37 : 12 Tahun Kemudian (End)

45.1K 1.2K 86
                                    

Hai, ternyata bukan cuma cerita Let Me Smile (Cerai dan Bahagia) yang banyak pembaca baru, cerita ini pun lagi banyak yg baca.

Aku mau nyapa pembaca baru, terimakasih sudah mau baca.

Maaf, kalian datang di saat aku udah gak punya waktu buat nulis lagi.

Tapi tenang, cerita ini selesai tanpa gantung kok. Silakan dibaca, dan jangan lupa baca ceritaku yang lainnya 🥰

👇👇👇

Kayla Daivani Bamantara tersenyum manis melihat pantulan dirinya di cermin. Hari ini tepat dirinya menginjak usia tujuh belas tahun. Di ulang tahun sebelumnya, Kayla akan mentraktir teman segengnya di sekolah, tetapi kali ini karena termasuk hari libur, maka keinginan itu harus padam. Ia tak bisa mentraktir, dan juga hari ini tidak diizinkan keluar rumah bersama teman, sebab ada rencana keluarga yang harus dilaksanakan.

“Kayla,” panggil suara wanita di luar kamarnya.

“Ya!” Menyahuti dengan suara sedikit lantang.

Ia bangkit dari duduknya, meninggalkan meja rias dan menuju arah pintu. Sedetik kemudian Kayla kembali memutar tumit, meraih tasnya yang berada di atas kasur. Ia dan sikap pelupanya tak bisa dilepaskan, sempat ingin bersikap bodoh amat, tetapi Kayla tahu bahwa itu tak bisa dibiarkan karena akan menjadi kebiasaan.

“Dandannya lama amet.”

Teguran yang sering didengarkan oleh Kayla ketika akan berpergian. Mamanya bukan termasuk wanita yang sering mengomel jika anak-anak melakukan kesalahan, hanya menegur sekali, kemudian bersikap biasa lagi. Kayla menyamakan langkahnya dengan sang mama, turun ke lantai bawah, menemui anggota keluarga lainnya.

“Lama banget, Kak,” protes Raynar ketika tatapan mata mereka bertemu.

“Namanya juga cewek. Adek kalau punya pacar juga pasti bakalan kayak gitu, lama dandannya. Makanya, belajar sabar dari sekarang.” Kayla mengacak rambut adiknya dengan sengaja.

“Ah, Kakak! Ini udah rapi,” Raynar menjauh, berusaha merapikan rambutnya yang acak-acakan, “iseng banget, sih.”

“Jangan berantem, ayo cepat,” ajak Divya yang lebih dulu melangkah keluar rumah.          

Kayla menilik sang adik yang bergerak mencari cermin untuk merapikan rambut, tanpa pikir panjang ia tarik tangan adiknya itu untuk segera keluar rumah menyusul Divya. Membuat kesal Raynar adalah kebiasaannya, hanya memiliki satu saudara laki-laki di dunia ini, menjadikan Kayla melakukan apapun agar mereka dekat satu sama lain.

“Aku mau cermin dulu, rambutku berantakan,” ucap Raynar, mencoba melepaskan tangannya.

“Di mobil aja, entar kita kelamaan. Kasian papa udah nunggu.”

Hanya dengan kata-kata tersebut, Raynar tak melawan lagi, dengan sikap penurut mengikuti langkah kakaknya menuju mobil. Di sana Divya dan seorang sopir telah menunggu, segera mereka masuk ke mobil. Pergi bertiga begini sudah sering dilakukan, dan Kayla tidak akan heran melihat wajah cemberut adiknya yang minta ditabok.

“Belum waktunya,” ucap Divya.

“Tapi Kakak udah dibolehin.” Anak lelaki itu membalas.

“Kakak udah tujuh belas tahun, mau punya SIM. Adek masih SMP.”

Selanjutnya Kayla tak mendengarkan percakapan adik dan mamanya lagi. Sudah terlalu biasa, Raynar dan sikap keras kepalanya tak bisa dilepaskan. Adiknya itu selalu ingin mengemudi mobil, padahal belum memiliki SIM. Katanya, sebagai anak laki-laki, Raynar merasa bersalah melihat sang mama yang sering berpergian bersama sopir, sedangkan memiliki seorang putra yang siap mengantar.

Lo Selingkuh, Gue Balas! ✓ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang