BAB 9 - Hal Tak Terduga

4 4 0
                                    

Suasana lembaran yang saling bergesekan mengisi keheningan. Di sudut ruangan di dekat jendela, Kanzia menyibukkan dirinya untuk menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya masih ia kerjakan di jam kerja saja. Ditemani cahaya lampu belajar ia berkutat pada lembaran-lembaran itu yang mengisi waktu tidur yang tak bisa ia gunakan.

Satu jam lalu ia terbangun akibat mimpi buruk yang mendatanginya. Dia tak akan mau tidur lagi karena mimpi itu akan berlanjut jika matanya kembali terpejam. Setidaknya dengan menyelesaikan pekerjaannya itu ia tak harus sibuk memikirkannya lagi dan bisa memberikannya lebih awal.

Menyeruput kopi yang tak jauh dari laptopnya, Kanzia melirik jendela yang tirainya sedikit bergeser sehingga menampakkan keadaan di depan rumahnya yang tak begitu terang sebab lampu yang dia pasang di halaman rumahnya memang tak begitu terang, tapi cukup untuk dirinya yang tak terlalu menyukai kegelapan.

***

"Kau datang pagi sekali, Zia!" Komentar Lala saat melihat Kanzia sudah berada di kubikelnya.

Kanzia lantas menoleh memperhatikan Lala. "Selamat pagi, Lala!" Sapanya.

"Pagi!" Balas Lala yang menoleh sekilas ke Kanzia.

"Aku tak menyangka jika kau juga akan datang sepagi ini."

Lala mendongak melihat jam yang mengantung di dinding atas pintu, "ini sudah jam tujuh kurang, Zia!" Balas Lala sedikit kesal.

Kanzia hanya ber-oh ria menanggapi lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. Tak berselang kemudian, beberapa karyawan lainnya mulai berdatangan dengan wajah ceria setelah menghabiskan akhir pekan.

"Selamat pagi!" Sapa Aksa yang baru tiba.

Serentak mereka semua menyapa Aksa dengan senang. Mengingat kepala divisi mereka baru pulang dari luar kota dan seperti biasa akan membagikan oleh-olehnya. Hal itu terlihat jelas ketika Aksa datang dengan menenteng paper bag yang cukup besar di kedua tangannya.

"Zia, tolong ke ruangan saya, ya!" Ucap Aksa yang masuk ke ruangan miliknya.

Kanzia hanya tersenyum kecil, namun yang lainnya langsung tersenyum lebar dan menyuruh Kanzia cepat menyusul Aksa. Sehingga mau tak mau kanzia bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju ruangan Aksa yang menunggunya untuk membantu membagikan oleh-oleh yang dibawannya kepada rekan sedivisinya.

Tak lama kemudian Kanzia keluar dari ruangan Aksa dengan membawa beberapa paper bag berukuran kecil di tangannya. Lala yang melihat itu langsung menyambut Kanzia untuk membantunya membagikan paper bag itu pada setiap karyawan.

"Pak Aksa memintaku menyampaikan kalau nanti malam dia mengundang kita semua untuk makan malam bersama!" Ucap Kanzia yang sudah duduk di kubikelnya lagi.

"Atas apa?"

"Katanya sudah lama kita tak makan malam bersama lagi bukan?" Tanpa menunggu reaksi mereka, Kanzia kembali pada pekerjaannya.

"Dimana? Restoran grill?"

Kanzia menggeleng lalu menoleh menatap Lala, "Ada restoran baru buka tak jauh dari kantor. Bapak mengajak untuk makan di sana."

"Restoran all you get it itu?" Tanya Aulia yang antusias.

"Kurasa." Jawab Kanzia singkat lalu kembali ke pekerjaannya yang terus terhenti. Namun, lagi-lagi pekerjaan di hadapannya kembali tertunda saat Aksa memanggilnya.

"Bagaimana laporan yang saya titipkan, Zia? Pak Eza meminta kita ke ruangannya sekarang." Ucap Aksa yang sudah berdiri di samping kubikel milik Kanzia.

Mau tak mau kanzia harus bangkit lagi dari duduknya. Ia berjalan mengikuti Aksa dengan laporan di tangannya. Kanzia harap tak akan ada kejadian yang tak diinginkan mengingat Aksa ada bersamanya. Tapi, harapannya pupus kala melihat Rein yang duduk dan memandanginya yang masih berdiri di depan pintu dengan senyum arti.

Masih Tersekat (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang