10

6.3K 1.7K 118
                                    


Ia diam sejenak seolah berpikir keras. "Saya juga bingung, Nde. Rasanya tugas kamu akan terlalu banyak karena saya sedikit jarang berada di sini. Kamu juga harus memeriksa email dari pabrik tentang keberangkatan barang. Mengajukan komplain kalau ada masalah. Merekap laporan harian. Sales berkumpul sore hari. Pastikan tidak ada nota yang lost karena saat itulah permainan antara mereka dan orang gudang bisa terjadi. Secara sistem sebenarnya kalian akan tahu sama tahu dari pergerakan barang keluar dan sisa karena ada link-nya. Cek juga batas piutang toko dan grosir. Pastikan mereka mentransfer sebelum tanggal jatuh tempo. Orang administrasi akan mengingatkan kamu tentang ini."

"Kerjaan saya jadi kayak kepala cabang merangkap supervisor dan pengawas pak."

"Iya, apakah terlalu berat? Kamu jadi nggak bisa pulang cepat."

"Artinya saya harus datang jam delapan lalu pulang paling akhir?" protesku. Belum apa-apa sudah mendapatkan beban sebanyak ini.

Pak Harry kembali diam seolah berpikir lalu menatapku dengan kening berkerut. "Iya, ya, kok saya nggak kepikiran tadi?"

Aku mengembuskan nafas kasar. Kupastikan tidak akan lama bekerja di sini.

"Atau begini saja. Kamu masuk jam sembilan pagi. Pulang setelah pekerjaan kamu selesai. Bagaimana? Kalau pulang cepat kamu juga akan terjebak macet. Lewat jam tujuh malam pasti sudah lumayan lengang."

"Saya akan coba karena sedang butuh kesibukan. Gaji pak?"

Dia menyebutkan sejumlah angka yang hampir dua kali lipat dari gajiku sebelumnya. Ditambah dengan uang makan harian dan transport yang jumlahnya tidak banyak, tapi lumayanlah.

"Baik, sekarang kita mulai dari mana pak?" tanyaku akhirnya. Ia menatap tak percaya. Apa aku terkesan sombong?

Kami kembali ke kantor Pak Harry. Ternyata sudah jam makan siang. Kelihatannya karyawan membawa makanan sendiri semua. Di atas meja sudah ada dua rantang.

"Ayo makan dulu. Makanan saya selalu dikirim dari rumah. Istri saya termasuk orang yang cerewet tentang gizi. Nanti sore dia akan mampir."

Ini adalah salah satu bagian yang kurang kusuka. Tapi sudah terlanjur menerima. Sepertinya sebulan saja berada di sini sudah bagus. Kami makan siang bersama. Kemudian kunyalakan PC yang menjadi milikku. Terlihat bahwa semua bagian terkoneksi di sini. Aku juga bisa melihat pergerakan angka dari barang di gudang.

Ternyata, pikiranku tadi terlalu sempit. Pak Harry sudah menyiapkan sistem sedemikian rupa. Tinggal kulihat, sejauh mana karyawannya bisa bermain. Kuperhatikan pergerakan angka barang yang ada di gudang. Dan, yap! Sudah kutemukan beberapa kesalahan. Ada barang yang berjumlah minus!

"Kalau ada barang yang minus bagaimana, Pak?"

"Kamu cek jumlah masuknya, berapa stok terakhir lalu hubungi admin produk. Karena kadang jumlahnya tidak dibuat per karton tetapi perbungkus atau perboks. Mereka yang membagi dalam satuan yang sesuai. Karena banyak toko membeli dalam jumlah kecil. Jaman sekarang kita tidak bisa berharap pada toko besar saja. Untuk awal kamu pelajari saja dulu."

Aku mengangguk tanda mengerti. Cukup menarik ternyata aku suka meneliti angka-angka. Kembali kubuka satu persatu file. Pukul tiga sore, pintu kaca terbuka. Seorang perempuan cantik dan tinggi memasuki ruangan. Ia tersenyum padaku, tapi segera kusadari. Ia tengah menjaga image. Tampilannya seperti model majalah.

"Kenalkan, istri saya."

Aku mengulurkan tangan.

"Fanny." ucapnya lembut.

"Ande." balasku singkat lalu kembali ke pekerjaanku. Tidak peduli pada mereka berdua yang berbincang tentang bisnis seperti suami istri pengusaha pada umumnya.

DANDELION (Bukan) CINTA SEMPURNA/ OPEN PO/Dihapus SebagianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang