BAB 35 - Kepergian dan Kebahagiaanmu

5 3 0
                                    

Beberapa hari terakhir Eza menyembunyikan kekacauan di dalam hatinya lewat setumpuk pekerjaan miliknya. Ia juga memindahkan posisi Cherly untuk mengisi posisi kepala cabang di daerah agar ia lebih mudah memperbaiki hubungannya dengan Kanzia. Tapi, hingga saat ini ia tak tau dimana keberadaan Kanzia.

Sejak malam itu. Ketika Elv memberikan gambaran bagaimana perasaan Kanzia padanya dan saat itu pula Eza menyadari jika Cherly masih menyimpan perasaan yang sama seperti dulu.

Eza ingin langsung memecatkanya. Tapi ia sadar tindakannya pasti akan menimbulkan pertentangan terlebih berdampak pada hubungan kerja sama kekeluarga nantinya. Dan setelah tiga hari, akhirnya ia berhasil memindahkan Cherly dan menarik Xavier kembali menjadi sekertarisnya.

Eza mengakui jika dirinya memang egois. Ia berusaha keras membuat Kanzia tetap bersamanya dengan segala resiko penolakan yang akan terjadi. Eza sendiri tak tau apa yang ada di dirinya. Ia mencintai Kanzia dengan amat sangat dan sangat menyesal dengan kebodohan yang ia lakukan.

Eza melirik ponselnya di sebelahnya. Ia meraih ponsel itu lalu mendekatkannya ke telinga setelah menghubungi seseorang. "Bagaimana?... Aku sudah membayar kalian mahal untuk melacak lokasi seseorang."

Eza menyuruh orang untuk melacak keberadaan Kanzia tapi sudah hari kelima orang tersebut tak memberikan hasil memuaskan baginya. Kanzia menghilang begitu saja. Dan satu hal yang membuat dirinya terkejut adalah, Raphael ternyata juga mencari keberadaan Kanzia. Dia mengetahui hal itu dari seseorang yang ia bayar untuk mengawasi Raphael. Oleh sebab itu ia harus segera menemukan Kanzia sebelum Raphael menemukannya!

"Cari sampai ketemu! Berikan informasi apapun tentangnya! Aku tak ingin uangku terbuang begitu saja!" Eza langsung memutus panggilan lalu meletakkan sembarang ponselnya. Mengabaikan bayangan Kanzia dengan setumpuk pekerjaan nyatanya gagal.

Sejenak ia tenggelam dalam keheningan sebelum tatapan tajam langsung disayangkan pada seseorang masuk ke ruangannya begitu saja dan berlenggang santai sambil melihat kekacauan yang terjadi.

"Kau lebih kacau dari yang tante jelaskan." Ungkap Xavier sambil mendudukkan tubuhnya di sofa dan mengabaikan kertas-kertas yang berserakan di sekitarnya. Ia menatap Eza, "Kau seharusnya tak menggunakan perusahaan sebagai pelarian. Kau bisa membuatnya bangkrut."

"Persetan dengan hal itu!" Umpat Eza.

"Calm, dude! Katakan apa yang sebenarnya terjadi!" Eza langsung mendelik tajam Xavier yang ingin tau urusannya. "Aku datang membantumu." Jelas Xavier.

"Kau pasti tau dari mama dan Elv." Eza menanggapi malas.

"Tapi aku butuh dari pandanganmu langsung."

"Terserah." Eza langsung beranjak menuju pintu yang berkamuflase di antara dinding ruang kerjanya. Di sana terdapat ranjang yang biasa ia gunakan untuk beristirahat ataupun tidur ketika menginap di kantor.

Xavier hanya diam melihat Eza telah menghilang di balik pintu. Ia lalu beralih membereskan kertas-kertas yang berserakan di atas meja dan menyusunnya menjadi satu tumpukan. Setelah itu ia beranjak menghampiri Eza dan membuka pintu lebar-lebar. Ia bergedik bahu saat menemukan Eza terduduk di lantai sambil bersandar pada tempat tidur.

Xavier langsung merampas batang rokok menyala yang hendak dihirup Eza. "Apa kau sebegitu frustrasi hingga melakukan hal ini?" Tanya Xavier mengejek.

Eza tak menggubris perkataan Xavier. Ia mengambil batang rokok yang baru dan memantik api di ujungnya. Lalu Xavier mengambil lagi batang rokok itu lalu menginjaknya. Dan tak lupa bungkus rokok ia buang ke tempat sampah.

Eza langsung berdiri. "Persetan! Jangan menggangguku!" Teriaknya dengan tangan menggepal kuat.

Bughhh

Masih Tersekat (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang