BAB 22 - Kehadiran Izyan

3 3 0
                                    

Tak ada yang tidak mungkin di dunia ini, perkataan Raphael memang sangat benar waktu itu. Dan itu berlaku pada Eza yang dulunya tak mempercayai cinta pada pandangan pertama kini harus berjuang untuk mendapatkan hati Kanzia yang begitu sulit didapatkan.

Setelah cerita masa lalu Kanzia yang begitu sulit, Eza bertekad untuk bisa menjadi sumber kebahagiaan Kanzia. Membuktikan pada Kanzia bahwa cinta milik kedua orang tuanya itu berbeda dengan cinta yang Eza berikan. Tak ada duri yang akan melukai keduanya keraguan di dalamnya karena semuanya tumbuh karena itu kekuatan hati.

"Hai!" Sapa Eza saat Kanzia baru saja keluar dari rumah dengan pakaian rapi dan tak lupa flat shoes andalannya.

"Hai!" Balas Kanzia yang sedikit canggung. Dirinya sudah terbiasa jika Eza menjemputnya bekerja. Tapi kejadian tadi malam membuatnya merasa tak enak. "Kemana Xavier? Tumben gak ada."

"Dia langsung ke kantor karena mengurus kepala divisi yang baru."

Tangan Kanzia yang hendak membuka pintu tertahan di udara. Jantungnya tiba-tiba berdetak kencang. Ia berusaha tersenyum menutupi hal itu. "Oh." Balasnya lalu membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya.

Mobil melaju menuju kantor. Tak ada pembicaraan seperti sebelum-sebelumnya. Kanzia yang memang tak banyak berbicara dan Eza fokus menyetir. Mobil berhenti di persimpangan saat lampu merah menyala.

"Maaf ya."

"Untuk?" Tanya Kanzia.

"Semuanya."

Kanzia menghela nafas. Pandangannya masih menatap lurus jalan di depannya tanpa mau menatap Eza yang sedang berbicara padanya. "Jangan mudah meminta maaf untuk sesuatu yang tak jelas." Ucap Kanzia. "Kata-kata itu akan tidak bermakna lagi bagimu jika kau sering mengucapkannya." Lanjutnya.

Dahi Eza berkedut mendengar ucapan Kanzia yang sedikit menusuk untuknya. Dan tak terasa mobil yang mereka naiki telah membawa mereka sampai di basement.

Eza mengecup dahi Kanzia sebelum membiarkannya pergi lebih dulu menggunakan lift.

"Aduh! Aku kelewatan untuk menggoda kalian pagi ini."

Elv tiba-tiba muncul dari belakang. Dia tersenyum tipis pada saudaranya lalu masuk ke dalam lift yang baru saja terbuka.

"Dia yang dikatakan mama?" Tanya Elv saat Eza juga memasuki kotak besi itu bersamanya.

"Jangan mengganggunya Elv!" Ucap Eza tenang penuh peringatan.

"Aku tidak mengganggunya." Sanggah Elv. "Hanya ingin berkenalan dengan kakak ipar saja." Jelasnya.

"Jangan, Elv!" Suara Eza terdengar rendah penuh peringnatan. Ia tak ingin Kanzia merasa tak nyaman dengan sikap Elv nantinya.

"Baiklah." Ucap Elv dengan kecewa.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Hanya melihat-lihat." Jawab Elv. "Mama menyuruhku mencari kekasih di kantor saja karena aku tak tertarik dengan teman-teman kuliahku sendiri."

"Jangan pikirkan perkataan mama. Kau masih tak perlu memikirkan hal itu."

"Benar." Elv menimpali sambil menatap pantulan dirinya yang begitu cantik di dinding lift. "Seharusnya kau yang mereka paksa segera menikah. Tapi sepertinya sebentar lagi ya? Kapan mau bawa ke rumah?"

Eza tak menjawab pertanyaan apapun dari adiknya dan langsung melenggang pergi keluar lift saat pintunya terbuka.

"Aku akan menemuinya!"

Dan saat itu pula Eza langsung berbalik untuk memperingati adiknya untuk tidak bertingkah, tapi sayang pintu lift sudah lebih dulu tertutup saat ia sudah hampir sampai di depannya dan membawa adiknya entah ke lantai mana.

Masih Tersekat (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang