BAB 11 - Cafe

4 4 0
                                    

Kanzia menghindari gosip yang ada di perusahaan bukan tanpa alasan, ia tak ingin dibicarakan oleh orang lain meskipun i tahu jika hal itu tak bisa dipungkiri.

Kanzia sendiri berusaha bersikap tak peduli mengetahui gosip yang beredar yang katanya sedang membicarakannya meskipun ada dorongan ingin mengetahui hal tersebut. Tapi, ia memilih menguatkan diri untuk tidak mengetahui hal tersebut. Dan juga itu adalah gosip yang dia sendiri pastikan bahwa hal tersebut tak benar karena dia sendiri tak memiliki hubungan dekat dengan pria manapun kecuali yang sedang bersamanya saat ini.

"Apa ada masalah di kantormu?" Raphael bertanya setelah menikmati keterdiaman Kanzia sejak tadi.

Kanzia mengangkat wajahnya menatap Raphael yang duduk di depannya sambil menikmati makanan di depannya. "Hanya pekerjaan yang sempat aku abaikan saja." Jawab Kanzia pelan lalu menikmati makanan miliknya. Raphael membawanya menuju restoran dengan nuansa klasik yang sama-sama mereka sukai.

"Aku datang karena undangan hari jadi perusahaan RDN Corp." Ucap Raphael tenang menatap Kanzia yang termangu setelah mendengarnya. "Kontrak kerjamu tak lama lagi akan berakhir bukan?"

"Ya, tak terasa juga." Jawab Kanzia.

"Apa yang akan kau lakukan setelahnya?"

"Masih aku pikirkan. Lagi pula masih ada waktu dua bulan untuk memikirkan itu semua."

"Aku masih menawarkanmu untuk menjadi sekertarisku."

"Akan kupertimbangkan." Balas Kanzia lalu menyuapi dirinya sendiri.

"Kau benar-benar tak ada masalah di kantor, kan?" Raphael mengulang pertanyaannya dengan hati-hati. "Kau terlihat memikirkan sesuatu yang sangat serius." Imbuhnya.

"Tak ada. Aku bergabung dalam proyek terbaru. Aku juga beberapa kali menggantikan kepala divisi untuk mengurusnya." Jawab Kanzia lalu tersenyum.

"Aku mengetahuinya. Preiwal akan ikut bekerja sama dalam proyek itu nantinya."

"Sejauh ini semuanya berjalan lancar. Rancangan bangunan akan selesai besok bersama bersama hasil dari pihak kontraktor. Tak lama setelahnya, pembangunan akan resmi dilakukan... Tapi aku selalu merasa khawatir jika gagal-"

"RDN Corp selalu menyeleksi ketat setiap proyek yang diusulkan. Perusahaan besarnya akan selalu memikirkan dampak jangka panjang yang akan terjadi." Potong Raphael meyakinkan Kanzia.

"Aku tau... secara tak langsung aku bertanggung jawab pada proyek tersebut hingga selesai." Gumam Kanzia.

"Itu artinya kau akan memperpanjang kontrak kerjamu?"

"Mungkin saja. Namun, ada sedikit yang mengganggu pikiranku." Keluh Kanzia tanpa sadar mengungkapkan masalah yang dia tutupi tadinya.

Raphael tersenyum mendengarnya. Dia sangat mengenal Kanzia. Sekuat apapun Kanzia berusaha menutupi sesuatu darinya, justru Kanzia sendiri yang juga tanpa sadar memberitahunya. "Katakanlah!" Pinta Raphael dengan lembut. Dia tak akan pernah memaksa Kanzia. Dia mengerti jika Kanzia memiliki privasinya sendiri dan dia akan mendukung pilihan Kanzia.

Kanzia menarik nafas sambil menutup erat kedua matanya sebelum berkata, "Orang-orang di tempatku bekerja tangah membicarakanku."

Raphael tentu saja terkejut. Kanzia sejak dulu selalu jauh dari gosip apapun. Jikapun ada, dia akan langsung menyelesaikannya. Tapi itu sudah lama berlalu setak terakhir kalinya.

"Aku akan memikirkan solusinya sendiri. Lagi pula HRD akan meminta kebenaran hal itu dariku." Lanjut Kanzia lalu menyeruput habis Cappuccinonya.

Raphael dengan prinsipnya yang selalu mendukung Kanzia. Dia tak akan mencampuri selagi Kanzia melarangnya. "Waktu istirahat akan habis, ayo!" Ucap Raphael lalu ikut menghabiskan Americano di depannya.

Masih Tersekat (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang