14

6.5K 1.8K 204
                                    

Dua minggu menjelang lebaran, pekerjaanku benar-benar overload. Permintaan grosir, supermarket dan toko semakin membludak. Belum lagi pihak perusahaan-perusahaan yang berbelanja langsung karena ingin membagi bingkisan pada karyawan dan membuat pasar murah. Untuk yang satu ini langsung kutangani, karena Amran sepertinya sudah tidak sanggup. Hanya saja di depanku ia masih sok kuat. Buktinya adalah beberapa kali dia salah memasukkan barang ke mobil. Semua ingin didahulukan sampai pihak gudang kewalahan mengurus pengantaran. Bahkan tak jarang pihak grosir besar datang sendiri dengan mobil boks milik mereka karena terlalu lama menunggu.

Seluruh karyawan diwajibkan untuk lembur. Sehingga sore itu aku sengaja membeli beberapa kue dari teman yang menjual. Kuletakkan di meja makan. Kasihan melihat mereka yang tidak bisa pulang ke rumah untuk berbuka puasa bersama keluarga.

"Bu, THR kapan ke luar?" tanya Pak Hamdan, salah seorang sales.

"Minggu ini pak, saya akan usahakan."

"Alhamdullilah, bisa juga lebaran. Bingkisan bu?"

"Ada, akan saya sisihkan dipengantaran minggu ini."

Semua terlihat lega. Aku senang, paham kalau yang mereka harapkan sangat diperlukan oleh keluarga di rumah. Siapa yang tidak butuh bahan membuat kue menjelang hari raya? Pak Harry bahkan sudah 'membisikkan' akan mengeluarkan produk Besta juga. Dua hari kemudian, aku, Emma dan dua orang karyawan gudang mulai mempersiapkan bingkisan. Ada gula, sirup, minyak goreng, tepung, biscuit, mie instant dan beberapa macam lagi. Rasanya tubuhku sudah letih sekali. Saat itulah ada telfon dari Tante Agatha.

"Ande sibuk?"

"Baru selesai ma, ada apa ya?"

"Nde, tadinya papa dan mama mau liburan ke bali untuk libur lebaran, sudah booking hotel. Eh, Marja tiba-tiba bilang dia harus mempercepat kelahiran. Maklum cucu pertama, jadi dia meminta kami ke sana. Ande saja yang menginap di sana ya, nanti tiket pesawatnya mama minta dibelikan sama Martin saja."

Sebenarnya memang kepingin liburan, tapi kalau sendiri malas juga. "Nanti aku lihat waktunya dulu ya ma." Jawabku akhirnya.

Gengsi juga dibayari liburan oleh mantan mertua. Secara aku tahu kalau dia masih berharap aku kembali pada anaknya.. Tapi memang hubungan kami jadi aneh. Sekarang malah lebih akrab meski rasa cinta pada Martin sudah hilang, yang tinggal hanya sayang. Aku tidak lagi mengharapkan dia kembali seperti dulu. Entahlah mungkin alam bawah sadarku sudah memperingatkan tentang hubungan kami di masa depan.

Kembali kumasukkan bingkisan ke dalam karton. Tak lupa juga kemarin menyisir barang-barang masih layak makan, yang jumlahnya tidak pas satu karton lagi. Semua sudah disetujui Pak Harry. Dengan Richard rasanya mereka saling bernegosiasi sehingga pihak mereka memberikan beberapa karton. Karena kulihat dari daftar laporan penjualan, produk Besta kini sudah mulai naik daun di Indonesia tengah dan timur. Sepertinya Richard berhasil dengan produknya.

***

Hari terakhir bekerja, hanya sampai jam dua belas siang. Aku segera memasukkan seluruh berkas penting ke dalam lemari brankas. Tidak ingin rusak atau bahkan hilang. Mencabut segala kabel, dan membereskan meja. Kami libur tiga hari. Hampir semua karyawan sudah ke luar, tinggal aku dan Emma. Tiba-tiba aku merasa sedikit curiga, kenapa pintu ruang susu belum dikunci? Biasanya dari bagian dalam dulu. Belajar dari pengalaman, kini aku lebih berhati-hati.

"Ibu kenapa?" tanya Emma.

"Itu ruang susu belum dikunci."

"Pak Amran mungkin masih di dalam bu."

"Ya," jawabku, curiga. Aku kembali masuk ke dalam ruangan, saat sebuah langkah terdengar dari kejauhan juga suara pintu ruangan dikunci. Ketika mendekat aku ke luar. Wajah Amran memerah sambil memegang bagian perutnya. Yang aku yakin sudah berisi sesuatu.

DANDELION (Bukan) CINTA SEMPURNA/ OPEN PO/Dihapus SebagianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang