BAB 2 - Tersirat Kelelahan

18 5 0
                                    

Ruangan itu masih seperti biasanya, terawat dan tidak berubah. Masih sama dengan terakhir kali saat sang pemiliknya tinggalkan meskipun ada beberapa benda yang tak ada lagi di tempatnya.

Pintu secara perlahan terbuka menunjukkan seorang wanita berumur tengah tersenyum memandangi gadis di hadapannya.

"Bagaimana kabarmu, nak?" Wanita itu menghampiri gadis yang tengah menikmati pemandangan dari jendela.

"Kabarku baik."

"Lama tak bertemu langsung. Kau sudah berubah jadi gadis yang dewasa." Ujar wanita itu lalu duduk di tepi kasur bersama gadis itu.

"Aku tak akan pernah berubah selama aku tetap menjadi gadis kecilmu yang berbadan besar ini." Ujarnya dengan senyum guraunya.

Wanita itu menatap ke jendela. Lebih tepatnya ke samping jendela. Di sana terdapat gantungan rak besi bertingkat yang tampak kosong tidak terisi apapun.

"Bagaimana harimu selama di sana?"

"Selama ini aku baik-baik saja, tak ada yang perlu dikhawatirkan."

"Pohon kecilmu sudah mati semua."

"Ya, dugaanku sepertinya benar." Ujar gadis itu sambil bergedik bahu dengan santai. Dugaannya sebelum meninggalkan kamarnya itu memang benar. Pohon kecilnya yang ia rawat dari dulu mati tak tersisa saat ia menitipkannya pada orang yang ada di rumah.

Wanita itu menatap bersalah kepada putri besarnya yang tak berhasil merawat tanaman putrinya.

"Kamu lama sekali mengunjungi Bunda. Kau tau Bunda sangat merindukanmu."

"Aku juga merindukan Bunda. Dan juga, teknologi semakin canggih, Bunda? Bunda bisa menghubungiku kapan saja."

Gadis itu langsung menghambur ke pelukan wanita tersebut. Sulit untuk bisa berkunjung ke rumah ibu angkatnya karena mereka tinggal di pulau yang berbeda.

"Tapi itu berbeda rasanya sayang." Sangga wanita itu sambil membalas pelukan gadisnya.

"Ya, akupun merasa begitu."

"Kamu sudah pintar dan dewasa. Ingin rasanya membiarkanmu menjadi gadis bodoh dan kecil yang selalu tak bisa jauh dari Bunda."

"Hm."

"Rasanya Bunda tak ingin merelakanmu pergi sekarang... kamu datang terlalu mendadak hingga Bunda terkejut dan tak tau harus melakukan apapun untuk menyambutmu ini."

Ya, ia memang terlalu mendadak datang untuk mengunjungi ibu angkatnya itu. Bahkan ia tak mengabarkan terlebih dahulu tentang rencana kedatangannya dan muncul begitu saja dari balik pintu dengan senyum manisnya melihat wajah terkejut wanita di depannya.

"Cuti dulu beberapa hari. Kamu pasti lelah dalam perjalanan bukan? Apalagi pekerjaanmu itu. Kakakmu juga akan kembali setelah mengetahui kamu di sini" Wanita itu masih ingin bersama putri angkatnya.

Tak sampai dari lima jam putrinya bisa bersamanya. Dan kini, putrinya itu harus kembali pergi. Bahkan tak banyak yang wanita itu dengar dari gadis yang ia anggap seperti anaknya sendiri. Sebab, ia hanya diam sambil menikmati rumah yang menjadi tempatnya tumbuh dan selalu ia rindukan.

Gadis itu melepaskan pelukannya dan menatap wajah wanita yang selalu tersenyum melihatnya. " Aku tidak bisa, Bunda."

Rencananya ia akan meminta cuti untuk hari esok dan lusa. Namun, itu gagal karena saat ia mencoba menghubungi atasannya untuk mengajukan hal tersebut malah atasannya lebih dulu mengatakan agar ia harus bersiap-siap untuk menggantikan seseorang untuk membahas proyek yang sedang dikerjakannya bersama timnya.

Saat ia ingin menolak hal itu dan mengusulkan rekan lain yang setim dengannya, tiba-tiba saja telepon tersebut diputus secara sepihak oleh atasannya begitu saja.

Masih Tersekat (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang