BAB 7 - Mengganggu

11 4 0
                                    

Kanzia menatap kesal dan ingin rasanya ia mengusir Eza yang malah tak sungkan menanggapi tatapan Kanzia dengan cengirannya lalu menyapu pandangan ke setiap sudut rumahnya. Pria yang datang tanpa diundang, masuk tanpa permisi dan duduk tanpa dipersilakan itu tengah duduk nyaman di sofa.

"Lebih baik anda pulang. Saya sedang tidak terima tamu saat ini." Ucap Kanzia dari dapur. Meskipun dengan lembut, Eza tau Kanzia ingin segera mengusirnya.

Eza sudah mengelilingi rumah Kanzia. Rumah yang tidak terlalu besar dengan dua kamar tidur dan satu kamar mandi serta ruang tamu, ruang makan dan dapur yang berdampingan.

"Kamu tidak menyuguhkan minuman untuk saya?" Eza menaikan salah satu sudut bibirnya, tersenyum sinis.

"Saya sudah mengatakan kalau saya tidak menerima tamu, pak." Ucap Kanzia sambil memotong sayuran di depannya.

"Saya hanya ingin berkunjung sebentar. Dan juga saya ingin menumpang makan di sini." Tutur Eza santainya.

Kanzia menghentikan kegiatan memotong sayurannya yang baru setengah. Ia memutar bola mata dengan malas mendengar penuturan Eza. Pria itu datang ke rumahnya hanya untuk numpang makan. Dia memiliki banyak uang untuk mendatangkan koki memasak di rumahnya atau memesan makanan di luar sana.

Kanzia beralih pada masakannya di atas kompor. Ia membuka tutup panci lalu kepulan uap yang tertahan keluar bersama aroma yang mengunggah selera. Kemudian mengecek supnya apakah sudah matang lalu mematikan apinya. Dan kembali memotong sayurannya yang belum terpotong semuanya.

"Apa kegiatanmu hari ini?" Tanya Eza yang kini sudah berada di dapur. Pria itu bersandar di dinding sambil bersedekap dada memperhatikan kegiatan Kanzia.

Kanzia menghentikan kegiatan memotongnya dan terdiam sejenak. "Banyak." Jawab Kanzia.

"Kalau begitu biar aku temanimu... Oh ya, cepatlah. Perutku sudah lapar."

"Ish." Kanzia berdecak kesal dan melanjutkan kegiatan memasaknya.

"Aku tunggu." Eza berjalan menuju ruang sofa. Mengambil remote TV yang berada di dekat lemari lalu duduk nyaman di sofa dan mengganti siaran TV tersebut. Eza menyetel stasiun TV yang menayangkan hal menarik menurutnya.

Dengan santainya Eza menganggap rumah Kanzia adalah rumahnya sendiri. Ia menikkan kakinya ke atas meja dan membuat Kanzia benar-benar ingin mengusir Eza. Tapi tak bisa karena ia masih memiliki sikap sopan pada atasannya yang nyatanya bersikap tak sopan padanya.

Eza akan berguna baginya kali ini, pikirnya. Ia hanya butuh menambah kesabaran kerena hari liburnya dihadapkan dengan pria menyebalkan dengan wajah tampan dan bertingkah tidak sopan.

Cuaca hari ini terlihat mendung. Ia akan pergi ke suatu tempat. Naik motor mungkin bukan jalan baik karena bisa saja kehujanan. Mobil Eza pasti akan berguna karena ia juga harus berbelanja sesuatu yang membutuhkan banyak tempat untuk dibawa.

***

Kanzia dan Eza sudah duduk berhadapan di meja makan. Kanzia maupun Eza terus fokus pada kegiatan menyantap makanannya yang sudah ada di piring depannya menggunakan sendok. Hanya terdengar suara dentingan sendok pada piring dan suara penyiar berita yang terdengar dari TV oleh keduanya.

"Mau kenama aja nanti?" Eza bertanya sambil fokus menyantap sarapan yang Kanzia buat.

"Nanti akan aku beritahu." Jawab Kanzia sambil berdiri membawa piringnya yang sudah kotor. Ia berlalu tanpa mempedulikan Eza yang tengah menatapnya bingung akan jawaban singkat yang ia berikan.

***

"Mau kemana sebenarnya?" Tanya Eza dengan mimik serius kepada Kanzia yang baru masuk ke dalam mobil.

Masih Tersekat (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang