BAB 37 - Telah Berakhir (END)

5 2 0
                                    

TELAH BERAKHIR

Lampu-lampu kendaraan yang melaju terlihat lebih menarik ketika malam hari. Beberapa hari sudah berlalu, kini Kanzia sudah kembali menjalani rutinitasnya tanpa Eza seperti yang ia katakan terakhir kali sebelum berpisah.

Kanzia lebih sering menghabiskan waktunya dalam kesendirian. Merenungkan banyak hal agar berusaha memperbaiki dirinya sendiri. Dan itu bukan untuk siapapun.

Ia hanya ingin mencoba menata sendiri dirinya. Jauh dari orang-orang yang merasa simpati padanya.

"Kau tak layak untuknya."

"Aku tau tentangmu dan latar belakangmu. Seharusnya kau menyadari lalu pergi untuk selamanya."

"Aku sangat perihatin dengan kehidupanmu di masa lalu hingga membawamu seperti sekarang ini. Apa kau siap dengan hal yang akan terjadi ke depannya? Seperti terekposenya latar belakang yang amat kelam itu hingga hinaan yang menyakitkan lebih dari kematian."

"Kau tak cocok bersanding bersama Eza. Kau pasti menyadarinya sejak awal, bukan?.. Kalau begitu menjauhlah! Aku akan membantu Eza melupakanmu dan kau tak perlu khawatir kalau Eza memikirkanmu."

"Dia akan melupakanmu. Dia bukan sepertimu yang tidak bisa melupakan masa lalu dan terjebak dalam pusaran trauma sendiri."

Kanzia hanya bisa tersenyum miris kala ucapan-ucapan Cherly kembali terulang di kepalanya. Dan itu kenapa Kanzia pergi.

Dan memang semestinya.

Cukup lama Kanzia memandangi padatnya kendaraan hingga menjadi sepi. Ia mendongak melihat bangunan mengulang tinggi yang pernah menjadi tempatnya bekerja. Lampu lantai tertinggi di sana masih menyala menandakan pemilik ruangan itu masih berada di sana menyelesaikan tumpukan pekerjaan hingga larut malam.

"Apa yang Cherly katakan padamu?"

Kanzia tersentak mendengar suara pria yang baru saja mengisi pikirannya. Dengan segera ia mengontrol ekspresi seperti seharusnya.

"Aku tau aku juga salah dalam hal ini. Tapi kau seharusnya tak mendengar omong kosong itu, Zia."

"Akulah yang salah sebenarnya."

"Aku tau jika aku terlambat mengetahuinya... Hari sabtu ketika aku masih di Swiss. Tengah malam waktu Indonesia kau menghubungiku."

Kanzia menggeleng pelan lalu menghadapkan tubuhnya ke samping, menatap Eza dengan penampilan yang amat sangat berbeda seperti yang dia kenal. Pria itu kini terlihat begitu kacau dengan rambut yang semakin panjang yang menjuntai sebagian menutupi dahi keberuntungan itu ditambah mata yang terlihat sangat lelah.

"Aku sangat merindukanmu setiap waktu. Aku berharap ketika kembali dari Swiss aku akan langsung melihatmu dan memelukmu seharian penuh bahkan selamanya. Namun kenyataannya kau pergi-." Ucap Eza langsung terpotong ketika Kanzia menyela cepat.

"Sekretaris yang kau butuhkan sudah diisi oleh Cherly."

Eza menggeleng dengan tatapan pada Kanzia. "Semuanya di luar kendaliku. Aku juga tak-."

"Semua sudah ditakdirkan. Mengertilah!"

"Lalu mengertilah bahwa aku membutuhkanmu di sisiku." Ucap Eza menggebu-gebu. Matanya kini berair. "Apa yang sebenarnya terjadi?" Tambahnya.

"Bersama bukan berarti akan bahagia. Perbedaan yang membuatnya seperti itu. Biarkan semua kembali pada awalnya seperti kau belum mengenalku. Banyak orang di sekitarmu yang berharga selain diriku."

"Kau egois."

Kanzia tersentak mendengar ucapan lirih tang terasa begitu sarkas dan menyayat relung hatinya. Kepalanya tertunduk pelan saat suara-suara masa lalu kembali melintas. "Kau benar." Ucapnya amat pelan.

Masih Tersekat (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang