BAB 26 - Bercerita

6 3 0
                                    

Raphael dan Linda mengenal bagaimana jatuh dan bangkitnya Kanzia selama ini. Sempat mengalami penolakan dengan kehadiran mereka bukan berarti membuat mereka menyerah. Kanzia mirip dengan adik Raphael yang telah tiada. Dan karena itu pula yang menarik mereka untuk menjaga Kanzia. Kanzia telah membangkitkan kehidupan bagi mereka walau sulit. Kanzia membuat Raphael menjadi sosok pelindung bagi keluarga.

Raphael dan Linda memberikan harapan dan kehidupan baru bagi Kanzia. Mereka mengajarkan kembali Kanzia untuk hidup.

Namun, Kanzia tak kuat dengan kenyataan yang ada. Dan kejadian serupa terulang kembali saat ini.

Kanzia menatap sekitarnya yang hanya bercahaya tamaran sambil mengingat apa yang telah terjadi padanya. Ia mengingat dengan jelas percobaan bunuh dirinya dan kejadian saat Izyan bertamu di rumahnya.

"Aku melihat kau begitu berbeda sekarang. Apa kau membenciku?... Aku tau aku salah."

"Semuanya sudah lama berlalu. Kau tau itu!"

"Tapi tidak dengan hubungan kita. Bukankah aku pernah berjanji akan kembali menemuimu? Tapi kau malah hilang begitu saja dan Raphael juga menyembunyikan keberadaanmu."

"Aku tak pernah meminta kau berjanji saat kau memutuskan pergi! Semuanya berakhir sejak kau pergi!"

"Tidak, Bie."

"Berhenti memanggilku dengan sebutan itu! Aku bahkan membenci panggilan itu karenamu."

"Aku sudah mengatakan kalau aku bukan seperti keluargamu yang pergi meninggalkanmu dengan luka-."

"Tapi kau sudah membuktikan kalau kau sama dengan mereka. KAU MENINGGALKANKU! Aku menerima itu dan melupakan apapun tentang kamu sejak itu pula."

"Aku tidak meninggalkanmu begitu saja. Aku selalu menghubungimu. Mencaritahu kabarmu setiap waktu namun kau tampak tak peduli. Saat libur musim dingin, aku pulang untuk menemuimu. Tapi kau menghilang."

Kanzia menatap kosong langit-langit kamar rumah sakit. Merenungkan kembali apa yang telah terjadi.

"Kau yang selalu pergi."

Semua yang terjadi memang tak sepenuhnya kesalahan Izyan. Dirinya seperti tokoh utama yang memilih lari dari masalah yang justru memunculkan masalah baru yang lebih rumit alih-alih menyelesaikannya satu persatu. Dirinya juga seperti tokoh antagonis yang begitu egois yang tak ingin disalahkan dan bersikap jahat pada pemeran lainnya.

"Maaf." Lirih Kanzia dengan air mengalir dari ekor matanya.

"Kau sudah bangun?"

Kepala Kanzia menoleh menatap perempuan yang berdiri di samping tempat tidur. Ia tak bisa melihat jelas wajah perempuan itu karena membelakangi cahaya lampu tidur.

"Tunggu sebentar! Aku panggil kak Eza dan Raphael."

Kanzia hanya bisa diam memperhatikan perempuan itu keluar dan masuk kembali bersama Eza dan Raphael.

"Kak." Panggil Kanzia saat Raphael berdiri di dekatnya sambil mengusap rambutnya.

"Apa ada yang sakit?"

Kanzia menggeleng pelan.

"Jangan lakukan itu lagi!"

Kanzia tak bisa membalas. Ia tak akan pernah bisa berjanji akan suatu hal yang sewantu-waktu mengambil kendali dalam dirinya.

Sejenak ia terdiam menyelami pikirannya sendiri dalam pelukan Raphael. Ia merasa dirinya begitu lemah untuk berhadapan dengan sebuah masalah sehingga yang ia lakukan justru melarikan diri dan berlindung di balik Raphael.

Masih Tersekat (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang