25

6.5K 2K 189
                                    


Sejak kedatangan Rania sikap dari rekan kerja di kantor menjadi tidak menyenangkan. Beberapa karyawan kembali seperti dulu, menatap sinis padaku. Dari desas desus yang kudengar, mereka mengatakan kalau jabatan ini kudapat karena Pak Harry dekat dengan Rinchard. Aku yakin bosku tidak tahu apa yang dilakukan istrinya. Tapi kembali masih malas untuk membicarakan.

Kukerjakan semua yang menjadi tugas rutin. Setelah itu lebih suka mengurung diri di kantor. Richard sendiri beberapa kali memberi sinyal kemungkinan hubungan kami tidak mendapat restu bahkan menentang. Pihak keluarganya sudah dengan tegas melarang. Kadang terpikir, apa salahku? Memangnya aku pernah memanfaatkan kekayaan Richard? Mobilku saja tidak bisa dikategorikan mewah. Aku bukan menginginkan kekayaannya. Aku mencintai Richard karena sosoknya. Satu-satunya alasan yang menurutku tepat adalah aku tidak berada pada levelnya.

Sebenarnya terbersit keinginan untuk mundur. Tapi mengingat Richard sedang sangat sibuk aku takut pekerjaannya terganggu. Beberapa kali bahkan saat bertemu dia membawa contoh bumbu padaku dan ibu. Mencoba bertanya apakah sudah pas. Aku tahu dia sangat perfeksionis. Kadang setengah bercanda aku berkata.

"Koko kayak anak kuliahan mau buka café."

"Investasinya sangat besar Ande. Aku tidak bisa main-main. Apalagi ini membawa nama Besta produk yang sudah lebih dulu dikenal orang banyak. Aneh nanti kalau akhirnya bumbu racik malah tiba-tiba hilang dari peredaran karena tidak laku. Papiku bisa hidup tenang dengan sahamnya tapi aku harus bekerja keras menyiapkan brand sendiri."

Ini menjadi salah satu pertimbanganku untuk tetap mendampinginya. Dia seorang pekerja keras yang tidak pernah menyerah. Dalam kondisi sekarang tidak terlihat kalau nama keluarganya masuk daftar orang terkaya di Indonesia. Mungkin memang dengan cara itu orangtuanya mendidik keturunan mereka. Bukan dengan hidup enak meski sebenarnya sudah memiliki segalanya sejak dulu.

Untuk hubungan kami, dia juga sebenarnya sudah bicara dengan papa. Awalnya papa kaget saat tahu siapa dia sebenarnya. Tapi kemudian memilih tidak membicarakan seolah latar belakangnya. Papa hanya menekankan agar kami jangan melangkah terlalu jauh sebelum benar-benar yakin. Aku paham maksudnya mungkin karena Papa sudah tahu kalau keluarga Richard tidak setuju. Takut aku terluka kembali kalau hubungan kami gagal.

Richard berjanji akan mempertahankan hubungan kami, akhirnya papa mengalah. Aku sendiri merasa kasihan melihatnya seolah berjuang sendirian. Tapi mau bagaimana cara membantunya? Tak ada satu pun keluarganya yang kukenal. Aku memang seolah menjadi perempuan simpanan bagi keluarga besarnya. Tidak pernah dikenalkan apalagi diajak menghadiri acara resmi. Entahlah mungkin ini menjadi konsekuensi terbesar dari hubungan kami. Aku harus menahan diri untuk bisa seperti orang lain.

Saat termenung di kantor, tiba-tiba Pak Harry muncul di pintu.

"Kok bengong?"

"Iya, lagi nggak ada kerjaan pak." jawabku sambil memperbaiki posisi duduk.

"Masalah pribadi?"

Aku tertawa kecil. "Apa sih, yang bapak tidak tahu?"

Dia menepuk pundakku, kemudian mengambil kursi lain dan duduk di dekatku. Menatap dengan lembut seolah aku adalah orang yang disayanginya.

"Kamu itu bagi saya bukan hanya karyawan, tapi juga teman dan adik. Kamu sadar nggak sih, kalau kita bukan seperti atasan dan bawahan?"

"Iya, kadang malah berantem."

"Saya tadi marah sama Fanny, karena waktu itu mengijinkan Rania kemari untuk berbicara dengan kamu. Maaf saya baru tahu kalau dia ikut campur terlalu dalam mengenai hubungan kalian. Dia memang dekat dengan Rania. Mereka berteman sejak dulu, mungkin keluarganya juga tahu tentang kamu dari dia. Saya Mengingatkan bahwa ini adalah kantor tempat bekerja. Sepertinya masalah kalian semakin berat ya,"

DANDELION (Bukan) CINTA SEMPURNA/ OPEN PO/Dihapus SebagianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang