selalu dipesan kalau kami mampir ke resto. Papa juga menatap heran namun membiarkan. Mungkin dia pikir orang stres wajar mencari kesibukan. Puncak dari keanehanku adalah saat berbelanja bulanan dengan Mbak Warti di sebuah supermarket besar. Ada counter menjual mesin jahit. Aku bertanya tentang banyak hal hingga akhirnya membeli. Harganya memang tidak murah, tapi cukuplah isi tabunganku karena Martin masih mengirim uang beberapa kali. Sesuai dengan kesepakatan pengadilan.
Sesampai di rumah aku mencoba menggunakan sesuai instruksi tadi. Gagal, buka youtube lagi, coba lagi sampai bisa. Kalau ada yang mengira bahwa aku sudah setengah waras, mungkin mereka benar. Karena aku belum berani ke luar rumah dan menyapa tetangga. Rasanya semua orang menatapku rendah. Pernah aku sedang menyiram tanaman di hari minggu pagi. Saat ada tetangga yang menggandeng erat suaminya ketika lewat di depan rumah. Namun setelah cukup jauh ia melepaskan gandengan. Apa orang segitu takutnya sama janda? Apalagi ke minimarket depan, beberapa ibu-ibu yang kukenal akan langsung menyapa.
"Ande sudah tinggal di sini lagi?"
Padahal mungkin niatnya mau ngomong, 'Ande kamu sudah cerai?' Selesai, kan? Nggak usah sok care pada nasib orang lain ujung-ujungnya malah ngegosipin.
Sekadar menghabiskan waktu aku pergi ke Tanah Abang untuk membeli beberapa meter kain. Mengganti gorden yang sekian lama tak tersentuh. Membuat sarung bantal kursi dengan tambahan beberapa ornamen. Dengan kesibukan sebanyak itu, aku tak lagi merasa sepi. Untuk pertama kali kuberanikan diri meng-upload ke sosmed. Hasilnya banyak yang mengomentari positif bahkan ada beberapa yang menanyakan harga.
Maria seorang sepupu yang berjualan kue secara online memberiku nasehat.
"Ande, bagi orang yang jualan home made secara online kayak gue. Menerima pesanan itu kayak belajar yang dibayar. Gue bisa aja nggak pernah masak kue yang dipesan, tapi basic bikinnya kan, gue tahu karena udah kursus. Namanya resep muter-muter disitu doang. Misal dasarnya resep roti tapi isian dan topingnya macem-macem. Bisa juga dikolaborasi dengan cake. Itu mah pinter-pinternya para chef untuk menciptakan sesuatu yang baru. Jadi kalau lo mau jualan, jangan pernah takut. Semua produk ada pasarnya. Kalau orang bilang kemahalan sementara bahan jualan lo berkualitas, anggap dia bukan pasar lo."
Nasehat yang lumayan masuk akal. Karena itu akhirnya aku menerima pesanan menjahit gorden dan sarung bantal kursi beserta pernik lainnya. Hasilnya lumayan, ada beberapa mantan teman kerja bahkan memesan. Kalau untuk menjahit pakaian aku belum berani, karena rumit dan harus buat patron terus menerus.
Hingga kemudian pada suatu sore, papa mengajakku bicara sambil meminum teh.
"Kamu nggak niat mau kerja lagi?"
"Memangnya kenapa? Papa keberatan dengan yang kulakukan selama ini?"
"Sama sekali enggak. Karena kamu bukan tipe orang yang tinggal di rumah terus, ke luar cuma untuk belanja. Sudah cukup waktu untuk merenung. Setiap manusia boleh gagal, tapi bukan berarti selamanya akan gagal. Sayangi ilmu yang sudah kamu pelajari."
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION (Bukan) CINTA SEMPURNA/ OPEN PO/Dihapus Sebagian
RomanceBagi Dandelion, hidupnya tak pernah jauh dari filosofi namanya. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Beradaptasi lalu pindah lagi. Hingga suatu saat, ia memiliki harapan baru. Bahwa perjalanannya akan berhenti disisi pria bernama Martin. Dande...