BAB 17 - Pesta Malam

6 3 0
                                    

Raphael menatap Kanzia yang tengah duduk tak ada anggun-anggunya di sofa padahal dirinya sudah mengenakan gaun yang diberikan Linda. Menghela nafas, ia melangkah menghampiri Kanzia berniat menyuruh adiknya itu duduk dengan baik tapi langkahnya tertahan saat menyadari bahwa Kanzia sedang melamun.

Raphael memutuskan untuk tetap menghampiri Kanzia dan duduk di sebelahnya. Membiarkan Kanzia terus melamun hingga suara klakson mobil mengagetkannya.

"Ayo pergi!" Ajak Raphael menarik tangan Kanzia agar berdiri.

"Bunda gak ikut?"

Raphael menggeleng lalu berjalan keluar menuju mobil. Selama perjalanan, Kanzia kembali termenung. Raphael masih membiarkan keanehan Kanzia dan memilih tak bertanya.

"Kita sudah sampai."

Kanzia tersentak saat suara Raphael mengalun di telinganya. Ia meneguk kasar ludahnya lalu kembali tersenyum lalu berubah memelas menatap Raphael.

"Kau berjanji menemaniku." Ucap Raphael mengingatkan.

"Baiklah, aku menurut." Ucap Kanzia lalu turun dari mobil. Sungguh, dirinya merasa menyesal mengiyakan permintaan Raphael kemarin. Ia sendiri tak bisa menyalahkan Raphael yang menjebaknya karena dirinya sendiri yang langsung mengiyakan ajakan Raphael yang ia kira adalah pesta sederhana.

***

Eza tersenyum ramah saat beberapa kolega perusahaan menyapa. Dia berjalan menghampiri Azri yang sedang berbincang dengan beberapa perempuan di depannya.

"Kalau begitu sampai ketemu lagi!" Ucap perempuan yang berpakaian glamor sebelum pergi meninggalkan Azri sambil menarik temannya satu lagi.

Eza hanya tersenyum tipis saat wanita itu menyempatkan untuk tersenyum padanya. Suasana hatinya terasa baik meskipun seharusnya dia bersama Kanzia sekarang ini, Namun sayangnya gadis itu datang menemani Raphael.

"Kau masih mengejar Kanzia, heh?" Tanya Azri saat mengikuti arah pandangan sahabatnya. "Kau lihat. Dia milik Raphael." Tambahnya yang berusaha memancing.

Eza hanya tersenyum menanggapi. Dirinya tak terlalu tersulut dengan perkataan Azri karena nyatanya hubungan keduanya itu adalah sekedar adik kakak. Meskipun Kanzia menuliskan data dirinya hanya hidup sendiri dan hubungan dengan Raphael itu masih dipertanyaan dalam pikirannya, tapi ia percaya kalau Kanzia tak berbohong mengatakan itu. Terlebih wajah frustasinya kala itu yang menegaskan semuanya.

"Kenapa kau tersenyum sendiri?" Rein tiba-tiba muncul sambil bergedik ngeri melirik Eza.

Eza langsung merubah ekspresi datarnya lalu menatap Rein yang baru tiba dan menghancurkan kebahagiaannya.

"Aku melihat Kanzia tadi di sini. Dia datang bersama lain." Ungkap Rein yang tampak kesal.

"Itu kekasihnya." Ucap Azri yang tampak terus menyulut.

"What?" Rein tampak terkejut. "Gadis bar-bar itu memiliki kekasih?"

"Kau terlambat Rein. Kurasa sebentar lagi mereka akan menikah."

Eza tak menghiraukan ocehan omong kosong Azri. Dia berjalan meninggalkan kedua sahabatnya yang terus membicarakan Kanzia dengan Raphael itu.

"Aku tak tau jika selama ini Raphael bisa memiliki hubungan lebih dengan perempuan. Dia terlihat tak begitu akrab dengan siapapun selain untuk urusan pekerjaannya."

"Kau ini." Wanita itu menepuk pelan lengan suaminya. "Tentu saja dia seperti itu kerena sudah Kanzia. Benarkan?"

Eza hanya mendengarkan percakapan suami istri itu dari kejauhan saat Kanzia dan Raphael menghampiri mereka hanya untuk menyapa. Ia hanya menarik sebelah sudut bibirnya saat melihat Kanzia hanya diam saja sambil berusaha tersenyum. Setelah itu Raphael pamit pergi meninggalkan suami istri itu. Dirinya membawa Kanzia menuju meja panjang berisi hidangan.

Masih Tersekat (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang