BAB 4 - (Ujian) Kesabaran

16 4 0
                                    

Kanzia menghela nafas dengan keras sambil menutup map di tangannya. Ia sudah menyelesaikan sebagian pekerjaannya yang ditemani rasa kantuk yang sangat berat. Beruntungnya hingga sekarang ini ia tak harus berhadapan dengan Eza yang bisa saja menguji dirinya lagi.

Kanzia sadar jika dirinya pernah menjadi perbincangan staf lainnya karena sering dipanggil ke ruangan CEO dan berada di sana dalam waktu yang cukup lama untuk membahas pekerjaan. Tapi tidak ada yang tau bahwa di dalam sana Kanzia mengalami ujian emosi karena Eza sepertinya tak pernah puas mencari cela untuk menyulut Kanzia bahkan menggunakan trik anak-anak padanya.

Dengan cepat Kanzia beranjak dan meninggalkan meja kerjanya. Ia ingin menghabiskan waktu makan siangnya di tempat biasanya. Setelah berada di luar gedung, ia berjalan kaki menuju C' Cafe. Pandangannya langsung mengedar kala masuk untuk mencari keberadaan Azri yang biasanya ikut melayani pelanggan. Tapi sayangnya pemilik cafe itu sepertinya tak ada di sana.

"Cappuccino biasanya." Ucap pegawai yang sudah mengenal Kanzia sebelum ia mengatakan pesanannya. "Mau roti seperti biasa juga?" tambahnya.

"Tidak. Itu saja."

Pegawai bernama Salsa itu sejenak menandang wajak Kanzia dengan bingung. "Kau tak seperti biasanya." Komentar Salsa.

"Apa begitu terlihat?"

"Tidak juga." Jawab Salsa sambil memberikan uang kembali pada Kanzia. "Kurang tidur sangat tak baik untuk kesehatanmu. Kau tahu bukan tempat yang paling nyaman untuk tidur di sini bukan?"

Kanzia hanya mengangguk sekilas lalu bergeser untuk mengambil Cappuccino pesanannya. Setelah mendapatkan pesanannya ia langsung menuju tangga dan berjalan menuju lantai 2 untuk tidur sebentar.

Tidur nyaman tanpa gangguan adalah harapannya. Tapi sayang hal itu tak terwujud kala seseorang mengganggunya saat hampir terlelap dengan mengetuk meja di depannya.

"Kalau mau tidur jangan di sini! Di rumah sana!" Rein dengan tampang tak bersalahnya duduk di kursi depan Kanzia dan mengabaikan ekspresi tak berteman itu.

"Jangan tidur di sini! Gak malu apa dilihatin orang?" Ucap Rein sambil menatap sekitar memastikan apakah ada orang yang memperhatikan Kanzia sejak tadi.

"Cari meja lain aja." Balas Kanzia.

Rein mencebik kesal melihat respon Kanzia yang tak peduli. "Saya mau cerita..."

"Cari orang lain aja." Potong Kanzia cepat.

"Tapi saya maunya kamu." Ucap Rein yang terkesan merengek di telinga Kanzia. "Saya takut lupa mau cerita apa." Rein berbisik sambil tersenyum jahil dan menaik turunkan kedua alisnya.

Yang diberi senyum malah menatap horor sebagai balasan. Dengan malas Kanzia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, mengatur nafas sesaat lalu mengobrak-abrik tas kecilnya, mencari sesuatu.

"Aishh.."

"Cari apa?" Tanya Rein ingin tau.

Kanzia tengobrak-abrik isi tasnya dan mengabaikan Rein yabg ingin tahu.

"Pakai ini! Dia memang sangat berisik." Kanzia mendengar suara yang familiar baginya lalu dilanjutkan dengan sesuatu menekan dan menutupi kedua telinganya.

Lantas Kanzia mendongak dan melihat Azri berdiri di depannya.

"Jangan ganggu dia, Rein!" Tegur Aazri saat melihat Rein hendak membuka suara mengganggu Kanzia yang terlihat sangat mengantuk.

Saat tiba awalnya Azri bingung melihat Kanzia tak ada di lantai satu di meja biasanya. Namun, Salsa memberitahunya tentang keberadaan Kanzia dan kondisinya. Ia berinisiatif untuk menghampirinya dan menawarkan tempat istirahat yang lebih baik di cafenya.

Masih Tersekat (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang