35: Sate

106K 6.2K 927
                                    

Permisiiii

Selamat datang pembaca baru

Cuma mau bilang, cerita ini udah TAMAT DI 2020

Revisi di akhir 2021

Jadi, JANGAN MINTA GANTI ENDING-NYA 😭😭😭

Pliis 😭😭

**

Sebelum tanggal di kalender berganti, Divya dengan cepat melangkah masuk ke ruang rawat putrinya. Membuka pintu dengan sangat pelan, diintipnya terlebih dahulu keadaan di dalam sana. Aman, lampu masih dimatikan, hanya cahaya dari lampu koridor yang membuat kamar tersebut remang.

Divya masuk, sebisa mungkin tidak menciptakan bunyi. Paper bag di tangannya digenggam erat, dengan pelan melangkah menuju kasur kecil di mana ia akan tidur nanti.

"Div."

Ia tersentak kaget, lampu menyala, dengan cepat Divya menoleh ke asal suara. Raga menatapnya dengan mata berair, seakan baru saja menangis. Satu alis Divya terangkat, heran dengan keadaan Raga.

"Ada apa?" Divya segera menuju Kayla yang tertidur, memeriksa keadaan putrinya itu. Tentu saja khawatir, keadaan Raga seakan mengatakan hal buruk telah terjadi.

"Kenapa kamu nangis? Kayla baik-baik aja, 'kan?" Menoleh pada sang suami, menuntut jawaban.

"Kayla baik-baik aja, nggak bangun pas kamu tinggal." Dengan gerakan kasar, Raga menghapus air mata yang jatuh. "Mas yang nggak baik-baik aja, Div," ungkap pria itu, kemudian terisak.

Divya menautkan alis. Raga seperti anak kecil yang kehilangan mainan. Ditatap pria itu dari kaki hingga kepala, lalu dari kepala hingga kaki, begitu terus sampai Divya yakin bahwa itu benar-benar Raga. Heran bukan main, suaminya itu terus terisak, bahkan tidak terlihat peduli meskipun Divya menonton dengan seksama.

Ini kali pertama, selama menikah, baru kali ini Divya melihat Raga menangis tersedu-sedu. Entah itu air mata buaya atau benar-benar air mata sedih, yang jelas Divya geli melihatnya.

"Mas tahu dia lebih cakep dari Mas, lebih mapan juga, kelihatan dari mobil yang dia kendarai," Raga mengusap wajah, kembali menatap Divya dengan pilu, "tapi, Div, Mas udah janji bakalan berubah, jangan balas Mas kayak gini."

Dari sini Divya tahu apa yang membuat Raga menangis bak anak kecil. Cemburu, takut, marah, kesal, atau apalah itu artinya. Hal ini sama seperti yang pernah Divya alami, maka tak perlu Raga jelaskan bagaimana sakitnya, ia sudah tahu dan sangat paham.

"Haha ...." Divya tertawa sumbang, berikutnya ia berdeham. "Iya, dia emang lebih kaya dari kamu, bule pula," celetuknya, ingin menguji Raga.

"Nggak kayak kamu, selingkuh sama yang udah punya buntut. Lihat aku, sama yang masih bujang, dong." Divya merasa senang bisa meledek.

Dengan sangat santai berjalan ke sofa panjang, duduk di sana dan mengeluarkan sate dari paper bag. Ia hidangkan di atas meja dan bersiap makan tanpa mengajak Raga.

"Itu dia yang beliin?" tanya Raga, masih dengan sisa tangis.

Sungguh, Divya geli melihat suaminya itu menangis. Coba bayangkan, Raga bertubuh tinggi, tegap, sedikit atletis, dan sekarang malah menangis seperti anak kecil. Entah apa yang ada dalam pikiran suaminya itu.

"Iya, kenapa? Kamu mau?" jawab Divya.

Raga segera mendekat, diraupnya makanan tersebut. Hendak ingin membuang ke tempat sampah, tetapi Divya menahan.

"Balikin, atau aku pergi sama dia sekarang juga," ancamnya.

"Kamu nggak bisa gini, Div. Mas udah berubah, kenapa malah kamu yang selingkuh?"

Lo Selingkuh, Gue Balas! ✓ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang