BAB 13 - Makan Siang

4 4 0
                                    

Suasana hening mengelilingi mereka. Kepala Kanzia mendongak tanpa sengaja menatap manik Eza setelah pria itu berkata akan sesuatu yang sangat mengejutkan baginya. Ia mengerti Eza menunggu jawabannya dengan penuh harapan. Namun dirinya hanya bisa mengalihkan pandangan.

"Sudah malam." Ucap Kanzia. "Lebih baik anda pulang. Saya tak ingin ada omongan aneh-aneh tentang saya nantinya." Lanjutnya.

Setelah itu Kanzia langsung pergi masuk ke dalam rumahnya meninggalkan Eza sendirian dalam keheningan. Setelah pintu tertutup, Eza hanya bisa tersenyum hampa melihat reaksi Kanzia yang justru menghindar dan seolah menolak.

"Kau belum menjawabnya. Aku akan menunggunya." Ucap Eza yang terdengar jelas oleh Kanzia yang berada di balik pintu sambil memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan wajahnya.

***

Kanzia kembali bekerja seperti biasanya dengan pikiran yang bercabang. Tadi malam ia kembali kesulitan tidur sehingga memilih membaca buku random yang berada di atas nakas sebelah tempat tidurnya yang memang dia sediakan jika tak bisa tidur dan entah jam berapa dirinya baru bisa tertidur dengan posisi duduk sehingga tubuhnya sekarang merasa sakit ketika bekerja.

"Kau maraton drakor sampai lupa tidur?" Lala bertanya ketika berjalan melewati kubikel Kanzia.

Kanzia menggeleng pelan, "Tidak juga." Jawab Kanzia.

Lala menghela nafas kasar, "Aku sering kali bingung denganmu yang kesulitan tidur. Kau insomnia?"

Kanzia langsung menggeleng cepat. "Aku tidak insomnia. Aku memang sudah terbiasa tidur dengan waktu yang sedikit." Tentu saja Kanzia bohong. Dirinya sering kali bermimpi buruk sehingga ketika terbangun, ia tak akan mau tidur lagi ketimbang mimpi buruk itu berlanjut ketika dia kembali menutup matanya.

"Oh... Kalau begitu siapa yang mengantarmu tadi? Akhir-akhir ini aku tak pernah melihat mobilmu terparkir di baseman. Apa itu-."

"Hanya orang yang mengenal diriku sejak lama saja." Potong Kanzia sebelum Lala melontarkan opini yang tidak-tidak.

Lala memanyunkan bibirnya pendengar ucapan Kanzia. Tapi dirinya tak menyerah begitu saja. "Singkatnya?" Tanya Lala yang mencondongkan kepalanya mendekati Arshy.

"Apa?" Tanya Kanzia yang menoleh pada Lala dengan dahi berkedut bingung.

Lala menegakkan tubuhnya dan membuang pandangannya ke arah kaca yang menunjukkan pemandangan di luar bangunan dengan ekspresi kesal.

"Sudahlah!"

***

Kanzia memang jarang makan di kantin perusahaan. Namun, bukan berarti dia tak pernah menggunakan fasilitas yang disediakan perusahaan selama dia bekerja hampir dua tahun tersebut.

Seperti saat ini, dirinya kembali makan siang dengan makanan yang telah disediakan di kantin. Setelah menunggu di barisan antrian untuk mengambil makanan, dirinya langsung berjalan berlawan arah dari kebanyakan karyawan lainnya.

Setelah memasuki pintu yang ternyata menghubungkan pada anak tangga, Kanzia melangkah menaiki anak tangga hingga sampai pada pintu yang sama seperti pintu sebelumnya. Setelah membuka pintu tersebut, Kanzia langsung disuguhkan oleh pemandangan luar gedung dari roftoop tempatnya berada saat ini.

Gedung RDN memiliki tiga rooftop yang di design secara bertingkat oleh arsitek. Yang paling tinggi digunakan sebagai helipad dan sisanya sebagai tempat bersantai yang sangat jarang dikunjungi bahkan terlupakan namun tetap di jaga oleh petugas kebersihan yang bekerja.

Sudah hampir sebulan dirinya tak mengunjungi tempat yang jarang sekali disinggahi karyawan lainnya. Bahkan, selama ia sering makan siang sendirian di sini tak pernah sekalipun mendapati orang lain.

Masih Tersekat (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang